Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Hidayatulloh

Akhirnya Menemukan Gayung di Supermarket Eropa

Gaya Hidup | Saturday, 19 Mar 2022, 15:35 WIB

Sebelum membaca tulisan ini secara lengkap, mari kita memperhatikan budaya mayoritas warga Eropa, khususnya dalam penggunaan air dalam kehidupan sehari-hari agar tulisan ini dapat dipahami dengan baik. Sependek pengamatan saya sebagai mahasiswa internasional di Miskolc, Hongaria (Eropa Tengah), masyarakat menghemat penggunaan air karena sumber daya yang terbatas. Jangan bandingkan dengan negara-negara tropis seperti Indonesia yang kaya akan sumber daya air dari sungai, mata air pegunungan dan sumur tanah.

Salah satu budaya warga Eropa adalah sangat meminimalisir penggunaan air di toilet. Oleh sebab itu, mereka lebih suka menggunakan tisu untuk istinja’. Istinja' adalah menghilangkan najis dari tempat keluarnya air atau kotoran dari kemaluan laki-laki dan perempuan, seperti setelah buang air kecil atau buang air besar. Berasal dari kata an-najaa’ (Bahasa Arab) yang berarti bersih atau selamat dari penyakit.

Setiap mini maupun supermarket menjual berbagai macam tisu toilet dari berbagai merek. Bahkan saya sering melihat “emak-emak” belanja tisu toilet dalam kantong ukuran besar yang biasanya untuk penggunaan sebulan di rumah. Tisu akan menjadi daftar belanja bulanan warga Eropa karena penggunaan sehari-hari.

Uniknya hampir sebagian besar mahasiswa asing yang berasal dari Asia dan Afrika tidak terbiasa menggunakan tisu toilet untuk beristinja setelah menunaikan hajatnya, baik kecil maupun besar di WC. Ketika awal saya tiba dari Indonesia dan tinggal di asrama khusus mahasiswa asing di gedung E6, saya seringkali menemukan botol kosong di WC. Biasanya botol bekas air mineral satu liter digunakan penghuni asrama untuk istinja. Sebelum masuk WC, penghuni asrama mengisi botol kosong dengan air dari wastafel. Nampaknya tak puas batin jika istinja hanya menggunakan tisu toilet. Setiap pekan petugas kebersihan punya tugas tambahan untuk mengangkut botol-botol bekas yang ada di WC karena “aneh” bagi mereka, meskipun akhirnya maklum dengan keadaan seperti ini.

Saya pun ikuti kebiasaan kawan-kawan asrama untuk memanfaatkan botol bekas air mineral. Tak puas rasanya hati jika hanya menggunakan tisu. Apalagi sebagai muslim, saya sangat khawatir masih ada tersisa kotoran yang mempengaruhi keabsahan aktifitas ibadah seperti shalat. Meskipun sebenarnya dalam kitab-kitab fikih (hukum Islam), air bukanlah satu-satunya alat untuk beristinja dari najis. Batu pun dapat digunakan sebagai alat istinja. Selain batu, bisa menggunakan tisu, kayu, daun kering atau benda sejenis yang digunakan untuk bersuci. Benda-benda dimaksud harus suci dan tidak terkontaminasi najis. Selain itu benda yang digunakan harus benda padat, bukan benda cair atau lembek. Usahakan tidak dengan benda yang mudah hancur. Penting juga agar memilih benda yang memiliki permukaan kesat sehingga dapat mengangkat/menghilangkan najis.

Saat beribadah shalat Jumat di masjid, saya tidak menemukan botol bekas minuman di WC. Sebagai gantinya, pengurus masjid menaruh teko plastik berisi air yang dapat digunakan pengunjung untuk beristinja. Aneh tapi nyata, wibawa teko yang seharusnya digunakan sebagai wadah penyimpan air minum menjadi turun derajat mengurusi urusan buang hajat di toilet.

Cerita selanjutnya ketika mulai bermukim di flat/apartemen sejak Januari 2022, saya mau menghindari penggunaan botol bekas minuman karena kurang praktis dan mengganggu estetika keindahan toilet rumah. Beberapa supermarket yang menjual alat rumah tangga a.l. Aszia Centrum, Pepco, Auchan, Tesco, SPAR, LIDL dan Coop yang saya kunjungi tak menjual gayung seperti yang biasa saya gunakan di Indonesia. Akhirnya saya menyerah dan menggunakan wadah yang ada saja.

Tak disangka, saya melihat gayung di etalase toko Aszia Centrum lantai dua di pekan kedua bulan Maret. Niatnya setelah pulang Jumatan, saya mau belanja sapu dan pengki (serokan sampah) di toko tersebut. Sebelumnya saya sering kesini tapi tak menemukan. Entah mungkin baru tersedia karena sangat jarang pengunjung yang membeli gayung, bahkan mungkin digunakan sebagai perkakas dapur, bukan kamar mandi. Bentuk gayungnya unik dengan pola “love” dengan pilihan warna hijau dan oranye. Saya ambil satu warna oranye dan membayar di kasir dengan harga 490 forint (berkisar 21.000 rupiah). Akhirnya saya mendapatkan barang langka yang punya fungsi penting di toilet. Namun saya tidak gunakan untuk mandi sebab disini tidak ada bak mandi. Saya mengikuti budaya disini tiap mandi dengan shower atau alat pancuran yang dapat diatur air dingin dan air panas.

Penulis adalah warga negara Indonesia yang sedang tugas belajar tingkat doktoral di University of Miskolc dengan beasiswa Stipendium Hungaricum.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image