Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Giyoto

Menggagas Pembelajaran HOTS

Guru Menulis | 2022-03-24 19:25:02

Ilmu pengetahuan dan teknologi pada saat ini berkembang sangat pesat. Masa kehidupan yang pada awalnya berbasis mekanis, bergeser menjadi komputasi dan digitalisasi. Saat ini, hampir semua lini kehidupan masuk pada era digital. Pengolahan dan penyimpanan data secara fisik dan manual telah banyak ditinggalkan dan bermigrasi pada transformasi digital. Berbagai aktivitas kehidupan yang mengandalkan interaksi secara langsung beralih memanfaatkan dunia maya dengan jaringan yang tidak terbatas, yaitu internet. Sebut saja dunia perbankan, pendidikan, kesehatan, dan lain-lain saat ini mengandalkan internet untuk meningkatkan efektifitas pelayanannya.

Pada era digital, berbagai pekerjaan yang bersifat mekanis yang dilakukan oleh tenaga manusia dambil alih oleh mesin. Hal tersebut menyebabkan penyerapan tenaga kerja manusia pada bidang-bidang pekerjaan yang tidak memerlukan kemampuan berpikir semakin berkurang.

Seiring dengan perkembangan zaman, masalah yang dihadapi manusia juga semakin beraneka ragam. Oleh sebab itu, kemampuan berpikir untuk menyelesaikan masalah semakin diperlukan. Pada keadaan dan masalah yang berbeda, manusia tidak lagi dapat menyelesaikan masalah dengan cara yang sama. Deiperlukan kemampuan berpikir kritis dan kreatif untuk menyelesaikan masalah dalam rangka meningkatkan kalitas kehidupan manusia.

Tak terkecuali dalam dunia pendidikan, perlu menyiapkan peserta didik untuk menghadapi tantangan yang semakin kompleks. Pendidikan tidak cukup membekali peserta didik dengan materi mata pelajaran seperti selama ini, namun perlu menyiapkan peserta didik untuk mengembangkan kecakapan hidup, keterampilan belajar dan inovasi, serta literasi.

Pendidikan Abad XXI menuntut pendidik menyiapkan peserta didik untuk mempunyai kecakapan hidup danberfungsi secara optimal dalam kehidupan sesuai tuntutan zaman. Sehingga tidak hanya membekali pengetahuan saja. Keterampilan hidup yang perlu diajarkan antara lain kemampuan beradaptasi, mempunyai ide atau inisiatif, mengarahkan diri, produktif, mempunyai sikap kepemimpinan dan bertanggung jawab serta penguasaan teknologi informasi. Selain itu, pendidik juga dipacu untuk mengajarkan keterampilan abad XXI seperti berpikir global, literasi keuangan, bisnis dan enterpreneur, literasi kewarganegaraan, dan kesehatan.

Sejak awal, Indonesia telah merumuskan tujuan pendidikan yang sesuai dengan kerangka kerja untuk pembelajaran abad XXI. Menurut UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003, pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Turunan UU tersebut diterjemahkan dalam Permendikbud No 23 Tahun 2006 maupun Permendikbud No 20 HOTS Tahun 2016 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk pendidikan dasar dan menengah yang mengamanatkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, komunikatif, dan kolaboratif sebagai bagian dari kompetensi yang diharapkan dikuasai oleh lulusan pendidian dasar dan menengah. Sayangnya, sampai saat ini kemampuan tersebut khususnya kreativitas dan berpikir kritis siswa Indonesia pada umumnya masih kurang memuaskan. Kecenderungan mereka justru mudah menyerah, putus asa dan instan.

Berdasarkan uraian di atas, sudah saatnya para pendidik menyiapkan diri untuk melakukan tindakan nyata untuk menumbuhkan sikap dan keterampilan abad XXI. Tugas pendidik antara lain merancang kegiatan pembelajaran yang menggugah siswa untuk berpikir kritis, kreatif dan inovatif. Pendidik dipandang perlu menyiapkan pembelajaran yang mengandung unsur keterampilan berpikir tingkat tinggi (KBTT) atau sering disebut Higher Order Thinking Skills (HOTS). Kemampuan berpikir tingkat tinggi sebenarnya diperlukan setiap saat, sebelum abad XXI pun juga perlukan kemampuan berpikir. Karya-karya besar sebelumnya juga merupakan buah pikiran tingkat tinggi. Namun, kesadaran saat ini yang selalu dikaitkan dengan abad XXI merupakan semangat bagi kita untuk lebih meningkatkan kompetensi diri dalam menyiapkan generasi masa depan.

Bagaimana menyajikan pembelajaran yang HOTS? Pertanyaan tersebut lazim kita diskusikan, sebab sampai saat ini perhatian kita tertuju pada soal-soal ujian HOTS. Nah, seharusnya sebelum ujian atau penilaian HOTS, yang perlu dilakukan adalah proses pembelajaran yang HOTS. Lalu sebenarnya bagaimana pembelajaran yang HOTS ? Merujuk pada Standar Kompetensi Lulusan (SKL), pembelajaran yang HOTS adalah proses pembelajaran yang dirancang oleh guru untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, komunikatif, dan kolaboratif. Pembelajaran yang dilaksanakan menunjukkan proses belajar yang bermakna (meaningful learning) bukan hanya hapalan (rote learning). Sehingga dari pembelajaran yang bermakna peserta didik diharapkan dapat mengembangkan keterampilan diri untuk menghadapi tantangan abad XXI.

*) Penulis adalah Guru SD Negeri Lempuyangwangi Yogyakarta

Jalan Hayam Wuruk 09 Yogyakarta 55212

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Terpopuler di

 

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image