Public Speaking: Kebutuhan Penting Bagi Generasi Z
Pendidikan | 2025-12-23 14:11:49
Generasi Z tumbuh di tengah kemudahan teknologi digital. Berbagai ide, opini, dan ekspresi dapat disampaikan hanya dengan satu sentuhan layar. Sayangnya, kemudahan tersebut tidak selalu berbanding lurus dengan kemampuan berbicara secara langsung di depan publik. Banyak Gen Z yang aktif di media sosial, tetapi merasa canggung, gugup, bahkan takut saat harus menyampaikan pendapat secara langsung.
Di sinilah public speaking menjadi kebutuhan penting bagi gen Z. Public speaking bukan hanya tentang berbicara di depan banyak orang, melainkan tentang keberanian menyampaikan gagasan, kejelasan berpikir, dan kemampuan meyakinkan audiens. Tanpa kemampuan ini, ide-ide cemerlang Gen Z berisiko hanya tersimpan di kepala atau berhenti di kolom komentar media sosial. Fenomena yang sering terjadi pada Gen Z adalah ketimpangan antara keberanian di ruang digital dan keraguan di ruang nyata.
Banyak dari mereka berani menyuarakan pendapat melalui unggahan, story, atau komentar, tetapi memilih diam saat diskusi kelas atau forum organisasi. Hal ini menunjukkan bahwa literasi komunikasi secara langsung belum sepenuhnya berkembang. Contoh kasus dapat dilihat pada mahasiswa Gen Z yang memiliki gagasan kritis tentang isu lingkungan kampus. Di media sosial, ia aktif mengunggah opini dan mendapatkan banyak dukungan. Namun, saat diundang untuk mempresentasikan ide tersebut dalam forum resmi kampus, ia menolak karena merasa tidak percaya diri berbicara di depan audiens. Akibatnya, ide yang seharusnya bisa berdampak nyata menjadi kurang tersalurkan secara optimal. Kemampuan public speaking sangat berkaitan dengan pembentukan kepercayaan diri.
Gen Z yang terbiasa berlatih berbicara di depan umum akan lebih mampu mengelola rasa gugup, menyusun kalimat secara terstruktur, serta tampil meyakinkan. Kepercayaan diri ini bukan hanya berguna di ruang formal, tetapi juga dalam kehidupan sosial sehari-hari. Misalnya, dalam kegiatan organisasi kampus, sering dijumpai anggota Gen Z yang sebenarnya kompeten, tetapi enggan menyampaikan pendapat saat rapat. Sebaliknya, mereka yang memiliki kemampuan public speaking cenderung lebih berani mengambil peran, dipercaya sebagai koordinator, bahkan pemimpin.
Di sisi lain, mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya, Ridwan Sandy Istama Priambudi, juga menekankan “berani berbicara didepan banyak orang merupakan modal utama untuk menjadi pemimpin.” Kutipan ini menegaskan bahwa public speaking berperan besar dalam pembentukan karakter kepemimpinan Gen Z. Seperti yang sudah di sampaikan oleh Dosen Bapak Drs.Widiyatmo Ekoputro, M.A. selaku dosen pengampu mata kuliah Public Speaking. Public speaking seharusnya tidak lagi dianggap sebagai bakat bawaan, melainkan keterampilan yang dapat dilatih.
Gen Z perlu menjadikan public speaking sebagai bagian dari budaya belajar, baik melalui diskusi kelas, presentasi, organisasi, maupun forum kreatif. Dengan begitu, ruang-ruang komunikasi tidak hanya dipenuhi suara segelintir orang, tetapi juga menjadi wadah untuk bertukar ide dan gagasan. Di era yang serba cepat dan kompetitif, Gen Z tidak cukup hanya memiliki ide dan kreativitas. Mereka juga perlu kemampuan untuk menyuarakan ide tersebut secara jelas dan meyakinkan. Public speaking menjadi jembatan antara gagasan dan aksi nyata. Jika Gen Z ingin menjadi generasi yang berpengaruh, maka keberanian untuk berbicara dan didengar harus mulai dibangun sejak sekarang.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
