Perbedaan Suara Perempuan dan Suara Laki-Laki
Sastra | 2025-12-24 16:25:56
Pernah tidak sih kalian berpikir kenapa suara cewek dan cowok bisa beda banget? Biasanya orang langsung bilang soal anatomi, kayak ukuran pita suara atau bentuk tubuh. Tapi menurut Wardhayah (2006), suara itu tidak cuma hasil biologi saja,. Lebih dari itu, suara juga dipengaruhi pengalaman hidup, peran sosial, dan cara masyarakat melihat gender. Jadi, suara itu kayak cermin dari relasi sosial yang lebih besar, termasuk ketimpangan gender yang masih ada di mana-mana.
Di kehidupan sehari-hari, perbedaannya jelas banget, apalagi kalau menonton video orang mengobrol. Cowok biasanya bicara dengan nada rendah dan stabil, intonasinya sering turun di akhir kalimat, bikin kesan tegas, tenang, kayak tidak butuh persetujuan orang lain. Cewek, sebaliknya, suaranya lebih tinggi dengan variasi intonasi yang lebih hidup. Nada naik-turun, ritmenya lebih dinamis, dan sering naik di akhir kalimat, terutama kalau lagi menanyakan atau minta konfirmasi.
Sekilas, ini kayak perbedaan biasa saja. Tapi masalahnya, ini sering dipakai buat nilai-nilai sosial. Intonasi cewek yang ekspresif sering dilabeli "terlalu emosional", "kurang tegas", atau bahkan "tidak serius". Sedangkan intonasi cowok yang datar dan rendah dianggap simbol kewibawaan dan kontrol diri. Penilaian kayak begini tidak muncul sembarangan; ini hasil norma sosial yang dari dulu mengajarkan cewek dan cowok harus bicara bagaimana.
Cewek sering didorong buat ramah, komunikatif, dan responsif, jadi suaranya berkembang lebih variatif dan ekspresif. Cowok, sebaliknya, diajarkan buat rasional, tenang, dan tidak terlalu menunjukkan emosi, yang kelihatan dari intonasi yang lebih datar. Akibatnya, suara bukan cuma alat komunikasi, tapi juga alat penilaian. Cara bicara bisa bikin orang dianggap kompeten atau diremehkan.
Ini makin kuat karena pendidikan dan pekerjaan. Di dunia kerja, misalnya, gaya bicara yang "maskulin" rendah, stabil, minim emosi lebih dihargai. Jadi, cewek sering harus "menyesuaikan" suaranya biar dianggap serius, bahkan ada yang sengaja meniru nada suaranya buat dapat legitimasi.
Intinya, perbedaan suara cewek dan cowok tidak bisa dianggap cuma perbedaan alamiah. Ini hasil campuran biologi, sosial, budaya, dan kesempatan hidup yang tidak selalu adil. Selama masyarakat masih nilai suara berdasarkan standar gender, suara akan terus jadi arena ketidakadilan yang halus tapi nyata. Bicara soal suara, ya bukan cuma soal bunyi, tapi soal kuasa siapa yang didengarkan dan siapa yang dipinggirkan.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
