Kebebasan Diri dan Tanggung Jawab Pribadi
Curhat | 2025-12-15 07:38:52Karya Ichiro Kishimi dan Fumitake Koga ini menawarkan sudut pandang yang cukup berani tentang bagaimana manusia seharusnya memaknai kebahagiaan dan kebebasan hidup. Melalui dialog antara seorang filsuf dan seorang pemuda, pembaca diajak memahami pemikiran Alfred Adler yang menekankan bahwa manusia tidak ditentukan oleh masa lalu, melainkan oleh tujuan hidup yang dipilihnya sendiri. Bagi saya, gagasan ini terasa menantang sekaligus menyegarkan, karena bertentangan dengan kebiasaan kita yang sering menyalahkan trauma, lingkungan, atau orang lain atas kondisi diri saat ini.
Salah satu poin paling kuat dalam buku ini adalah penekanan pada kebebasan memilih sikap. Penulis berulang kali menegaskan bahwa perasaan rendah diri, kemarahan, bahkan penderitaan sering kali merupakan “alat” yang secara tidak sadar kita gunakan untuk mencapai tujuan tertentu. Pandangan ini awalnya terasa keras dan seolah menyederhanakan masalah psikologis manusia. Namun, setelah dipahami lebih dalam, konsep tersebut justru mendorong pembaca untuk lebih jujur pada diri sendiri dan berani mengambil alih kendali hidup.
Menurut opini saya, kekuatan buku ini terletak pada keberhasilannya menggugah kesadaran pembaca bahwa kebebasan selalu datang beriringan dengan tanggung jawab. Jika kita bebas menentukan makna hidup, maka kita juga tidak bisa lagi sepenuhnya menyalahkan orang lain atas kegagalan dan ketidakbahagiaan. Pesan ini relevan terutama bagi generasi muda yang hidup di tengah tekanan sosial, tuntutan keluarga, dan standar kesuksesan yang sering kali tidak realistis.
Meski demikian, pendekatan buku ini tidak selalu mudah diterima. Beberapa argumennya terasa terlalu idealis dan kurang mempertimbangkan kompleksitas kondisi sosial serta psikologis tertentu. Dalam konteks masyarakat yang memiliki budaya kolektif seperti Indonesia, konsep kebebasan individu ala Adler terkadang berbenturan dengan nilai kebersamaan dan norma sosial. Namun, justru di sinilah nilai reflektif buku ini muncul: pembaca diajak menimbang ulang batas antara mengikuti harapan orang lain dan setia pada pilihan diri sendiri.
Makna “Berani Tidak Disukai” dalam Kehidupan Sosial
Judul *Berani Tidak Disukai* menjadi inti paling provokatif dari keseluruhan buku. Penulis menyampaikan bahwa keinginan untuk selalu diterima dan disukai orang lain sering kali menjadi sumber penderitaan. Dalam pandangan Adlerian, hidup yang sehat adalah hidup yang berkontribusi, bukan hidup yang mencari pengakuan. Opini saya, gagasan ini sangat relevan di era media sosial, ketika validasi sering diukur dari jumlah suka, komentar, dan pengakuan publik.
Karya ini mengajarkan bahwa hubungan antar manusia seharusnya bersifat horizontal, bukan vertikal. Tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah, semua setara sebagai individu. Konsep ini mendorong pembaca untuk berhenti membandingkan diri dengan orang lain dan fokus pada pertumbuhan pribadi. Saya menilai pesan ini sangat kuat, terutama bagi mereka yang sering terjebak dalam kompetisi tidak sehat dan rasa iri yang berlebihan.
Namun, keberanian untuk tidak disukai bukan berarti hidup tanpa empati atau mengabaikan orang lain. Buku ini justru menekankan pentingnya kontribusi sosial sebagai tujuan hidup. Kita tidak hidup untuk memenuhi ekspektasi orang lain, tetapi juga tidak hidup secara egois. Dalam pandangan saya, inilah keseimbangan paling sulit yang ditawarkan buku ini: bagaimana tetap setia pada diri sendiri tanpa memutus hubungan sosial yang sehat.
Secara keseluruhan, *Berani Tidak Disukai* adalah buku yang mengajak pembaca untuk berpikir kritis dan reflektif tentang makna kebahagiaan, kebebasan, dan hubungan manusia. Meski tidak semua gagasannya mudah diterapkan atau diterima, buku ini berhasil membuka ruang dialog batin yang mendalam. Bagi saya, buku ini bukan panduan praktis yang memberikan jawaban instan, melainkan cermin untuk melihat kembali cara kita menjalani hidup dan keberanian kita dalam menjadi diri sendiri.
*)Yoan Restu Nio Rahmawan, Program Studi peternakan, Fakultas Pertanian Peternakan, Universitas Muhammadiyah Malang
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
