Sekolah Bukan Cuma Tempat Kerja, Tapi Ruang Aman Nilai
Guru Menulis | 2025-12-17 09:01:03Di tengah berbagai tantangan dunia pendidikan saat ini—mulai dari tingginya beban kerja guru, persoalan kesejahteraan, hingga dinamika perubahan kepemimpinan lembaga—manajemen pendidikan dituntut tidak hanya efektif secara administratif, tetapi juga kokoh secara nilai. Dalam konteks inilah perilaku dan budaya organisasi menjadi faktor penentu keberlanjutan dan kualitas lembaga pendidikan.
Perilaku organisasi mencerminkan bagaimana individu dan kelompok dalam sebuah lembaga berpikir, bersikap, serta berinteraksi dalam menjalankan tugas. Adapun budaya organisasi merupakan sistem nilai, norma, dan kebiasaan yang hidup dan dijaga bersama. Dalam dunia pendidikan, keduanya tidak sekadar bersifat teknis-manajerial, melainkan berpengaruh langsung pada iklim pembelajaran dan pembentukan karakter.
Nilai Islam sebagai Fondasi Organisasi Pendidikan
Islam menempatkan akidah sebagai landasan utama dalam berpikir dan bertindak. Akidah melahirkan kesadaran bahwa setiap aktivitas, termasuk bekerja di lembaga pendidikan, merupakan amanah yang akan dimintai pertanggungjawaban.
Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia hendaklah kamu menetapkannya dengan adil” (QS. An-Nisa: 58). Rasulullah SAW juga mengingatkan bahwa setiap individu adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam pemikiran Islam, sebagaimana ditegaskan Syaikh Abdul Qadim Zallum, akidah berfungsi sebagai qiyadah fikriyah atau kepemimpinan pemikiran yang mengarahkan seluruh sistem, kebijakan, dan perilaku manusia. Organisasi tidak boleh berjalan netral nilai atau sekadar pragmatis, tetapi harus bergerak dalam koridor amanah, keadilan, dan standar halal–haram. Prinsip ini sangat relevan diterapkan dalam manajemen pendidikan.
Kepemimpinan Muda dan Loyalitas Guru
Fenomena ini tidak jarang ditemukan pada sejumlah lembaga pendidikan Islam swasta yang bertahan dengan sumber daya terbatas, namun mampu menjaga stabilitas dan loyalitas tenaga pendidiknya. Salah satunya terlihat pada kepemimpinan baru dengan usia relatif muda yang tetap dihormati oleh guru-guru senior.
Secara struktural, kondisi ini berpotensi menimbulkan resistensi. Namun pada lembaga yang menjadikan nilai Islam sebagai budaya organisasi, penghormatan tidak didasarkan pada usia atau masa kerja, melainkan pada integritas, keteladanan, dan keadilan pemimpin. Ketaatan struktural dipahami sebagai bagian dari disiplin organisasi selama kepemimpinan berjalan sesuai nilai dan aturan yang disepakati.
Penelitian Dr. Hj. Sri Utaminingsih dari Universitas Pamulang menunjukkan bahwa kepemimpinan berbasis nilai dan keadilan berpengaruh positif terhadap penerimaan bawahan, termasuk dari kalangan guru senior. Kejelasan arah dan rasa keadilan membuat relasi kerja menjadi lebih sehat dan stabil.
Gaji Terbatas, Loyalitas Tinggi
Fenomena lain yang patut dicermati adalah tingginya loyalitas dan tanggung jawab guru meskipun kesejahteraan finansial relatif terbatas. Hal ini menegaskan bahwa motivasi kerja tidak selalu bersifat material. Dalam organisasi berbasis nilai, kerja dipahami sebagai amanah, bukan semata hubungan transaksional.
Syaikh Abdul Qadim Zallum menegaskan bahwa akad kerja dalam Islam merupakan ikatan yang mengandung konsekuensi moral dan hukum. Pelanggaran terhadap amanah kerja bukan hanya kesalahan administratif, tetapi juga persoalan etika. Pemahaman inilah yang melahirkan budaya tanggung jawab dan kejujuran dalam organisasi.
Pandangan ini sejalan dengan pemikiran K.H. Hasyim Asy’ari yang menempatkan adab, keikhlasan, dan tanggung jawab moral sebagai ruh pendidikan. K.H. Ahmad Dahlan pun menegaskan bahwa iman harus melahirkan amal nyata dalam kehidupan sosial, termasuk dalam dunia kerja dan pengabdian.
Penguatan Budaya Organisasi melalui Pembinaan Nilai
Budaya organisasi tidak tumbuh secara instan. Ia dibangun melalui kepemimpinan yang konsisten, kejelasan akad kerja, terjaganya adab antar elemen sekolah, serta pembinaan berkelanjutan. Kajian tsaqafah Islam yang rutin berperan menjaga kesatuan pola pikir dan pola sikap, sehingga seluruh elemen organisasi bergerak dalam arah yang sama.
Penelitian Dr. Sri Utaminingsih juga menegaskan bahwa penguatan nilai bersama, kejelasan peran, dan komunikasi yang sehat merupakan kunci terciptanya loyalitas dan kinerja guru yang berkelanjutan.
Penutup
Perilaku dan budaya organisasi dalam lembaga pendidikan sangat ditentukan oleh nilai yang mendasarinya. Ketika akidah Islam berfungsi sebagai kepemimpinan pemikiran, organisasi akan melahirkan iklim kerja yang amanah, adil, dan saling menghormati. Karena itu, penguatan budaya organisasi berbasis nilai Islam perlu menjadi perhatian serius para pengelola pendidikan, bukan sebagai jargon, tetapi sebagai strategi nyata dalam membangun lembaga yang berdaya tahan dan berkeadaban.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
