Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image taufik sentana

Tradisi Daging Muegang di Aceh

Gaya Hidup | Thursday, 31 Mar 2022, 09:20 WIB
Dok. Republika. 2019

Tradisi Memasak Daging di Aceh

*****

Secara adat, memasak daging di Aceh sebagai ekspresi kekeluargaan dan keakraban budaya yang telah lestari begitu lama.

Konon, ini berlangsung sejak era Iskandar Muda, saat itu sultan memberikan daging secara gratis kepada masyarakatnya pada hari istimewa dalam Islam.

Disebut juga tradisi ini sudah ada sejak awal masuk Islam di Aceh ( abad 7-11) para saudagar memberikan daging ke masyarakat pada hari hari tersebut.

Selanjutnya, tradisi ini sering disebut "meugang", yaitu membeli daging secara khusus di hari hari tertentu dalam menyambut peristiwa keagamaan Seperti Ramadan, Idul fitri dan Idul adha. Biasanya, berlangsung dua hari sebelum hari hari yang dimaksud.

Pandemi covid dua tahun di belakang, memang sempat menguragi antusiasme di pasar besar, namun ada lapak lapak kecil yang di kelola mandiri.

Pada kondisi normal, tradisi ini berpusat di pasar utama, dengan harga daging bervariasi dari Rp 150 K sd 250 K per Kg.

Seringnya pemerintah ikut andil dalam tradisi ini, terutama soal pasokan daging, sentralisasi dan penetapan harga. Hewan sembilahan yang didatangkan dari luar Aceh juga mesti lewat pemeriksaan kesehatan.

Selanjutnya, daging yang dibeli akan dimakan bersama keluarga atau diberikan kepada mertua dan arangtua. Bila si anak berjauhan, biasanya akan dikirimkan uang untuk membeli daging meugang.

Bahkan tradisi ini juga masuk ke dalam istilah perkantoran, menjadi "uang meugang" yang disisihkan oleh pihak kantor/lembaga dalam menyambut Ramadan dan hari raya.

Dari tradisi tampak keakraban dan silaturahim antarwarga desa maupun kota. biasanya pasar akan padat pada hari muegang.

Dalam tradisi ini, idealnya antar tetangga saling memerhatikan kondiai tetangga lainnya (utama bagi yang mampu) , sehingga tradisi ini benar benar menjadi perekat kehidupan sosial sesama muslim dan warga lainnya.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image