Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Alfian Arif Bintara

Guru Masa Kini sebagai Benteng Runtuhnya Moral

Guru Menulis | Friday, 25 Mar 2022, 18:34 WIB
Ilustrasi Guru (Sumber: www.republika.co.id)

Berkembangnya teknologi yang begitu pesat saat ini telah melahirkan disrupsi. Sebuah masa yang menunjukkan perubahan fundamental pada tatanan hidup manusia. Masa ini ditandai dengan adanya digitalisasi yang menyasar ke seluruh aspek kehidupan manusia. Perubahannya yang begitu cepat, dan luas mulai dari dunia industri, bisnis, transportasi, sosial masyarakat, hingga pendidikan. Masa ini telah menuntut kita untuk beradaptasi menyesuaikan zaman atau punah karenanya.

Salah satu aspek kehidupan manusia yang terkena dampak adalah Pendidikan, di mana disrupsi mestimulus terjadinya digitalisasi dalam sistem pendidikan. Kegiatan belajar-mengajar kovensional akan mengalami evolusi dengan pola pembelajaran digital yang memberikan pengalaman pembelajaran yang lebih kreatif dan variatif. Pembelajaran digital secara umum lebih efisien namun, akan menjadi tantangan pula bagi guru. Di mana peran guru akan mudah digantikan oleh kecanggihan teknologi, terlebih di tengah pandemi covid-19 yang telah melanda Negeri ini. Kebijakan baru dibuat sehingga peserta didik lebih sering bercengkrama dengan gawainya daripada orang-orang di sekitarnya. Hal ini tentu akan berdampak negatif bagi moral peserta didik apabila Guru tidak bisa menjadi trend center peserta didiknya.

Bagaimana tidak? Dewasa ini degradasi moral telah melanda bangsa kita. Ketika kita amati, banyak informasi beredar dari berbagai media yang mudah diakses para siswa justru lebih banyak yang mengarah pada penghancuran moral bangsa ini seperti promosi judi online, prostitusi online, penipuan dan tayangan-tayangan yang tidak mendidik, justru disajikan di berbagai media dan mudah diakses sehingga memungkinkan tidak dapat kita cegah. Hal ini tentu membawa dampak yang buruk bagi generasi bangsa kita, karena dengan mudahnya mengakses hal-hal negatif sehingga mengakibatkaan peserta didik mudah terjerumus ke hal-hal yang bersifat negatif.

Dampak yang ditimbulkan begitu dahsyat, hal itu dapat kita lihat dari merebaknya isu-isu moral di kalangan peserta didik seperti penggunaan narkoba, pornografi, pemerkosaan, perusakan fasilitas umum, perampasan, penipuan, pengguguran kandungan, penganiayaan, perjudian, pelacuran, pembunuhan dan lain-lain, sudah menjadi masalah sosial yang sampai saat ini belum dapat diatasi secara tuntas dan tentunya tidak dapat dianggap sebagai suatu persoalan yang sederhana, karena tindakan-tindakan tersebut sudah menjurus kepada tindakan amoral. Kondisi ini sangat memprihatinkan masyarakat khususnya guru, sebab pelaku-pelaku beserta korbanya adalah kaum pelajar.

Ketika mengamati kondisi penyimpangan moral yang terjadi di kalangan pelajar tentu tugas kita sebagai guru semakin berat. Peran guru pada era disrupsi ini berbeda dibandingkan guru zaman dulu. Guru tidak lagi berperan sebagai sumber belajar secara utuh. Saat ini guru memiliki peran penting sebagai defender bagi para peserta didiknya agar tidak terpengaruh oleh digitalisasi lingkungan yang akan merugikan dirinya sendiri.

Beberapa hal yang harus dilakukan guru dalam mendidik peserta didiknya adalah ketegasan agar mereka mampu menghargai gurunya, guru juga harus dapat memotivasi dan meningkatkan komunikasi denga peserta didiknya. Guru juga berperan sebagai pengganti orang tua ketika di sekolah, sehingga guru berkewajiban untuk memberikan pengajaran serta mendidik peserta didiknya ke arah yang lebih baik.

Guru tidak hanya dituntut untuk transfer ilmu tetapi, juga dituntut memainkan peran sebagai benteng tangguh yang akan menjaga dan memperkukuh etika dan moral bangsa. Dalam era disrupsi, pembekalan ilmu agama dari guru sangat relevan bagi kehidupan manusia. Ilmu agama yang diajrkan oleh guru menawarkan nilai-nilai yang dapat menciptakan keseimbangan sosial dan mengeliminasi segala bentuk permusuhan, kebencian, kekerasan, dan eksploitasi manusia. Tujuan pengajaran dan pembiasaan ilmu agama oleh guru tidak semata-mata untuk memperkaya pikiran peserta didik dengan pengetahuan saja, tetapi juga untuk meninggikan moral, melatih dan mempertinggi semangat, menghargai nilai-nilai spiritual dan kemanusiaan, mengajarkan sikap dan tingkah laku jujur dan bermoral, serta menyiapkan para peserta didik untuk hidup sederhana dan bersih hati.

Menghadapi era disrupsi, peran guru masa kini juga perlu ditingkatkan. Tuntutan globalisasi tidak mungkin dihindari. Salah satu langkah bijak, yaitu menjadi sosok yang berkualitas, guru masa kini harus meningkatkan mutu pendidikannya. Menjadi sosok yang integratif, baik dalam penguasaan pengetahuan agama dan pengetahuan umum maupun kecakapan teknologis merupakan prasyarat yang tidak bisa diabaikan untuk konteks perubahan sosial akibat globalisasi dan modernisasi.

Sebagi guru masa kini, kita mempunyai tugas penting untuk mendidik kader-kader bangsa yang bermoral. Guru yang berhasil adalah sosok yang mampu mengembangkan dirinya sehingga ia mampu melakukan inovasi dan improvisasi dalam menghadapi situasi baru yang belum pernah dialaminya. Oleh karena itu, guru masa kini perlu membekali peserta didik dengan kemampuan intelektual, sosial, dan profesional yang tinggi. Pilar utama pendidikan yang harus ditularkan guru masa kini kepada peserta didik adalah learning to know, learning to do, learning to be. Aktualisasi tiga elemen ini merefleksikan agar terjadi keseimbangan antara teori dan praktik sehingga keluaran (output) yang dihasilkan memiliki kecakapan dan kemampuan yang multiguna, baik terhadap agama maupun esensinya sebagai makhluk sosial yang bermoral.


Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image