Pentingnya Kesehatan Mental Mahasiswa
Edukasi | 2025-12-30 10:15:01
Universitas Ahmad Dahlan (UAD) menyelenggarakan Seminar Nasional bertajuk “Pengembangan Potensi, Pencegahan, dan Penanganan Problem Kesehatan Mental Mahasiswa” sebagai bagian dari rangkaian Milad ke-65 UAD pada Rabu, 17 Desember 2025 yang bertempat di Ruang Amphitarium, Kampus 4 UAD. Kegiatan yang digelar oleh Bidang Kemahasiswaan dan Alumni (Bimawa) UAD ini diikuti oleh sekitar 300 mahasiswa dari 20 perguruan tinggi di Indonesia.
Kepala Bimawa UAD, Dr. Choirul Fajri, S.I.Kom., M.A., dalam sambutannya menekankan bahwa kesehatan mental menjadi fondasi penting bagi mahasiswa dalam menjalani kehidupan akademik dan pengembangan diri. Menurutnya, kondisi mental dan spiritual yang sehat akan berdampak langsung pada semangat belajar, produktivitas, serta kemampuan mahasiswa dalam menghadapi tantangan. “Kesehatan mental ini menjadi satu hal yang penting perlu kita perhatikan dan sebagai institusi perguruan tinggi kita memiliki tanggung jawab bersama, oleh karena itu Forum Bimawa Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) berkomitmen juga dengan seluruh perguruan tinggi yang ada di DIY untuk bersama sama memberikan pendampingan, penguatan kesehatan mental untuk mahasiswa di DIY,” tuturnya.
Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan UAD, Dr. Gatot Sugiharto, S.H., M.H., menyampaikan bahwa isu kesehatan mental mahasiswa merupakan tanggung jawab bersama perguruan tinggi. Ia menegaskan komitmen Forum Bimawa DIY dalam memberikan pendampingan berkelanjutan bagi mahasiswa. Selain itu, UAD juga berencana meluncurkan hasil riset kesehatan mental mahasiswa di Yogyakarta sebagai upaya menjadikan DIY sebagai rujukan nasional dalam penguatan kesehatan mental mahasiswa.
Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah V, Prof. Setyabudi Indartono, M.M., Ph.D., memaparkan bahwa satu dari tiga remaja Indonesia usia 10-17 tahun mengalami masalah kesehatan mental. Data tersebut menunjukkan bahwa sekitar 15,5 juta remaja berada dalam kondisi rentan, sehingga diperlukan sinergi antara perguruan tinggi dan berbagai pemangku kepentingan dalam menyiapkan sumber daya manusia yang unggul menuju Indonesia Emas 2045. “Indonesia Emas 2045 digambarkan bahwa kita itu diharapkan sejajar dengan negara maju,” ujarnya.
Pada sesi materi, Dr. Beny Bandanadjaja, S.T., M.T., selaku Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan, menjelaskan pentingnya layanan bimbingan dan konseling sebagai sarana komunikasi antara perguruan tinggi dan mahasiswa. Ia mengungkapkan bahwa satu dari tiga mahasiswa berpotensi mengalami kendala dalam proses pembelajaran yang dapat berdampak serius apabila tidak ditangani secara tepat.
Materi selanjutnya disampaikan oleh Fathur Rahman, S.Pd., M.Si., Sekretaris Jenderal (Sekjen) Pengurus Besar (PB) Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN). Ia menekankan perlunya integrasi layanan bimbingan dan konseling dalam sistem kepenasihatan akademik. Menurutnya, pendekatan yang inklusif akan memperluas akses mahasiswa terhadap layanan pendampingan, mengingat tidak semua mahasiswa mampu menjangkau layanan konseling formal.
Pada materi ketiga, Prof. Ahmad Muttaqin, S.Ag., M.Ag., M.A., Ph.D., dari Badan Pembina Harian (BPH) UAD, mengajak mahasiswa untuk menjadi pribadi yang tangguh dan berdaya. Ia menekankan pentingnya sikap positif serta keteguhan hati agar mahasiswa tidak mudah menyerah dalam menghadapi berbagai tekanan. Pesan tersebut diperkuat melalui QS. At-Taubah ayat 40 dan QS. Ar-Ra’d ayat 28 yang menegaskan pentingnya keyakinan, ketenangan batin, dan kedekatan spiritual dalam menghadapi kesulitan hidup.
Prof. Ahmad juga menyoroti pentingnya perencanaan masa depan. Ia menyampaikan bahwa masa depan adalah milik mereka yang mempersiapkannya sejak hari ini. Menurutnya, perencanaan yang baik di masa kini merupakan separuh dari keberhasilan. Mahasiswa didorong untuk menjadi pelopor kebaikan sekaligus inovator yang mampu memberikan kontribusi positif bagi lingkungan sekitar. Ia menegaskan bahwa mahasiswa yang berdaya adalah mereka yang memiliki keseimbangan antara karakter atau soft skills, kapabilitas atau kapasitas diri, serta kompetensi berupa hard skills.
Sementara itu, pada materi keempat, Prof. Dr. Dody Hartanto, M.Pd., Ketua Ikatan Bimbingan dan Konseling Perguruan Tinggi ABKIN, memaparkan urgensi penanganan kesehatan mental mahasiswa secara komprehensif. Ia mengungkapkan bahwa sekitar 34,9 persen remaja usia 10–17 tahun di Indonesia mengalami masalah kesehatan mental. Faktor utama yang memengaruhi kondisi tersebut antara lain tekanan akademik, ekspektasi keluarga, konflik rumah tangga, serta tekanan media sosial.
Ia menjelaskan bahwa stres yang dialami remaja dan mahasiswa berdampak pada berbagai aspek kehidupan, mulai dari penurunan prestasi akademik, gangguan emosi sehari-hari, hingga terganggunya hubungan sosial. Dalam paparannya, ditampilkan pula keterkaitan antara berbagai persoalan mahasiswa di perguruan tinggi dengan pembentukan identitas diri serta pengalaman masa kecil, termasuk permasalahan manajemen waktu serta munculnya kecemasan dan depresi. Hal ini menunjukkan bahwa permasalahan mahasiswa perlu ditangani secara menyeluruh dan berkelanjutan.
Menutup rangkaian seminar, Dr. Gatot Sugiharto, S.H., M.H., menyampaikan bahwa kegiatan ini mendapatkan apresiasi dari Bimawa tingkat nasional. Diskusi yang berlangsung dinilai mampu menjadi contoh praktik baik bagi perguruan tinggi dalam mengembangkan program penguatan kesehatan mental mahasiswa secara berkelanjutan. (Anove)
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
