Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Unique Qanitha Rayyanie

Terjebak Peran Ibu Kedua: Mengurai Tanda-Tanda Eldest Daughter Syndrome

Humaniora | 2025-12-24 13:26:00
sumber: freepik.com/karlyukav

Untuk anak perempuan pertama, apakah kamu pernah merasa bertanggung jawab untuk mengasuh adikmu? Atau, pernahkah kamu merasa harus menjadi perantara keluarga? Jika ya, mungkin saja kamu mengalami Eldest Daughter Syndrome (EDS), loh!

Fenomena ini merujuk pada peran anak perempuan tertua sebagai penampung emosi dan mediator keluarga, sebuah beban emosional yang seharusnya tidak mereka pikul.

Sayangnya, fenomena ini seringkali tidak disadari, bahkan oleh korbannya sekalipun. Padahal, fenomena ini bisa memberikan dampak buruk bagi mental korbannya, termasuk stress kronis.

Oleh karena itu, artikel ini akan membahas tanda-tanda yang biasanya dialami oleh korban Eldest Daughter Syndrome agar kamu bisa mulai memvalidasi dan memulai langkah pemulihan diri.

Berikut adalah 3 tanda utama yang umum dialami oleh korban Eldest Daughter Syndrome, berdasarkan jurnal 'Understanding Eldest Daughter Syndrome' karya Chatterjee (2024):

1. Perfeksionis dan Berprestasi Tinggi

Menurut Dweck (2006) dalam Chatterjee (2024), putri tertua memiliki harapan yang tinggi pada diri sendiri. Itulah mengapa banyak putri tertua sangat perfeksionis dan berprestasi tinggi. Selain itu, mereka juga seringkali merasa wajib menjadi contoh yang baik bagi saudaranya. Jika mereka melakukan kesalahan, mereka cenderung suka menyalahkan diri dan merasa menjadi contoh yang gagal.

2. Sifat Mengasuh Berlebihan

Dalam Chatterjee (2024), Teyber (2011) menjelaskan bahwa putri tertua seringkali mengambil peran sebagai ibu kedua. Hal inilah yang memaksa mereka untuk bersikap dewasa melampaui usianya. Mereka merasa mengasuh adik-adiknya adalah bagian besar dari tanggung jawabnya. Padahal anak pertama juga berhak mendapatkan pengasuhan.

3. Menjadi Mediator Konflik

Putri tertua seringkali mengambil peran sebagai mediator keluarga. Mereka biasanya tahu masalah yang ada di rumah baik dari pihak orang tua maupun saudaranya. Menurut Marsh, D. T., & Johnson, D. L. (1997) dalam Chatterjee (2024), peran tersebut meningkatkan rasa tanggung jawab mereka terhadap urusan keluarga. Mereka seringkali merasa perlu ikut campur dan menangani masalah rumah tangga keluarga walau masih terikat dengan masalah mereka sendiri.

Nah, itulah dia beberapa ciri utama Eldest Daughter Syndrome. Dengan mengetahui tanda-tandanya, diharapkan semua putri tertua dapat menghindari beban emosional yang tidak perlu. Perlu diketahui bahwa setiap manusia, termasuk putri pertama, memiliki hak atas hidupnya sendiri. Putri pertama mesti membatasi diri dari tugas berlebihan sebagai putri pertama dan menganggap semua hal adalah tanggung jawabnya sendiri.

Unique Qanitha Rayyanie, mahasiswa Psikologi UIN Jakarta.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image