Buah Manis Kejujuran
Curhat | 2022-03-31 16:19:46Rasulullah pernah bersabda: “Tetap berpegang eratlah pada kejujuran. Walau kamu seakan melihat kehancuran dalam berpegang teguh pada kejujuran, tapi yakinlah bahwa di dalam kejujuran itu terdapat keselamatan” (HR Abu Dunya).
Kejujuran pada awalnya begitu pahit karena kerapkali malah dengan berlaku seperti itu sesuatu yang tak diharapkan justeru yang didapatkan. Namun dari perbuatan itu baru didapatkan setelah sekian lama melupakan kepahitan seraya berikhtiar mendapatkan apa yang kita inginkan selama ini. Allah memang tak pernah ingkar terhadap janjinya dan Allah tetap menghargai mereka yang telah berbuat jujur di dalam kehidupan yang selama ini dijalaninya.
Baru kali ini saya sendiri tahu jika apa yang didapatkan oleh sang adik adalah buah dari kejujuran sewaktu beliau duduk di bangku SMP. Sang adik termasuk siswa yang berprestasi di sebuah SMP Negeri yang ada di Kota Bandung. Saat itu, ia mesti menghadapi ujian nasional. Dia belajar sekuat tenaga agar mendapatkan hasil yang baik apalagi dia sendiri adalah rangking pertama di kelasnya. Guru-guru pun mengetahui hal itu. Karenanya dia tak ingin mengecewakan semuanya dan berusaha untuk melakukan ujian itu sebaik mungkin.
Pada hari yang telah ditentukan dan awal hari untuk melakukan ujian itu, seorang temannya memberi bocoran tentang kunci jawaban ujian itu. Sang kawan mengatakan tak perlu bayar sebab adikku selalu baik kepadanya. Saat itu adikku galau dengan adanya kunci jawaban itu. Satu sisi, ia ingin mendapatkan nilai yang bags namun di satu sisi tetap harus menjunjung kejujuran. Guru dan pengawas mungkin tidak akan tahu kalau dirinya menyontek tetapi Allah sapai kapanpun akan tahu itu. Akhirnya dia memutuskan untuk tidak mennyontek walaupun mungkin resiko terpahit akan ia dapatkan. Satu prinsip yang saat itu dipegangnya mendapatkan nilai dari Allah lebih tinggi nilainya daripada mendapat nilai dari manusia apalagi dilakukan dengan cara yang tidak benar.
Benar sekali, hasil ujian yang didapat di luar ekspetasi sebab adikku mendapatkan nilai yang paling rendah dan dapat dikatakan mendapatkan nilai paling bontot di kelasnya. Saat itu benar-benar yang terasa di hati sungguh menyakitkan. Tak ada satu pun orang yang bisa menghiburnya saat itu yang dirasakannya bak pecundang yang kalah dalam pertarungan. Sebagai manusia tentu saja sedih dan hampir saja dia menangis. Tapi pilihan itu semua akan mengandung konsekuensi. Adikku memilih jujur akan mendapat balasan dari apa yang telah diperbuatnya tapi ia tetap yakin Allah takkan ingkar terhadap janjinya. Akhirnya sang adik tak bisa masuk ke SMK Negeri favoritnya untuk memilih jurusan Teknik Komputer Jaringan dan memutuskan memilih SMK Swasta biasa yang sekolahnya teramat sederhana. Namun di sana, ia berazam untuk bisa meraih cita-cita yang diinginkannya.
Benar saja, sekolah di SMK yang sederhana tak menyurutkan adikku untuk bisa mewujudkan cita-citanya Beliau malah bercita-cita ingin bekerja dan juga kuliah. Cita-cita yang sebenarnya lumrah bagi setiap orang naun bagi keluargaku itu harga mahal karena masing-asing anak harus bisa memperjuangkannya sendiri karena orangtuaku terasuk keluarga yang tidak mampu bersekolah dengan menggunakan sepeda justeru semakin membuatnya optimis bisa mendapatkan apa yang diinginkannya. Biarpun sekolah itu terbilang sederhana tetapi adikku tetap belajar serius karena keberhasilan sekolah tidak ditentukan oleh sekolah ataupun guru melainkan sepenuhnya adalah ditentukan oleh siswa bersangkutan.
Tiga tahun lamanya adikku mengenyam Pendidikan di SMK Swasta itu. Romantika indah pun telah ia dapatkan dan dengan bimbingan guru-guru di sana adikku berhasil lulus dengan nilai yang cukup memuaskan. Guru-guru di SK itu pun bangga dengan apa yang telah dicapai oleh adikku tersebut Di sekolah itu adikku terbantu biayan ya karena menggunakan Surat Keterangan Tidak Mampu bahkan ada uang sisa yang diberikan kepadanya Tentu saja hal itu disadari oleh adikku bahwa satu fase telah dilewatinya dan sebelu bekerja ia pun memutuskan untuk mengikuti SMBPTN ke UPI Bandung namun pada kesempatan pertama justeru gagal dan sambil menunggu kesempatan kedua maka ia memutuskan untuk mencari pekerjaan saja.
Ternyata buah kejujuran dimulai sini. Sang adik biarpun tidak formal dia diterima bekerja di sebuah warung internet dengan pemiliknya masih tetangga. Tentu saja ada kaitan dengan apa yang dipelajarinya di SMK. Semua itu berjalan sekitar enam bulan karena beberapa waktu kemudian dari info sang kakak ipar sang adik mencoba peruntungan karena ada lowongan kerja di anak perusahaan Telkom di jalan Japati, Kota Bandung. Dengan melalui sebuah pelatihan selaa tiga hari akhirnya adikku diterima kerja. Rupanya ia bekerja sebagai pemeriksa jaringan internet di propinsi Jawa Barat. Setelah bekerja hampir enam bulan lamanya kemudian adikku mengikuti SMBPTN lagi dan hasilnya menggembirakan karena di terima UPI di Fakultas Bahasa dan Sastra jurusan Bahasa Sunda.
Pada awal-awal kuliah yang berbarengan dengan kerja tentu sang sang adik terkuras tenaga dan pikirannya hingga terkadang mengalami sakit karena kecapekan namun itu pun akhirnya terlewati. Uniknya walaupun bekerja tetapi kuliah bisa dilakukan seara reguler. Pimpinan perusahaan itu malah terasuk baik karena waktu kerja bisa disesuaikan dengan waktu kuliah Semua itu dilakukan dengan penuh semangat walaupun harus pulang sampai larut malam. Tanpa terasa empat tahun lamanya akhirnya bisa menyelesaikan kuliah dan mendapat gelar S1. Adikku diwisuda daring karena lulus saat pandemik pada tahun 2020.
Buah manis dari kjuejuran yang dilakukan sewaktu SMP itu akhirnya tampak beberapa tahun kemudian. Hidup adikku kini termasuk patut disyukuri terlebih buka usaha juga pembuatan sepatu futsal dan servis laptop pula. Kehidupannya semakin hari semakin maju. Hal ini menjadi bukti bahwa kejujuran tidak akan pernah merugikan karena siapa yang jujur pasti mujur dan janji Allah itu takkan pernah ingkar. Maka selalu jujurlah dalam berbagai hal agar hidup selalu mujur***
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.