Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Slamet Samsoerizal

Mendamba Pendidikan Mendamba Kemajuan Bangsa

Guru Menulis | Saturday, 26 Mar 2022, 15:01 WIB

(Bagian 1)

Kritik bertubi-tubi masyarakat yang dialamatkan kepada pendidikan, mengindikasikan bahwa ia bersinggungan dengan hajat hidup orang banyak. Segala isu yang terjadi di masyarakat selalu dikaitkan dengan pendidikan. Keboborokan seperti perilaku korupsi yang dilakukan oknum pejabat dianggap sebagai hasil dari kegagalan pendidikan. Demikian pula dengan krisis ekonomi yang melanda sebuah negara. Lembaga pendidikan, dalam hal ini, acap dituding memiliki andil sebagai penyebabnya.

Ketika marak pemberitaan tentang korupsi semakin bertubi-tubi – padahal soal korupsi kita tahu sudah setua negeri ini berdiri- digagaslah pendidikan berbasis kejujuran. Wujudnya, antara lain didirikan kantin-kantin kejujuran di setiap sekolah. Para siswa dicobabiasakan berperilaku jujur ketika bertransaksi, mulai dari membeli jajanan hingga mengambil kembalia

(Sumber foto; Dokumen Pribadi,2018)

Seolah memikul beban sarat, pendidikan mesti bermuara pada hasil yang selalu positif. Itu tidak sebatas pada pribadi tetapi berkonsekuensi bagi bangsa dan negara. Tidak mengherankan, jika pemikiran yang acap muncul adalah buat apa sekolah? Kualitas produk lulusan anak-anak kita juga belum memuaskan, kalau tidak mau dikatakan rendah.

Secara mendunia, kualitas sumber daya manusia kita berada di bawah Vietnam atau nomor 104 dari bawah dari 106 negara yang disurvei. Sistem pendidikan (persekolahan) kita yang kenes selalu menimbulkan potensi pro-kontra di masyarakat. Citra kinerja ganti menteri ganti kurikulum, adalah kelaziman yang melekat kuat di benak masyarakat. Pelaksanaan UN (Ujian Nasional) yang belum juga meyakinkan selalu menyisakan opini kurang sedap. Belum tuntas dua masalah itu, kita disuguhi lagi kecentilan mendirikan SBI (Sekolah Bertaraf Internasional), dan melontarkan konsep pendidikan berkarakter.

Sementara kesenjangan kaya miskin pun terasa kasat mata di masyarakat. Kita menyaksikan pendidikan di pedesaan serba kekurangan dibandingkan dengan kawasan perkotaan. Di perkotaan sarana prasarana pendidikan melimpah ruah dan di pedesaan keserbakekurangan demikian terasakan. Kita dapat melihat bagaimana gedung-gedung tak terawat berserakan di berbagai pedesaan. Juga keberadaan guru. Tumpukan guru yang berkualitas ada di perkotaan.

(Bersambung ke Bagian 2)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image