Joki Tugas Bukan Sekedar Curang, Tapi Bibit Korupsi
Eduaksi | 2025-12-30 12:51:44
Saat ini tugas joki bukan lagi hal yang tabu dalam dunia akademik. Banyak platform media sosial yang kini menjadi lapak terbuka bagi para penyedia jasa joki. Bahkan pada tahun 2024, diduga ada sebuah akun yang menawarkan jasa joki tugas di Instagram bernama Kerjainplis dengan pengikut 300.000 orang. Hal ini, menjadi perbincangan yang kontroversial di kalangan warganet. Untungnya, mereka menggunakan jasa influencer terkenal untuk mempromosikan akun mereka di media sosial. Saat ini akun tersebut telah hilang setelah kejadian tersebut.
Kini alih-alih meredup, praktik jasa joki tugas ini kian digandrungi seiring dengan berkembangnya platform media sosial. Dengan berkembangnya platform media sosial, memudahkan para penyedia jasa joki untuk mempromosikan usahanya.
Media sosial bukan menjadi satu-satunya faktor utama munculnya tugas joki, ada beberapa faktor, mulai dari tuntutan perkuliahan, keorganisasian, magang, dan kegiatan sosial lainnya. Hal ini muncul akibat ketidakmampuan pelajar maupun mahasiswa dalam mengelola waktu, menunda-nunda pekerjaan, bahkan kesulitan dalam memahami suatu materi seringkali mendorong mereka untuk mencari solusi instan. Sehingga joki tugas hadir sebagai solusi cepat, di mana mahasiswa tidak perlu repot melakukan penelitian mendalam, atau menulis sendiri, cukup dengan membayar biaya tertentu, mahasiswa dengan mudah memperoleh tugas yang sudah siap.
Jadi, mengapa penggunaan joki tugas dikaitkan dengan bibit korupsi?
Perlu kita ketahui, kata joki Merujuk pada tugas kuliah yang seharusnya dikerjakan oleh para mahasiswa malah dikerjakan oleh orang lain, tentunya dengan bayaran Dilihat dari makna, joki merupakan suatu tindakan keadaan.
Kegiatan joki dalam perguruan tinggi merupakan gambaran dari mentalitas instan yang ingin mendapatkan hasil akhir secepat mungkin, tanpa harus menjalani proses dan usaha. Fenomena ini merupakan titik awal runtuhnya moralitas dan perilaku koruptif.
Perilaku koruptif jika dibiarkan berpotensi melahirkan tindak pidana korupsi yang lebih besar di kemudian hari. Individu yang terbiasa memperoleh keberhasilan melalui cara-cara yang tidak jujur selama masa kuliah, kemungkinan besar mereka akan mencari jalan instan yang sama di lingkungan kerja, seperti mengendalikan kekuasaan, melibatkan pihak ketiga untuk mempermudah proses rekrutmen, ataupun aktivitas tidak beretika lainnya.
Tidak hanya itu, praktik joki akan sangat mengikis integritas akademik dan dapat membentuk karakter yang cenderung mencari jalan pintas dalam berbagai aspek kehidupan. Hal ini tidak dapat diremehkan, mengingat kelemahan integritas akademik dapat mencetak kualitas pendidikan dan sumber daya manusia yang tidak kompeten, meluasnya plagiarisme dan manipulasi data, serta mencoreng reputasi profesional dan keinginan karir jangka panjang.
Ketika integritas suatu negara terus merosot, akan memberikan dampak domestik yang begitu besar. Negara akan dipenuhi oleh pemegang ijazah tanpa kredibilitas, korupsi bukan lagi hal yang tabu, serta runtuhnya kepercayaan internasional terkait investor dan perusahaan global akan kualitas sumber daya manusia di negara tersebut. Dampak ini akan sangat mengancam bila benar-benar terjadi dalam kehidupan nyata.
Sehingga diperlukan langkah-langkah konkret untuk memutuskan rantai perilaku koruptif di lingkungan siswa
Di era digital ini dosen bisa saja menggunakan teknologi pendeteksi kondisi dan sistem ujian yang lebih sulit untuk dicurangi. Aturan harus tegas agar siapa pun yang terbukti curang harus menerima sanksi berat sehingga ini memberikan efek jera. Menanamkan Integritas pada setiap diri siswa, di awal perkuliahan mereka sudah harus "dicekoki" dengan nilai-nilai kejujuran. Melalui edukasi yang konsisten, kita harus menyadarkan siswa bahwa joki bukanlah bantuan yang menyelamatkan, melainkan racun yang perlahan membunuh potensi diri mereka. Kampus juga harus menciptakan sistem nilai yang transparan dan memberikan bantuan belajar bagi mahasiswa yang kesulitan. Jika siswa merasa didukung, mereka tidak akan melirik “jalan pintas” untuk lulus.
Pada akhirnya, joki bukanlah uluran tangan yang menyelamatkan, melainkan racun yang perlahan mengikis integritas akademik dan mencederai nilai kejujuran yang seharusnya dijunjung tinggi. Jika dibiarkan, mentalitas instan ini akan memunculkan bibit korupsi yang tidak hanya merusak karakter individu, tetapi juga menjadi ancaman sistem yang dapat merusak kredibilitas dan kemajuan suatu negara. Kecurangan di bangku kuliah adalah sinyal bahaya bagi masa depan sebuah negara.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
