Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Nabiel Fakriyah

Kemunduran dan Keruntuhan Dinasti Tang

Sejarah | 2022-03-14 22:50:33
Sumber : Wikiwand

Penguasa dari Dinasti Tang setelah Xuanzong adalah kaisar-kaisar lemah dan juga ditambah dengan pemberontakan yang terjadi. Pembrontakan yang terbesar dalam Dinasti Tang adalah pembrontakan An Lushan yang berlangsung selama dua kaisar yaitu Suzong (756-762) dan Daizong (762-779). Dalam pembrontakan ini menyita kekayaan dari kekuatan dari Dinasti Tang.

Penyebab dari Kemunduran dan keruntuhan Dinasti Tang dikarenakan oleh hal berikut :

- Krisis Tianbao

Pada masa akhir pemerintahannya, Kaisar Xuanzong menjadi semakin mabuk kekuasaan dan boros. Ia lebih mengutamakan bersenang-senang dengan selirnya bernama Yang Guifei. Selir yang sebelumnya merupakan istri anaknya ini beraal dari Sichuan dan terkenal akan kecantikannya. Karena sama-sama menggemari tarian dan musik, dengan segera kaisar tersihir oleh pesonanya. Urusan kenegaraan diabaikannya dan orang-orang tidak setia dan korup diangkat menjadi menteri, seperti Li Linfu serta Yang Guozhong. Tindakan ini menyebabkan kekacauan dalam pemerintahan.

Li Linfu merupakan seorang yang senantiasa diliputi rasa iri serta dengki dan dalam kurun waktu 16 tahun jabatannya itu, ia bertindak sebagai seorang diktator. Selalu dicarinya akal untuk menjebak dan menyingkirkan orang-orang yang menentangnya. Saat Li wafat, kaisar mengangkat Yang Guozhong dimana ia merupakan kerabat kesayangan selirnya, untuk menjadi pengganti. Inilah yang membuka peluang bagi keluarga Yang untuk menguasai pemerintah Dinasti Tang.

- Pemberontakan An Lushan

Pada tahun 755, An Lushan, seorang jenderal penjaga perbatasan keturunan Turki yang bertubuh gemuk dan berperangai kasar, menerbitkan pembrontakan di Fanyang dengan tujuan untuk mengakhiri kekuasaan pejabat korup Yang Guozhong. Ia menyatakan dirinya sebagai kaisar dan menamai dinastinya dengan Yan (dinasti ini tidak diakui secara resmi oleh ahli sejarah). Pasukan yang dipimpinnya menyerbu ke arah selatan, membantai penduduk Kaifeng, merebut Luoyang, dan akhirnya ibukota Changan. Kaisar beserta Yang Guifei melarikan diri pada malam harinya ke arah Sichuan. Di tengah pelarian itu, para prajurit yang menyertai kaisar menyalahkan Yang atas segenap kekacauan itu dan menuntut agar Yang dibunuh saja. Kaisar yang tidak berdaya terpaksa memenuhi tuntutan itu dan memerintahkan agar selir kesayangannya itu menjerat lehernya sendiri dengan tali sutra. Peristiwa ini kemudian memberikan banyak inspirasi bagi para penyair, seperti Bai Juyi (772-846) untuk mengabdikannya. Yang Guozhong juga menemui ajalnya di tangan para prajurit.

Pemberontakan ini berhasil dipadamkan oleh Jenderal Guo Ziyi dan Li Guangbi pada tahun 763. Kedahsyatan pembrontakan ini mengakibatkan hancurnya perekonomian China utara dan tanah yang terbengkalai menjadi semakin luas. Kota-kota dan desa-desa berubah menjadi reruntuhan serta ditumbuhi ilalang. Peristiwa ini dikatakan sebagai titik balik kejayaan Dinasti Tang menuju keruntuhnya.

- Gerakan Separatisme Fanzhen

Awal abad ke-8, untuk melindungti daerah perbatasan, didirikanlah berbagai perbentengan di daerah perbatasan yang disebut dengan Fanzhen. Pemimpin masing-masing benteng itu diberi gelar Jiedushi atau "jenderal penjaga perbatasan". Mereka memegang kekuasaan militer, sipil, dan keuangan. Seiring dengan berjalannya waktu, kekuasaan penguasa masing-masing benteng ini makin meningkat. Pada masa pemberontakan An Lushan seja, lebih dari 90% angkatan bersenjata kerajaan berada di bawah kendali Fanzhen. Pemerintahan pusat secara bertahap kehilangan kendali atas daerah-daerah perbatasan yang jauh.

Setelah Pemberontakan An Lushan berhasil dipadamkan, jumlah Fanzhen semakin bertambah dan para penguasa Dinasti Tang harus membeli loyalitas mereka dengan harga mahal. Jiedushi diizinkan untuk membentuk tentara sendiri dan memungut pajak. Mereka juga diperbolehkan untuk mewariskan jabatan mereka pada keturunannya.

Banyak daerah yang berada di bawah kekuasaan Jiedushi hanya secara teoritis saja berada di bawah kekuasaan Dinasti Tang, sehingga boleh dikatakan bahwa para Jiedushi ini telah mendirikan kerajaannya sendiri-sendiri. Masing-masing Fanzhen ini bertumpu pada kekuatan militer dan finansialnya, dimana mereka saling berperang satu sama lain dan terkadang juga memusuhi pemerintah pusat. Konflik ini berlangsung hingga penghabisan Dinasti Tang dan bener-bener memperlemah persatuan negara.

- Bangkitnya Kembali Kekuasaan di Tangan Kaum Keberi dan Perselisihan dalam Istana

Bangkitnya kembali pengaruh kaum Keberi sebenarnya berawal pada akhir pemerintahan Kaisar Xuanzong, ketika salah seorang dari mereka yang bernama Gao Lishi diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam politik. Pada saat Kaisar Suzong mewarisi tahta, ia memberikan jabatan penting sebagai penasihat pada seorang Keberi bernama Li Fuguo, dan bahkan menjadikannya pemimpin pasukan pengawal kerajaan. Belakangan, makin banyak tugas penting yang dilimpahkan pada mereka, seperti penetapan kebijaksanaan politik, pengangkatan para pejabat, dan bahkan penobatan atau penyingkiran seorang Kaisar.

Intrik dalam istana yang terjadi antara masa pemerintahan Kaisar Xianzong (762-779) dan Xuanzong [II] (846-859) makin memperburuk keadaan. Pada saat itu, para pejabat istana terpecah menjadi dua kubu, yang masing-masing disebut dengan Kubu Li dengan Li Deyu sebagai pemimpinnya dan Kubu Niu dengan Li Zongmin sebagai pemimpinnya. Kedua kubu ini masing-masing memperjuangkan kepentingan sendiri. Perselisihan dalam istana ini tentu saja makin mempercepat kejahatan Dinasti Tang.

- Pemberontakan Petani

Pada masa akhir Dinasti Tang, para penguasa menjadi begitu serakah dan korupnya. Mereka merampas tanah secara semena-mena dan tetap memungut pajak meskipun terjadi bencana alam. Ini semua mengakibatkan penderitaan tak terkira bagi para petani, ditambah lagi dengan bencana alam dan banyaknya kaum mereka yang tewas akibat berkecamuknya berbagai perang saudara di pengunjung Dinasti Tang. Penderitaan yang luar biasa ini mendorong mereka untuk memberontakan pada tahun 875.

Pemimpin mereka bernama Wang Xianzhi dan Huang Zhao mulai mengobarkan pembrontakan di Henan dan Shandong. Beberapa tahun kemudian, Wang Xianzhi wafat dan digantikan oleh Huang Zhao. Ia berhasil menguasai hampir separo wilayah China. Pada akhirnya, kaum pemberontak berhasil menguasai Changan dan mendirikan dinasti baru bernama Qi. Kaisar Xizong (873-888) terpaksa melarikan diri ke Chengdu. Meskipun berhasil meraih kemenangan gilang-gemilang, pasukan pemberontak masih belum sanggup memamtahkan sepenuhnya kekuatan Dinasti Tang.

Kaisar Xizong mengumpulkan sisa-sisa pasukan Fanzhen. Dengan kekuatan gabungan ini, pasukan pemberontak berhasil diusir dari Changan. Huang Zhao merasa putus asa atas kekalahan itu dan membunuh dirinya pada tahun 884. Sekalipun para pemimpinnya telah tewas, tetapi pemberontakan ini masih berlangsung selama 10 tahun lagi, melanda belasan provinsi, dan melibatkan lebih dari 1 juta pasukan. Pemberontakan ini melemahkan kelas penguasa dan kekuatan Militer Dinasti Tang.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Terpopuler di

 

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image