Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image rizkadian amaliya

Belajar Agama di Era Digital Lebih Muda, Tapi Sudahkah Bermakna?

Agama | 2025-12-22 08:38:55

 

Perkembangan teknologi digital telah membawa perubahan signifikan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam pembelajaran agama Islam. Internet, aplikasi digital, dan media sosial memungkinkan umat Muslim mengakses informasi keagamaan seperti Al-Qur’an, hadis, fiqh, dan sejarah Islam dengan lebih mudah dan cepat. Fenomena ini menjadikan proses belajar agama tidak lagi terbatas oleh ruang dan waktu. Namun, kemudahan tersebut juga memunculkan pertanyaan mengenai kualitas dan makna pembelajaran agama yang diperoleh melalui media digital.

Teknologi digital membuka akses yang luas terhadap sumber-sumber pembelajaran agama Islam. Berbagai platform daring menyediakan materi keislaman dalam bentuk teks, audio, dan video. Situs web dan aplikasi Al-Qur’an digital, seperti Quran.com, memungkinkan pengguna membaca Al-Qur’an dengan terjemahan dalam berbagai bahasa serta mendengarkan murottal dari qari internasional. Selain itu, platform berbagi video seperti YouTube menjadi sarana penyebaran ceramah dan kajian keislaman dari ulama dan pendakwah kontemporer.

Pembelajaran agama di era digital juga menawarkan fleksibilitas waktu dan tempat. Umat Muslim dapat mempelajari ajaran Islam kapan saja, baik di rumah, di tempat kerja, maupun saat bepergian. Berbagai kursus daring dan kelas keislaman online menyediakan pembelajaran terstruktur yang dapat diikuti sesuai dengan kebutuhan individu. Di samping itu, media sosial dan aplikasi pesan instan membentuk komunitas virtual yang memungkinkan diskusi, berbagi pengetahuan, dan memperluas jaringan keislaman lintas wilayah.

Sejumlah survei internasional menunjukkan bahwa internet telah menjadi salah satu sumber utama informasi keagamaan bagi umat Muslim di berbagai negara. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran agama di era digital bersifat lebih inklusif dan menjangkau kelompok masyarakat yang sebelumnya sulit mengakses pendidikan keagamaan formal.

Meskipun menawarkan kemudahan, pembelajaran agama berbasis digital juga menghadapi sejumlah tantangan. Salah satu tantangan utama adalah potensi berkurangnya kedalaman pemahaman. Konten keagamaan di media digital sering disajikan dalam bentuk singkat dan ringkas, sehingga tidak selalu mendorong proses refleksi dan perenungan yang mendalam. Padahal, ajaran Islam menekankan pentingnya tadabbur dan pemikiran kritis terhadap ilmu yang dipelajari.

Selain itu, melimpahnya informasi di ruang digital dapat menyebabkan distraksi dan kelebihan informasi. Umat Muslim berpotensi terpapar konten keagamaan yang bersifat hiburan semata atau tidak memiliki landasan keilmuan yang kuat. Tanpa kemampuan literasi digital yang memadai, kondisi ini dapat menimbulkan kesalahpahaman terhadap ajaran Islam.

Tantangan lainnya adalah kurangnya akuntabilitas dalam proses pembelajaran. Pembelajaran agama secara mandiri melalui media digital sering kali tidak disertai bimbingan langsung dari guru atau ulama, sehingga risiko kesalahan penafsiran menjadi lebih besar. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa peningkatan akses digital tidak selalu diiringi dengan peningkatan pemahaman mendalam terhadap ajaran agama, khususnya di kalangan generasi muda.

Untuk meningkatkan kualitas dan makna pembelajaran agama di era digital, diperlukan pendekatan yang seimbang antara teknologi dan tradisi keilmuan Islam. Pemanfaatan media digital dapat dikombinasikan dengan praktik tadabbur, diskusi, dan pembelajaran tatap muka dalam lingkungan keluarga maupun komunitas. Dengan cara ini, informasi yang diperoleh secara daring dapat diperdalam melalui dialog dan refleksi bersama.

Pemilihan sumber belajar yang kredibel juga menjadi aspek penting. Konten keagamaan yang berasal dari ulama, lembaga resmi, atau rujukan keilmuan yang diakui dapat membantu menjaga keakuratan pemahaman. Selain itu, pembelajaran agama akan lebih bermakna apabila diintegrasikan dengan praktik ibadah dan amaliah sehari-hari, sehingga ilmu yang diperoleh tidak berhenti pada tataran pengetahuan, tetapi juga tercermin dalam perilaku.

Pembelajaran agama Islam di era digital menawarkan kemudahan akses dan fleksibilitas yang belum pernah ada sebelumnya. Namun, kemudahan tersebut juga disertai tantangan terkait kedalaman pemahaman, kualitas sumber, dan proses refleksi. Dengan pemanfaatan teknologi yang disertai pendekatan keilmuan dan spiritual yang tepat, pembelajaran agama di era digital dapat menjadi sarana untuk memperkaya pemahaman dan meningkatkan kualitas keberagamaan umat Muslim.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image