Opini terhadap Cerpen Robohnya Surau Kami Karya A.A. Navis
Dunia sastra | 2025-12-26 14:13:06
Cerpen “Robohnya Surau Kami” karya A.A. Navis merupakan salah satu cerpen klasik Indonesia yang menurut saya sangat berani dan kritis, terutama dalam membahas persoalan agama dan kehidupan sosial masyarakat. Cerpen ini tidak hanya berbicara tentang keimanan, tetapi juga mempertanyakan cara manusia memaknai ibadah dalam kehidupan sehari-hari. Melalui latar masyarakat Minangkabau, Navis menghadirkan gambaran masyarakat tradisional yang sedang mengalami perubahan pola pikir akibat perkembangan zaman.
Tokoh Kakek sebagai penjaga surau digambarkan sebagai sosok yang sangat taat beribadah, namun kehidupannya jauh dari keterlibatan sosial. Ia menghabiskan hidupnya hanya untuk berdoa dan beribadah tanpa berusaha memberi manfaat nyata bagi orang lain. Kehadiran tokoh Ajo Sidi dengan cerita sindirannya menjadi pemicu munculnya kritik tajam terhadap pemahaman agama yang sempit. Dari sini terlihat bahwa Navis ingin menyampaikan pesan bahwa ibadah tidak seharusnya hanya bersifat ritual, tetapi juga harus diwujudkan dalam tindakan sosial yang berguna bagi masyarakat.
Menurut saya, simbol surau yang roboh dalam cerpen ini sangat kuat maknanya. Kerobohan tersebut tidak hanya menggambarkan bangunan fisik, tetapi juga runtuhnya cara berpikir lama yang memisahkan agama dari realitas sosial. Cerpen ini seolah mengingatkan pembaca bahwa kesalehan individu tanpa kepedulian sosial justru dapat menimbulkan ketimpangan dan kemunduran.
Jika dikaitkan dengan kondisi masyarakat saat ini, pesan cerpen ini masih sangat relevan. Banyak orang yang rajin menjalankan ibadah, tetapi kurang peduli terhadap persoalan sosial di sekitarnya. Oleh karena itu, cerpen “Robohnya Surau Kami” tidak hanya menjadi karya sastra yang bernilai sejarah, tetapi juga menjadi bahan refleksi bagi pembaca masa kini agar mampu menyeimbangkan antara keimanan, akal, dan tanggung jawab sosial.
Secara keseluruhan, cerpen ini layak diapresiasi karena mampu menyampaikan kritik sosial dan religius secara halus namun mengena. A.A. Navis berhasil menjadikan sastra sebagai media untuk mengajak pembaca berpikir kritis dan tidak menerima nilai-nilai secara pasif, melainkan menafsirkannya secara kontekstual sesuai dengan realitas kehidupan.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
