Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Asri Hartanti on Ahaa Channel

Minyak Goreng Langka; Kenapa Bisa dan Apa Solusinya?

Politik | Sunday, 20 Mar 2022, 14:48 WIB

Twitter dibanjiri berita tentang langkanya minyak goreng di Indonesia minggu ini. Salah satunya adalah tentang ketidakmampuan menteri perdagangan Muhammad Lutfi untuk mengatasi mafia minyak goreng.

Dari pernyataan di atas, bisa disimpulkan bahwa sebenarnya harga-harga barang dalam hal ini yang menguasai hajat hidup orang banyak bisa di-setting. Lalu siapa yang mampu melakukan manipulasi harga tersebut? Secara logika, semestinya jawabannya adalah pemerintah sebagai pemegang otoritas nomor satu. Mafia saja bisa mengendalikan harga minyak goreng, apalagi pemerintah, kecuali jika yang termasuk di dalamnya pemegang otoritas juga.

Hal ke dua yang bisa disimpulkan adalah bahwa saat ini pemegang kendali pemerintahan memang bukan lagi hanya pemerintah sendiri, namun juga pihak yang mempunyai modal. Itu sudah menjadi rahasia umum. Negeri rasa swasta, begitu kira-kira istilah jaman sekarangnya. Kedoknya adalah pelindung rakyat, namun sebenarnya kepentingan dasarnya adalah untuk melindungi si pemilik modal yang mendukung dudukya pihak-pihak di kursi pemerintahan. Lalu dimana posisi rakyat saat ini? Ya tergantnng si pemilik modal.

Kondisi seperti ini sebenarnya sudah terjadi selama bertahun-tahun, dan inilah penyebab negara kita selalu saja terpuruk dari segala sektor, padahal kita adalah negara yang kaya akan Sumber Daya Alam. Sebuah kondisi dimana pemerintah selalu saja tidak mampu tegas memihak rakyat dan memilih menyerahkan ‘kehormatannya’ pada para pemilik modal. Masih jelas ingatan kita tentang bagaimana sebuah perusahaan swasta bernama PT. Free Port mengeruk habis emas Indonesia untuk kepentingannya sendiri, sementara rakyat Indonesia terutama yang tinggal di Papua, sama sekali tidak menikmati hasilnya.

Kembali pada kasus minyak goreng, idealnya, pemerintah mengambil tindakan. Ganyang para mafia kelas kakap, dan kelas teri. Solusinya sebenarnya sesederhana, karena dengan tidak ada penimbunan, pasar dapat memenuhi demand minyak goreng, dan harga akan stabil seperti biasa. Namun praktiknya, tidak semudah itu, karena mafia tidak mungkin berkuasa penuh tanpa merekrut pihak-pihak pemegang otoritas juga. Artinya, orang dalam juga ikut bermain di sini.

Dalam Islam, kondisi semacam ini insha Allah tidak akan terjadi. Mental-mental mafia akan terkikis habis jika Islam adalah pandangan hidup setiap orang dalam sebuah negara.karena ridlo Allah adalah standar setiap perbuatan. Orang akan berpikir beribu-ribu kali untuk melakukan perbuatan dosa. Selain karena kesadaran diri, sistem hukum juga mendukung untuk memberi efek jera. Beda dengan apa yang terjadi saat ini, dimana kapitalisme adalah pandangan hidup kita. Uang adalah standar dari setiap perbuatan. Orang tidak akan segan melakukan apapun demi menumpuk pundi-pundi emas untuk diri sendiri. Lagipula, sistem hukum bagi para pelaku korupsi misalnya atau kasus kejahatan yang lain tidak menjerakan di negara ini.

Asri Hartanti

Ibu Rumah Tangga

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image