Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Dr.-Ing. Suhendra

Politikus, Ilmuwan dan Pemimpin dalam Pusaran Minyak Goreng

Info Terkini | 2022-03-29 21:17:26

Politikus, Ilmuwan dan Pemimpin dalam Pusaran Minyak Goreng

Oleh: Dr.-Ing. Suhendra

Alumni Otto von Güricke Universität Magdeburg, Jerman. Kini dosen prodi teknik kimia Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.

Kemana Minyak Goreng Kita?

Sejatinya, sumber bahan baku minyak goreng melimpah ruah di negeri kita sebagai produsen minyak sawit terbesar dunia. Sayangnya, ibarat ayam mati di lumbung mati, demikian pula terjadinya kelangkaan minyak goreng di negeri ini. Banyak viral video dan foto rakyat mengular hanya untuk mendapatkan minyak goreng murah.

Di tengah isu kelangkaan minyak goreng tersebut, terselip pertanyan di tengah kampus: seberapa terampilkah pemimpin kita menata hajat hidup rakyat, hingga komoditi yang banyak diakses rakyat pernah menghilang. Banyak rakyat gigit jari tidak kebagian minyak goreng dengan harga semurah sebelumnya. Ironinya, kelangkaan ini terjadi di tengah beberapa pengusaha seperti mendapat durian runtuh dari profit ekspor perusahaannya di kala melambungnya harga sawit dunia.

Tak salah pula bila banyak kalangan curiga akan adanya praktik kotor sebagian pengusaha berupa penimbunan ataupun mengambil untung dengan mengorbankan kepentingan umum. Mengekspor barang dari tanah air lalu tega membiarkan kebutuhan rakyatnya terabaikan.

Sebenarnya, telatkah pemimpin kita membaca potensi krisis ini? Di mana posisi para ilmuwan dan politikus kita? Bila hikmah dari krisis ini tidak kita ambil pelajarannya, boleh jadi akan terulang pada komoditi lain.

Kisah Dedikasi Keilmuwan Pemimpin

Berkaca dari krisis minyak goreng teraktual, rakyat perlu pemimpin yang bisa memahami industri yang memproduksi komoditas krusial rakyat. Sayangnya, tidak banyak di dunia ini, ada pribadi yang reputasi kehidupannya pernah dikenal dari kalangan bawah sebagai buruh pabrik, kemudian menjelma menjadi ilmuwan yang sukses dengan risetnya inovatifnya hingga akhirnya dikenal sebagai politikus dan pemimpin merakyat. Salah satu legenda yang pernah memiliki seluruh profil itu ada pada pribadi Otto von Guericke (1602 - 1686).

Sebagai lulusan fakultas hukum, awalnya Otto von Guericke bekerja untuk kantor walikota Magdeburg, sebuah ibukota negara bagian Sachsen Anhalt, Jerman. Kepeduliannya kepada pembangunan industri di Magdeburg membawa Guericke muda akhirnya meniti karir sebagai pekerja di pabrik di kota tersebut. Meski sebagai sarjana hukum, keterampilannya dan mudahnya Guericke membaur di kalangan buruh membuatnya kemudian justru dikenal sebagai insinyur terampil.

Dengan keahliannya, Guericke muda cepat menuai simpati dari para buruh pabrik di kota industri ini. Jiwa kepemimpinan merakyat yang dimiliki Guericke akhirnya berbuah kepercayaan masyarakat yang menjadikan Otto von Guericke sebagai wakil rakyat di parlemen kota hingga kemudian menjadi walikota Magdeburg dari tahun 1646 hingga 1681.

Dengan kekuasaan ditangan, Guericke justru dikenal bukan sebagai politikus, tetapi sebagai ilmuwan yang sukses membangun Magdeburg sebagai kota industri besar di negara eks Jerman Timur. Pengalaman sebagai buruh pabrik membuat Guericke cepat memahami berbagai problem industri dan pentingnya riset untuk memecahkan masalah industri.

Guericke bahkan memimpin langsung berbagai riset berbasis industri yang harganya tidaklah murah. Risetnya yang sangat fundamental adalah riset teknologi pompa vakum dan teknologi bola belerang untuk mengkaji medan elektrostatis, yang diperkirakan menghabiskan biaya setara lebih dari 100 tahun gajinya sebagai walikota.

Atas dedikasinya bagi industri Jerman, nama Otto von Guericke diabadikan menjadi nama sebuah universitas nasional di Jerman dan sebagai nama penghargaan bergengsi dari AIF (Arbeitsgemeinschaft industrieller Forschungsvereinigungen – lembaga kerjasama riset industri Jerman) untuk membangkitkan inovasi riset industri kecil dan menengah.

Pemimpin dan Politikus Inovatif

Sepenggal kisah Otto von Guericke di atas hingga kini bukan hanya telah menginspirasi generai muda Jerman untuk gandrung akan teknologi, tetapi juga menjadi inspirasi bagi lembaga pemerintah Jerman membuat motto „Wissen und Experimentiergeist sind die Fundamente der Zukunft (ilmu pengetahuan dan kegandrungan untuk bereksperimen adalah fondasi kuat untuk masa depan).

Dengan motto ini pemerintah Jerman membuka hak tak terbatas bagi sekuruh rakyat untuk cerdas, tak peduli apakah dari golongan kaya atau miskin. Semua pintu untuk pendidikan hingga setinggi mungkin terbuka lebar dari berbagai jalur sesuai minat dan bakat, baik ke universitas ataupun pendidikan kejuruan dan keterampilan.

Kembali ke krisis minyak goreng, sejatinya bila pemimpin dikenal dedikasi ilmunya di kalangan industri dan sekaligus di dengar rakyatnya, praktik mendahulukan keuntungan korposari sepihak yang meresahkan rakyat bisa diredam. Semua aplikasi teknologi beserta siklus rantai prosesnya (supply chain) teridentifikasi sejak dini. Adanya gap pemahaman teknologi pemimpin terhadap proses pada industri penting bagi khalayak berpotensi mengulang sejarah kelangkaan minyak goreng saat ini.

Di masa yang akan datang, tidak salah pula bila para politikus atau pemimpin dan kepala daerah diikutsertakan dalam program riset inovatif yang digulirkan pemerintah. Harapannya, semoga muncul ”Otto von Guericke” baru di Indonesia, pemimpin yang merakyat yang faham bagaimana teknologi kerakyatan harus mendapat sentuhan inovasi dan pada akhirnya menjamin kebutuhan rakyat terpenuhi.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image