Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Refa Mughni labib

BAHASA SEBAGAI ALAT KOMUKASI,BERFIKIR DAN TANDA/SIMBOL

Sastra | 2022-03-19 18:29:28

Pada hakikatnya seseorang atau masyarakat tidak akan terjalin komunikasi, berfikir, bahkan kebudayaan itu sendiri tanpa adanya bahasa. Hal ini dibuktikan banyak para ahli bahasa menyimpulkan bahwa bahasa sebagai ekpresi dalam bentuk komukasi baik secara lisan ataupun non-lisan yang bisa menegakan suatu aktivitas tertentu, bahkan dengan adanya bahasa citra pemikiran dari seseorang akan maju dan tumbuh, karena adanya suatu komunikasi, sosialisai dan interaksi satu sama lain. Maka interaksi sosial ini tidak bisa dilepaskan dari hukum bahasa itu sendiri, dan suatu interaksi sosial akan mati jika tidak ada implementasi dari suatu bahasa, jika kita menelaah secara mendalam kepada definisi bahasa itu sendiri maka akan ada titik temu yang berkesinambungan.

Para ahli contohnya seperti Devitt dan Hanley menyatakan bahwa jika seseorang telah mengimplementasikan kegunaan ataupun urgensi dari bahasa maka akan berpengaruh pada kemampuan beretorika, baik beretorika dalam menulis maupun berbicara. Retorika dalam hal ini ialah sebagai kemampuan dalam mengolah bahasa secara efektif dan efesien berupa ethos (karakter atau niat baik). Tentu jika bahasa tidak diimplementasikan dengan sebaik mungkin maka makna bahasa sebagai alat komunikasi tidak akan tercapai, karena disebut bahasa maka ada unsur atau prosedur tersendiri sesuatu bisa dikatakan bahasa jika ada terjalinnya komunikasi, bukan hanya sekedar komunkasi akan tetapi terjalin hubungan yang harmoni dari suatu komunikasi tersebut, yang mana berfikir yang baik dengan etika yang baik pula bahasa dapat menjadi pusat dalam ilmu komunikasi. Ada satu buku yang mengupas tentang suatu bahasa, dimana buku itu berjudul the power of languange karangan dari ahli bahasa asal korea yaitu shin do hyun mengatakan bahwa dengan bahasa kita bisa mengubah satu paradigma akan tetapi bukan secara langsung kita dapat merubah dunia, tapi jika kita merubah paradigma kita melalui bahasa kita bisa tinggal di dunia yang berbeda.

Bahasa itu terbentuk juga dari sebuah pemikiran, kita bisa lihat kekacauan seseorang dalam berbahasa karena terganggunya suatu pemikiran, maka bahasa dan pemikiran ini tidak dapat dipisahkan, bahkan bahasa itu akan keluar mengikuti atau arahan dari suatu pemikiran. Akan tetapi jika kita melihat secara jeli bahwa bahasa hanyalah sebgaai bentuk wujud dari ide atau pikiran saja. Sehingga analisa bahasa dengan melepaskannya dari analisa ide adalah kesesatan. Artinya, tidak mungkin ada bahasa tanpa ide atau pikiran, begitu pula sebaliknya. Maka semakin orang mengatur tata cara berpikirnya maka semakin itu pula tata cara orang itu pula dalama mengatur bahasanya atau pembicarannya. Kualitas, bobot intelektualitas seseorang akan terlihat dari bahasanya. Terkadang bahasa yang tidak kita pahami ataupun bahasa yang tidak dapat kita akses dari pembicaraan seseorang bukan karena seseorang tersebut sedang kacau atau mengaco pikirannya akan tetapi seseorang tersebut telah mendalami pemikirannya sehingga bernilai dan bermakna dari bahasanya. Banyak ahli filsafat yang memiliki makna bahasa yang sangat dalam sekali, hal ini mengacu pada berbahasa dan berpikir yang dipadukan dalam satu wadah, jika seseorang hanya ingin berbicara dari bahasa saja, maka penyampaiannya pun akan bernilai nihil karena tidak ada paradigma yang bisa mengubah pandangan hidup, seperti tadi yang dikatakan oleh pengarang buku the power of language. Maka dari itu komunikasi yang baik bahasa yang baik akan berpengaruh pada pola pikir ataupun sebaliknya.

Bahasa sebagai simbol dari suatu hal, baik bersifat human atau non human. Bahasa sebagai simbol tanda yang disampaikan dari suatu human bisa di implementasikan kepada macam aspek. Bahkan simbol dari bahasa ini dapat mempengaruhi pertahanan suatu negara, sehingga simbol yang ditanamkan bahasa didalamnya adalah hal yang sangat penting. Maka tentu ada kaitan antara bahasa dan simbol. Dalam interaksi sosila merupakan syarat yang diperlukan untuk menerjemahkan suatu simbol tersebut sebagai media interaksi, sehingga makna simbol interaksi itu menjadi jelas, salah sataunaya simbol bahasa. Sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Goodman dan George bahasa sebagai fungsi simbol.

Pertama, simbol bahasa memungkinkan orang menghadapi dunia material dan menggolongkan dan mengingat objek yang mereka jumpai. Dengan cara ini manusia mampu menata kehisupan, agar tidak membingungkan. Bahasa memungkinkan orang menagtakan, menggolongkan, dna terutama mengingat secara lebih efesien ketimbang yang dapat mereka lakukan dengan menggunakan jenis simbol lain seperti kesan bergambar

Kedua, simbol bahasa meningkatkan kemampuan manusia untuk memahami lingkungan. Daripada dibanjiri oleh banyak stimulti yang tidak dapat dibedkan, aktor dapat berjaga-jaga terhadap bagian lingkungan tertentu saja ketimbang terhadap lingkungan lainnya.

Ketiga, simbol bahasa meningkatkan kemampuan untuk berpikir. Jika sekumpulan simbol bahasa bergambar hanya dapat meningkatkan kemampuan berpikir secara terbatas, maka bahasa akan dapat lebih mengembangkan kemampuan ini. Dalam artian ini, berpikir dapat dibayangkan sebagai berinteraksi secara simbolik dengan diri sendiri.

Keempat, simbol bahasa meningkatkan kemampuan untuk menyelesaikan berbagai masalah,. Binatang harus menggunakan trial and error , tetapi manusia dapat memikirkan dengan menyimbolkan berbagai alternatif tindakan sebelum benar-benar melakukannya. Kemampuan ini mengurangi peluang berbuat kesalahan yang merugikan.

Kelima, simbol bahasa memungkinkan aktor mendahului waktu, ruang dan bahkan pribadi mereka sendiri. Melalui penggunaan simbol, aktor dapat membayangkan seperti apa kehidupan dimasa lalu atau seperti apa kemungkinan hidup di masa depan. Lagipula, aktor dapat secara simbolik mendahului pribadi mereka sendiri dan membayangkan seperti apa kehidupan ini dilihat dari sudut pandang orang lain.

Keenam, simbol bahasa memungkinkan kita membayangkan realitas metafisik seperti surga dan neraka.

Ketujuh, simbol bahasa memungkinkan orang menghindar dari diperbudak oleh suatu lingkungan. Orang dapat lebih aktif ketimbang pasif, artinya mengatur diri sendiri mengenai apa yang dikerjakan.

Dan apabila simbol bahasa diatas ini dikaitkan dengan sebuah aksi dan interaksi, maka akan terjalin dan wujudnya bahasa itu sendiri. Maka dengan ini bahasa menjadi sumber interaksi sosial yang mana bahasa itu sendiiri menjadi eksistensi dunia komunikasi, dunia filsafat atau retorika bahkan dengan adanya bahasa simbol juga bisa berada ditengah kalangan masyarakat. Bahkan ketiga sintesa bahasa tadi contohnya seperti simbol dapat memeribakn dampak baik juga keberagaman umat yang ada di suatu masyarakat karena dengan adanya simbol bahasa di bidang agama maka masyarakat dalam tingkah perilakunya akan menghormati hal yang berada pada lingkungan tersebut, sehingga terjalinlah suatu hubungan yang harmonis antar agama. Jika kita telaah lagi bahwa bahasa juga bisa menjadi alat perdamaian dunia, tak dapat dipungkiri contohnya dalam dunia diplomasi, seorang diplomat harus bisa menggunakan bahasa yang baik dalam menjamin keberlangsungan kerjasama antar negara yang mana jika suatu bahasa seorang diplomat baik, maka akan meberikan dampak yang sangat berpengaruh sekali bagi suatu bangsa.

Maka dapat dipahami bahwa bahasa adalah alat komunikasi, berpikir, juga simbol yang membrikan dampak bagi suatu masyarakat dan lingkungan. Bahasa sebagai alat komunikasi bermakna bahwa bahasa merupakan deretan bunyi yang bersistem, berbentuk lambang, bersifat arbitrer, bermakna, konfensional, unik, universal, produktif, bervariasi, dinamis, manusiawi, dan alat interaksi sosial yang menggantikan individual dalam menyatakan sesuatu kepada lawan tutur dalam suatu kelompok sosial sebagai alat untuk berkomunikasi dan identitas penuturnya.

Bahasa sebagai citra pikiran bermakna bahwa bahasa terbentuk dari pikiran, atau bentuk bahasa (secara individual dan spontan) meniru atau mengikuti bentuk pikiran atau ide.

https://pixabay.com/id/images/search/bahasa/

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image