Pantai Karapyak dan Cerita Mak Anah
Wisata | 2022-03-21 17:40:23Pantai Karapyak yang berada di kawasan Kabupaten Pangandaran belum begitu terkenal dibandingkan dengan Pantai Pangandaran yang menjadi tujuan utama wisata. Pantai ini merupakan salah satu gugusan pantai di wilayah selatan Jawa Barat yang cukup menarik kendati pengelolaan tempat wisata ini terbilang relatif masih baru. Aku berkesempatan mendatanginya akhir tahun 2021. Pagi itu aku baru menginjakkan kaki di sana setelah menempuh perjalanan selama hampir lima jam dari Kota Bandung menembus kegelapan dan melawan hawa dingin.
Menggunakan sedan Brio Yellow Carnival akhirnya kami bisa melewati pintu gerbang ini dengan membayar tiket masuk sebesar Rp 28.000,- untuk kendaraan sedan dan jeep serta ditambah membayar asuransi kecelakaan sebesar Rp 2500,-. Perlahan tapi pasti dan tidak menghabiskan waktu lima menit akhir sedan yang kutumpangi masuk ke areal wisata pantai tersebut. Sempat kebingungan mencari tempat parkir akhirnya menemukan tempat parkir di tanah berumput paling ujung yang langsung menghadap pantai. Kami berempat pun keluar dari sedan itu.
Perlahan tapi pasti kendaraan sedan atau bis hadir memenuhi tempat parkir yang tersedia. Orang-orang pun mulai bermunculan dan terbayar sudah rasa capek mereka setelah melakukan perjalanan jauh yang tak jauh beda dengan yang aku lakukan bersama rekan. Pada tempat parkir itu kulihat kios-kios berdiri yang tampak belum begitu banyak. Tetapi untuk menikmati sarapan pagi atau sekedar menikmati secangkir kopi panas rasanya tepat sekali. Tak luput pula mataku memandang tenda unik berwarna hitam yang bisa disewakan karena di kawasan ini belumlah ada penginapan.
Setelah itu kuputuskan untuk menyusuri pantai sendirian tanpa rekan-rekanku, Aku berjalan di atas pasir-pasir itu dan kudengar pula deburan ombak yang menghiasi pagi itu. Pantai itu harus kuakui bukanlah pantai yang cocok untuk digunakan untuk berenang karena ombaknya yang begitu besar. Aku memandang jauh ke arah timur dan kuketahui dari orang yang ada di sana jika menggunakan perahu maka nantinya kita akan sampai ke kawasan Nusa Kambangan, Jawa Tengah. Beberapa orang kulihat mulai selfie dan tak mau melewatkan momen langka karena bisa jadi kali ini mereka baru menginjakkan kaki di pantai ini.
Puas menyusuri sepanjang pinggir pantai kulihat tenda biru berdiri di atas pasir dan kulihat sekumpulan kayu ditumpuk menjadi media pembakaran untuk mendidih air di atas panci. Dua orang pria yang kutemui bernama Fadli dan Dwi yang berasal dari Bogor yang hendak berangkat ke Purworejo. Keduanya menyambut hangat kerhadiranku. Mereka menawarkan kopi dan rokok tetapi aku menjawabnya dengan ucapan terima kasih. Dwi bercerita jika malam itu ia menginap di dalam tenda dengan diiringi hujan besar dan petir,. Dia rela mengunjungi pantai ini karena penasaran dengan pantai Karapyak setelah tahu dari Google dan dengan menggunakan Google Maps akhirnya mereka yang datang berdua menggunakan kendaraan roda dua tiba juga. Kepenasaran mereka tentang pantai ini akhirnya terjawab. Mereka senang karena datang ke sini dan tadinya mereka hendak menyalakan api unggun namun sayang karena malam hari hujan mereka tak bisa melakukannya.
Pantai ini tidak saja mempertonrtonkan pepohonan yang mampu memikat mata tetapi keasriannya masih tetap terjaga. Harus kuakui pula kebersihan pantai pun masih baik karena sampah-sampah pun tak terlihat besrerakan. Petugas kebersihan senantiasa selalu membersihkan kawasan tersebut ketika sore hari saat keadaan mulai sepi. Kunjungan wisata ke tempat ini biasanya ramai pada hari Sabtu dan Minggu. Penjual minuman dan makanan serta tukang parkir di sana mengatakan setiap dua hari itu penghasilan mereka meningkat dan bisa membawa uang lebih ke rumahnya. Artinya, selain dua hari itu Pantai Karapyak kondisinya relatif sepi walaupun ada orang yang berkunjung ke sana tetapi tidak sebanyak dua hari tersebut. Pantai Karapyak biasanya dijadikan tempat transit sebelum ke Pantai Pangandaran. Jarak tempuh ke Pantai Pangandaran kurang lebih membutuhkan waktu sekitar 45 menit.
Kepenasaranku akhirnya terjawab tentang kebersihan pantainya yang terjaga. Kulihat saat itu seorang wanita tua sedang bekerja memunguti botol-botol air mineral yang berserakan dan juga membantu memasukkan sampah-sampah yang ada ke tempat sampah yang disediakan. Namanya Mak Anah dan wanita itu ternyata asyik juga diajak bincang-bincang di pantai itu. Setiap Sabtu Minggu menurutnya ia bisa mendapatkan 1-2 kuintal barang yang terbuang itu dan menjualnya kepada pengepul sebesar Rp 2500,-/kilogram. Untuk mencapai tempat ini Mak Anah rela berjalan 1 kilometer untuk mendapatkan barang-barang tersebut. Katanya, barang bekas itu rezeki bagi dirinya dan uangnya bisa dimanfaatkan untuk memperbaiki rumahnya dan akan sehari-hari. Mak Anah ternyata kini hidup sebatang kara. Dia merasa senang bisa mengambil botol-botol bekas air mineral itu dan lebih senang jika melihat kondisi pantai tetap selalu bersih.
Ternyata ia pun bercerita jika beberapa tahun lamanya terbiasa menjadi tukang pijat di Pantai Pangandaran dengan bayaran seikhlasnya. Saat bercerita ia begitu lepas tanpa beban dan kuberikan uang sepuluh ribu untuknya. Dia pun bercerita susahnya mencari uang selama kawasan pantai ini ditutup karena COVID 19. Mak Anah satu bulan terakhir ini merasa bahagia dengan adanya geliat wsiata di pantai ini. Dengan banyaknya orang-orang yang datang maka itu lahan rezeki baginya. Dia berkata tak pernah meminta kepada pengunjung dan tak menolak bagi mereka yang memberi kepadanya. Dia berharap kondisinya normal lagi agar Pantai Karapyak bisa dikunjungi orang-orang seluruh Indonesia.
Tentu saja pagi itu adalah saat pertamaku mengunjungi pantai yang satu ini. Berdiri di sana dan memandangi seluruh kawasan pantai menjadi pengalmaan yang takkan terlupakan. Kurang lebih aku bersama rekan-rekanku sekitar satu setengah jam berada di sana yang memberi kenangan indah kepada diriku dan mungkin suatu saat aku pun akan kembali ke pantai ini dengan teman-teman yang lain. Supir sudah memberi tanda kepadaku untuk segera asuk ke mobil untuk secepatnya check in ke penginapan untuk selanjutnya menikmati indahnya Pantai Pangandaran yang menjadi tujuan utama kami.***
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.