Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Komunitas Ujung Pena

Sistem Pendidikan Islam Selamatkan Masa Depan Generasi

Guru Menulis | Sunday, 03 Apr 2022, 22:50 WIB

Oleh : Siti Subaidah Miris, begitulah hal yang mungkin bisa tergambarkan ketika melihat perilaku generasi muda belakangan. Kenakalan remaja sepertinya menjadi masalah yang tak terbendung. Mulai dari pergaulan bebas, aborsi, narkoba hingga tawuran. Seminggu terakhir muncul kembali kasus tawuran yang melibatkan anak SMP. Usia labil nampaknya menjadikan generasi muda kita tidak punya pegangan dan mudah terprovokasi. Diketahui, anggota Satlantas Polres Semarang berhasil menggagalkan aksi tawuran yang melibatkan sejumlah siswa SMP, di jalan utama Bawen-Salatiga, di wilayah Desa Asinan, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang. Delapan siswa SMP diamankan berikut sejumlah peralatan yang diduga akan digunakan sebagai senjata dalam aksi tawuran ini. Beberapa di antaranya adalah senjata tajam (sajam) jenis sabit dan sabuk gir sepeda motor. Pengagalan aksi tawuran ini bermula dari informasi warga di sekitar lokasi. Saat ini tengah dilakukan pendalaman terkait dengan motif dan penyebab tawuran sekaligus untuk mendapatkan pembinaan dari aparat kepolisian. Kasus tawuran merupakan kasus berulang yang terus terjadi bahkan hampir disetiap tahun. Seolah menjadi penyakit akut yang kerap menghinggapi generasi kita. Kasus seperti ini seolah menemui jalan buntu karena setiap terjadinya kasus hanya di akhiri dengan pembinaan tanpa mencari akar masalah dari persoalan ini. Lalu akankah kita membiarkan generasi kita tersibuki dengan hal-hal tak bermanfaat seperti ini? Akan seperti apa nasib bangsa kedepannya? Gaya Hidup Liberal Kita ketahui bersama bahwa orang tua dan guru memiliki peran penting untuk dapat membentuk dan menyelamatkan generasi. Namun menyandarkan solusi kenakalan remaja seperti tawuran hanya pada dua aspek tersebut juga bukan merupakan tindakan yang tepat karena akar masalahnya terletak pada sistem hidup yang dijalankan saat ini yakni sekulerisme. Sistem kehidupan sekuler (memisahkan aturan agama dari kehidupan) menjadikan seseorang bertindak sesuka hati tanpa peduli halal dan haram suatu perbuatan. Ditambah dengan gaya hidup liberal yang membuat ruang bebas berperilaku sehingga seseorang seolah memiliki kebebasan dalam melakukan berbagai macam hal tanpa berfikir akan sebab dan akibatnya. Gaya hidup ini menjadikan seseorang menjadi pribadi yang hanya mementingkan hawa nafsu dan kepuasan duniawi demi meraih kebahagian. Alhasil bukan perkara luar biasa jika kita dapati generasi kita sekarang masuk dalam jurang kehancuran berperilaku karena ibarat bom waktu hal ini akan kita hadapi kedepannya akibat buah penerapan sistem hidup sekuler liberal Berkaca dari berbagai macam kasus yang menimpa generasi remaja kita saat ini maka perlu upaya komprehensif untuk melawan itu semua yakni dengan membina generasi muda menjadi generasi yang bersyaksiyah Islam yakni dengan menerapkan beberapa mekanisme, diantaranya: Pertama, pendidikan dan pembentukan pribadi dimasa awal anak dalam lingkup keluarga. Islam menjadikan peran orang tua sebagai tiang penyangga pertama untuk membentuk kepribadian anak dengan dasar pemahaman agama yang baik. Anak-anak dilatih sedari usia dini dan difahamkan dengan nilai-nilai islam seperti ketauhidan, kepemimpinan, amar ma'ruf, tolong menolong dan dasar berperilaku yang menyandarkan perbuatan pada keridhoan Allah. Ditambah dengan keteladan yang diperlihatkan oleh orang tua yang menjadikan islam sebagai pedoman hidup dan bertingkah laku. Maka ketika hal-hal semacam ini terpatri dalam jiwa anak maka akan terlahir sosok generasi ideologis yang mampu menghempas segala macam virus-virus buruk akibat gaya hidup liberal Kedua, membentuk suasana ketaatan di lingkungan masyarakat dan sekolah. Hal ini dapat terwujud dengan menjadikan keimanan sebagai satu-satunya penggerak dalam melakukan amar ma'ruf alias tanpa pamrih. Dengan dasar ini maka masyarakat yang terdiri dari individu-individu yang memiliki perasaan, pemikiran dan peraturan yang sama yakni islam akan bergerak selaras dengan apa yang diperintahkan dalam agama termasuk dalam hal ini menjaga generasi dari keterpurukan zaman. Selain itu dalam lingkup sekolah pun tak hanya mengajarkan anak dalam hal ilmu pengetahuan akan tetapi membentuk anak-anak menjadi pribadi yang selalu memotivasi diri berlomba-lomba dalam kebaikan dan tentunya menjadi generasi yang bermanfaat. Ketiga, negara sebagai institusi pembuat kebijakan terutama dalam hal ini pendidikan, berupaya untuk menyelaraskan kurikulum yang ada dengan sistem pendidikan Islam. Dimana dasar dari pendidikan islam ialah membentuk pribadi atau output yang tidak hanya pintar akan akademi namun juga berkepribadian Islam. Hal ini akan sangat mudah dicapai jika kurikulum ini dibuat dengan pengimplementasikan dari dasar-dasar aqidah ( pola pikir) dan nafsiyah ( pola sikap) yang di kolaborasi dengan ilmu pengetahuan saat ini. Selain itu tentu tidak dapat dipungkiri bahwa untuk menyudahi permasalahan ini diperlukan sanksi yang tegas agar generasi kita berfikir ulang ketika hendak melakukan aksi tawuran atau kenakalan remaja lainnya. Selama ini sanksi pembinaan terlihat jelas tidak berhasil memberikan efek jera bagi remaja. Sehingga permasalahan ini seolah buntu dan menjadi kasus berulang. Namun, upaya-upaya tersebut diatas tidak bisa dilakukan tanpa adanya penerapan syariah islam kaffah dalam lingkup negara. Permasalahan hari ini adalah permasalahan sistem yang tidak bisa diselesaikan dengan solusi tambal sulam. Kita perlu solusi hakiki untuk menyelamatkan generasi dari degradasi moral akibat gaya hidup liberal. Saat ini menjadikan generasi masa kini sebagai generasi cemerlang dan bermoral memang bukanlah hal yang mudah. Namun tidak berarti kita pasrah dengan segala kerusakan yang ada. Karena nasib generasi kitalah yang sedang kita pertaruhkan dan tentu akan mempengaruhi masa depan bangsa. Ingat, “syubanu al-yaum rijalu al ghaddl “ (pemuda hari ini adalah tokoh pada masa yang akan datang). Wallahu a'lam bishawab

Siti Subaidah (Ummu Bahri)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image