Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Dr.-Ing. Suhendra

Cara Muslim Berpuasa di Daerah Kutub Utara, Saat Matahari Tidak Terbenam

Agama | Saturday, 02 Apr 2022, 06:57 WIB

Cara Puasa Ramadhan di Daera Kutub Utara, Saat Matahari Tidak Terbenam

Oleh: Suhendra, Hobby Traveler

Kita memasuki Ramadhan, muslim dari Merauke hingga Paramaribo mulai berpuasa dari matahari terbit hingga terbenam. Tapi, bagaimana cara berpuasa muslm yang kebetulan hidup di daerah dimana matahari nyaris selalu bersinar 24 jam dan tidak pernah terbenam?

Tulisan saya kali ini terinspirasi pengalaman pribadi pada rentang sekitar 2004 – 2011 saat harus dinas hampir tiap tahun ke negara-negara Skandinavia.

Beberapa kali, perjalanan saya bersamaan dengan Ramadhan. Bila nasib kebetulan datang di bulan Ramadhan di kota seperti ini, akhirnya jadi pengalaman pertama kali dalam hidup saya. Saya awalnya bertanya, bagaimana saya harus berpuasa di tempat-tempat di mana matahari tidak pernah terbenam karena tempat tersebut itu terlalu jauh di bagian utara bumi kita?

Komunitas muslim yang ada di kota-kota di Skandinavia yang saya temui mayoritas dari Somalia, Irak, dan Pakistan. Beberapa pernah saya bertemu di masjid juga muslim asli Norwegia, Finlandia, Denmark ataupun Swedia.

Di Tromso, Norwegia, terdapat sekitar 1000 muslim yang hidup di kota ini. Biasanya, sekitar akhirApril hingga akhir Agustus tiap harinya selalu terang hingga tengah malam. Pada waktu-watu tersebut di kota ini, ada fenomena yang dinamakan „midnight sun“. Kita bisa lihat matahari hampir 24 jam bahkan jam 12 malam pun masih bisa melihat matahari. Lalu hilang hanya sekitar 5 menit dan muncul lagi. Artinya, matahari nyaris tidak pernah terbenam di kota ini saat bulan-bulan itu.

Saya masih ingat, saya datang di Ramadhan di saat fenomena „midnight sun“ ini ada. Lalu saat datang di masjid, saya tanya ke jamaah lokal, bagaimana saya, dan umumnya muslim kota ini, harus berpuasa? Logika saya, kan tidak mungkin berpuasa hampir 24 jam selama sebulan penuh. Juga logika saya, bagaimana maghrib, isya, tarawih, sholat yang ada di malam hari, hanya dilakukan dengan waktu total hanya 5 menit.

Kenalan saya dari Somalia kemudian bercerita, bahwa muslim dihadapkan dengan ketidakmungkinan mematuhi aturan batasan puasa dengan patokan matahari terbit dan terbenam, Muslim kota ini harus menemukan cara alternatif untuk menentukan kapan harus berpuasa. "Organisasi Muslim kota ini memiliki fatwa, bahwa kita bisa menyesuaikan puasa dengan negara Islam terdekat, misal kota di Jerman, yang peredaran mataharinya jelas waktunya. Alternatif lain, kita bisa berpuasa dengan mengikuti waktu Mekkah.

Untuk tahun ini, lanjut kawan Somalia saya ini, karena kami memiliki matahari tengah malam selama Ramadhan tahun ini, kami telah memilih untuk menggunakan jadwal untuk Mekah sebagai patokan waktu terbit dan terbenamnya matahari. Artinya, jika matahari terbit di Mekah pada pukul 5:00 pagi, penduduk Tromso juga akan memulai puasa pada pukul 5 pagi (waktu Norwegia). Lalu kami berbuka sekitar pukul 7 malam, meskipun matahari masih bersinar terang.

Selain menjadi pilihan, mengikuti jadwal Mekah masih menurut kawan saya, juga memberikan manfaat praktis agar memiliki waktu yang sangat stabil untuk terbit dan terbenamnya matahari sehingga membuat shalat dan puasa cukup seimbang."

Biasanya, tradisi berbuka puasa melibatkan kombinasi masakan antara Afrika, Asia Selatan dan makanan lokal Norwegia, mulai dari kurma tradisional hingga roti tebal yang terkenal di Norwegia. Ritual malam selama Ramadhan biasanya akan menjadi pertemuan sangat populer. Setiap malam di bulan Ramadhan penuh dengan orang-orang yang datang untuk bergabung dan berbuka puasa bersama di masjid dan berdoa bersama. Ini adalah waktu yang sangat sosial sepanjang Ramadhan.

Tapi meskipun saat Ramadhan musim panas mengalam pengalaman matahari selalu cerah, sebenarnya muslim Tromso, juga harus harus berkreasi dengan penjadwalan ibadah lainnya. Di musim dingin, mereka memiliki masalah sebaliknya.

Karena di musim dingin pun mereka memiliki malam daerah kutub dimana sepanjang hari selalu gelap. Jadi akan masalah yang sama di sini, karena tidak ada matahari terbit. Tidak mungkin zuhur dan ashar dikerjakan harus ada matahari, karena matahari nyaris kebalikan musim panas hanya sekilas saja lewat lalu hilang. Karenanya, kawan saya tersebut cerita, muslim di Tromso dan sekitar Kutub akhirnya lebih memilih untuk mengikuti jadwal Saudi sepanjang tahun.

(foto: Matahari terbenam saat "midnigt sun" di Tromso)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image