Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Cyrus Nurrahman Ali

Di Udara, Melawan Lupa

Info Terkini | 2025-12-30 12:57:17
Album Efek Rumah Kaca by Efek Rumah Kaca


Di tengah komunikasi politik yang semakin dipenuhi jargon dan pencitraan, lagu Di Udara karya Efek Rumah Kaca hadir sebagai pengingat bahwa politik sejatinya berbicara tentang manusia. Lagu ini bukan sekadar ekspresi musikal, melainkan pesan politik yang disampaikan dengan cara yang jujur dan berani: menjaga ingatan publik terhadap pelanggaran hak asasi manusia.

Di Udara merujuk pada sosok Munir Said Thalib, aktivis HAM yang wafat secara tragis pada 2004. Namun lagu ini tidak berhenti pada sosok Munir sebagai individu. Lebih jauh, ia berbicara tentang bagaimana negara dan masyarakat kerap gagal menjaga keadilan, sekaligus gagal merawat ingatan kolektif. Dalam konteks komunikasi politik, pelupaan adalah bentuk kekuasaan yang paling halus. Apa yang dilupakan, perlahan dianggap tidak penting.

Efek Rumah Kaca melawan mekanisme itu. Lewat lirik yang puitis dan nada yang tenang, Di Udara bekerja sebagai pesan simbolik. Tidak ada teriakan, tidak ada slogan, tetapi justru di situlah kekuatannya. Lagu ini mengajak pendengar untuk merenung, mempertanyakan, dan menyadari bahwa kemanusiaan tidak boleh dikorbankan atas nama stabilitas atau kepentingan politik.

Dalam ruang publik hari ini, isu HAM sering kali diperlakukan sebagai beban masa lalu. Ia dianggap tidak relevan, mengganggu narasi kemajuan, atau bahkan sengaja dihindari. Di Udara menolak sikap tersebut. Lagu ini menegaskan bahwa keadilan tidak memiliki tanggal kedaluwarsa. Selama kebenaran belum ditegakkan, ingatan harus tetap hidup.

Sebagai bentuk komunikasi politik, Di Udara menunjukkan bahwa pesan tidak selalu harus disampaikan lewat pidato atau debat formal. Musik justru mampu menjangkau emosi dan kesadaran dengan cara yang lebih personal. Ia menembus batas usia, latar belakang, dan preferensi politik. Dalam hal ini, Efek Rumah Kaca berhasil menghadirkan politik yang berperikemanusiaan—politik yang tidak memanipulasi, tetapi mengajak.

Bagi generasi muda, lagu ini menjadi pengingat bahwa bersikap kritis tidak selalu berarti berteriak. Ada kalanya, mengingat adalah bentuk perlawanan paling penting. Ketika negara lupa, masyarakat tidak boleh ikut lupa. Dan ketika suara keadilan coba diredam, Di Udara memastikan bahwa ia tetap bergema, setidaknya dalam ingatan kita.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image