Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Faris Alabrar

Minimalisme: Seni Melepaskan yang tak Perlu

Gaya Hidup | 2025-12-31 15:47:14

Di zaman modern ini, semua hal mudah kita dapatkan. Tanpa perlu bepergian keluar rumah dan mengantri pembayaran dengan mendorong keranjang belanjaan di toko swalayan. Cukup dengan bermodalkan ponsel pintar kita bisa membeli barang yang kita suka.

Dengan mudah kita membelinya. Menekan tombol Check out lalu memesannya. Berbagai iklan menarik berseliweran di beranda media sosial. Begitu pun di jalanan. Tak pernah luput dari kehidupan kita sehari-hari. Promo menarik yang membuat kita melirik, diskon akhir tahun yang membuat kita tak segan menggunakan uang tabungan, dan buy one get one yg berhasil membawa kita ke kasir toko.

Berdalih barang lucu dan langka tanpa mempertimbangkan pentingnya barang tersebut. Satu persatu barang yang tidak berguna menumpuk di rumah. Alhasil rumah penuh dan sesak dengan berbagai macam barang.

Tak jarang penuhnya rumah memicu kita untuk marah. Lelah seharian bekerja bukan tenang dan nyaman yang kita dapati, tapi kondisi rumah yang semrawut karena banyaknya barang yang tak berguna menumpuk di rumah. Dan terpaksa kita harus bekerja lagi, menata dan merapihkan barang yang berantakan.

Di sisi lain trend baru terus tumbuh mendorong kita untuk tidak ketinggalan zaman. Pakaian, makanan, minuman dan barang-barang unik yang dipromosikan oleh influencer lewat laman media sosial mereka. Tanpa sadar kita terbawa trend tanpa mempertimbangkan kepentingan di dalamnya.

Di tengah derasnya arus gaya hidup konsumtif tanpa memilah dan memilih barang, trend gaya hidup minimalis hadir membawa ide sederhana. Memiliki kesadaran dalam memilih, memilah, dan menentukan apa yang benar-benar penting dalam hidup. Cukup berfokus pada hal-hal yang penting sehingga kita memiliki ruang yang luas untuk mengisi dengan hal yang bermanfaat.

Minimalisme bukan soal memiliki paling sedikit, tapi soal tidak membiarkan hal-hal yang tidak penting mengambil ruang yang seharusnya diisi oleh hal yang bermakna. Ia mengajarkan kita untuk bertanya sebelum menambah: apakah ini benar-benar dibutuhkan, atau hanya sekadar keinginan sesaat?

Dalam prakteknya gaya hidup minimalis dapat mempengaruhi banyak faktor, salah satunya tenaga dan waktu. Sebagai bentuk tanggung jawab, orang yang memiliki banyak barang harus meluapkan lebih banyak perhatian untuk merawat barang yang dia punya. Semakin banyak barang yang dia punya semakin banyak tenaga dan waktu yang harus dia keluarkan. Dan sebaliknya, jika kita membatasi diri dari memiliki barang yang tidak bermanfaat, lebih banyak waktu dan tenaga yang kita punya untuk dialihkan ke hal yang bermanfaat

Manfaat lain dari penerapan gaya hidup minimalis adalah membuat pikiran dan hati kita lebih tenang. Tanpa kita sadari ruangan yang penuh mengganggu ketenangan pikiran kita, menjadi distraksi yang mengganggu, sehingga kita mudah sekali marah-marah. Dengan menerapkan gaya hidup minimalis mata kita tidak akan lelah melihat banyaknya barang
Pada akhirnya, hidup minimalis adalah perjalanan, bukan tujuan instan.

Tidak ada ukuran baku tentang seberapa minimal seseorang harus hidup. Yang ada hanyalah proses terus-menerus untuk menyadari apa yang benar-benar penting. Kadang, yang kita butuhkan bukan tambahan, tapi pengurangan. Mengurangi distraksi, mengurangi keinginan yang tidak perlu, dan mengurangi beban yang sebenarnya bisa dilepas. Dari situlah ketenangan muncul.

Hidup minimalis bukan soal memiliki lebih sedikit dari orang lain, tapi tentang memiliki kendali atas hidup sendiri. Dan di dunia yang terus mendorong kita untuk menumpuk, memilih hidup sederhana bisa menjadi bentuk kebebasan yang paling jujur

Faris Izzaturrahman Abrar

Mahasiswa Fakultas Dirosat Islamiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image