Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Dompet Dhuafa

Modernitas Ala Dompet Dhuafa

Bisnis | Saturday, 19 Mar 2022, 17:40 WIB
Hendri Saparini selaku Yayasan Dompet Dhuafa Republika hadir dalam General Stadium Wisuda LEAP Dompet Dhuafa pada Kamis, 17 Maret 2022

JAKARTA Dompet Dhuafa hadir dengan terus menyesuaikan dengan transformasi digital dan selalu hadir dengan konsep-konsep baru dalam menghimpun dan mengelola dana Ziswaf.

Menurut Hendri Saparini selaku Bendahara Yayasan Dompet Dhuafa Republika terdapat catatan pada General Stadium Wisuda LEAP Dompet Dhuafa pada Kamis, 17 Maret 2022, “Kita harus lebih modern dengan transformasi digital. Tidak hanya BUMN, pegawai negeri harus zakat via BAZNAS. Apa yang harus kita lakukan, dengan teknologi, dapat bersedekah habis subuh 5.000 atau bahkan 1.000. Akan ada 10.000 per hari, maka itu sesuatu sekali. Kita harus adopsi teknologi, dan internal kita, tidak boleh alergi terhadap teknologi. Kadang kita tidak suka, apa yang kita kerjakan terlalu transparan. Kita harus menunjukkan kepada masyarakat, bahwa kita dapat dipercaya, baik laporannya, dan konsep-konsep baru. Modernitas Dompet Dhuafa yang harus diikuti dengan berbagi inovasi, adalah sesuatu yang tidak bisa dihindarkan”.

“DD akan menghadapi calon-calon tenaga baru yang mindset nya bukan mencari establishment. Apa yang bisa saya dapatkan dalam 5 atau 10 tahun di Dompet Dhuafa. Mereka akan menjadi jaringan DD, kolaborasi harus dibuka. Mindset untuk kolaborasi. Kita hanya bisa menjadi besar atau kompetitif jika berkolaborasi dengan syarat Islamic values,” tambah Hendri.

Hendri melanjutkan, “kita harus lebih mandiri. Tidak hanya dari sisi DD. Tidak hanya kemandirian DD, tapi kita dorong agar menjadi kemandirian Indonesia, yang lebih besar. Lewat pemikiran, lewat kiprah kita. Dari resources, pendanaan, kita harus kreatif lagi untuk mencreate lagi. Socio enterpreneurship, jangan dianggap ketika memikirkan model-model ekonomi, bukan berarti DD jadi kapitalis. Kita membuat 1 menjadi 10, nah 10 nya dibuat apa. Jika digunakan untuk mendukung dhuafa, kenapa tidak. Kita punya dewan syariah yang mengontrol”.

Misalnya 1000 hektar sawah menggunakan zakat, kita didampingi oleh dewan syariah. Setelah 2 tahun kita bisa multiplier effect, dari 2 komunitas menjadi 4 komunitas dan sebagainya.

“Bagaimana IMZ dapat memposisikan agar visi misi DD memiliki teman yang banyak. Sehingga bisa kita ajak kerjasama. Jadi bukan eksklusifitas, kita lebih inklusif dengan orang2. Ada yg ditarget atau ditawarkan bagaimana kepemimpinan ala IMZ dan DD. Yang berkolaborasi dgn kita tidak ada pertentangan di tengah. Menuju mandiri dan modern. Sekarang kolaborasi. Kepentingan bisnis IMZ dan kepentingan DD,” tambah Hendri.

Buatlah event yang itu dimiliki DD, tapi jangan sampai kita mengeluarkan uang. Misalnya kita buat bebarengan dengan KTT, kita perlihatkan modelnya DD. Kita punya release bahasa Indonesia dan release bahasa Inggris. Ini cara kita menunjukkan kemampuan kita. Kita punya itu, dan kita sebar. Kita punya jaringan luar negeri. Giving index kita sangat tinggi, apa artinya. Ini quotation yang sangat baik bagi kita.

Isu apa yang perlu kita angkat? Isu sosial ekonomi perlu kita angkat. Permasalahan di negara2 Indonesia, atau negara2 lain yang punya permasalah serupa dengan kita. Kita berharap negara2 lain dapat mendukung kita lewat Dompet Dhuafa. Fokus pada sosial ekonomi yang kita kaitkan, crisis Rusia dan Ukraina, kita jadikan itu latar belakang. Ini lho kalo ada situasi seperti ini, dampaknya ke negara2 berkembang seperti ini. Ini tuntutan agar Indonesia punya struktur yang lebih kuat. Orang akan lebih mudah untuk menerima, mengadopsi. Kalo kita lebih heavy kepada politik, maka resistensi akan di depan. Bahwa kita punya program2 yang baik. IDEAS dapat menyusun program, yang gratis. Artikelnya banyak, kita sebarkan. Memaknai Presidensi G20.

Demokrasi ekonomi belum terjadi. Bagaimana program2 25 th kedepan, tidak hanya dhuafa, tetapi masyarakat kita berdaya, pada kontribusi 25 th emas ke depan. Kita tidak bisa menjadikan dhuafa sebagai objek. Mereka adalah subjek, sehingga kita ikutkan. Kalo mereka ikut menghasilkan, maka mereka akan ikut menikmati. Jika tidak, maka mereka hanya akan ikut jika netes ke mereka.

Memastikan dhuafa dapat menerima manfaat, dan kedua ada business yang menjadi opportunity agar better of. Koperasi dari anak2 mereka, dan kemudian perdagangannya. Itulah close loop. Sehingga ketertarikan mereka menjadi besar, sehingga menguntungkan mereka dan masyarakat luas. Mereka kita ikut libatkan. Yang nanem, yang teknologi, yang bisa ikut mengambil kebijakan. Tidak hanya sibuk mendampingi dhuafa, tapi juga mendampingi para pengambil kebijakan.

Kita menyiapkan milenial bisa paham. Kita akan melebarkan kanal agar dapat menerima semua kalangan. Fokus di sosial ekonomi. Kita bawa ke nasional dan luar negeri, akan jauh dapat diterima. Saya bisa diterima oleh banyak pihak. Supaya pengambil kebijakan dapat mengambil ide-ide kita.

Inovasi-inovasi pasti datangnya dari milenial. Harus sabar dan harus ada bukti. Jangan segan-segan untuk mengadakan survey. Supaya ada solusi, manfaat dan tantangan. Tidak mudah di era saat ini. Kita harus inklusif, harus mengadopsi teknologi, ini multi dimensi.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image