Dimsum: Kenapa Harus Saus Mentai?
Kuliner | 2025-12-14 16:26:49Kuliner terus berkembang tidak hanya soal rasa, tetapi juga soal sensasi, estetika, dan tren. Di Indonesia, salah satu inovasi kuliner paling populer adalah paduan antara dimsum tradisional yang dikukus dengan saus mentai dari Jepang. Mengapa makanan dimsum yang diberi saus mentai bisa begitu digemari?
Bagaimana Dimsum Bisa Bertemu dengan Mentai?
Dimsum merupakan hidangan kecil dari Tiongkok yang terdiri dari campuran daging ayam, udang, atau ikan yang dibungkus kulit tipis dari tepung terigu. Dimsum biasanya dikukus dan diberi tambahan berupa bumbu-bumbu seperti bawang putih, kecap asin, dan saus tiram. Isian dimsum biasanya dapat divariasikan lagi dengan menambahkan sayuran seperti wortel, jamur, daun bawang, dan lain sebagainya.
Saus mentai, berasal dari kata “mentaiko” yang berarti “telur ikan pollock”, merupakan saus khas Jepang yang terbuat dari telur ikan pollock yang dicampur dengan saus mayones sehingga menghasilkan tekstur creamy dan cita rasa gurih, sedikit asin, dan kadang pedas.
Di Indonesia, dimsum dengan saus mentai sering diadaptasi dengan menambahkan bahan tobiko (telur ikan terbang), saus pedas seperti chili oil, saus tomat, atau tambahan minyak wijen.
Mengapa Saus Mentai "Pas" untuk Dimsum?
Dimsum yang dipadukan dengan saus mentai memiliki cita rasa yang lebih kaya dan menggugah selera. Kombinasi rasa gurih, creamy, dan sedikit pedas dari mentai melengkapi tekstur dan cita rasa dimsum yang cenderung ringan dan juicy. Hal ini memberikan pengalaman rasa yang lebih “berlapis”, sehingga terasa lebih memuaskan.
Selain itu, dimsum yang diberi saus mentai memberikan kesan inovatif, modern, dan berbeda dari dimsum klasik. Banyak restoran dan pelaku UMKM membuat varian-varian dari makanan ini dan menambah topping yang berbeda, seperti keju, seafood, atau tobiko untuk meningkatkan rasa dan persepsi kualitas.
Mentai sebagai "Magnet" Media Sosial
Di era media sosial, penampilan makanan memainkan peran besar dalam menarik pelanggan. Warna saus mentai yang cenderung oranye-krem, tekstur yang creamy, dan kadang lapisan saus yang “meleleh” dan sedikit dibakar membuat dimsum mentai tampak sangat menggoda dan estetik. Hal ini sangat efektif untuk food photography dan konten media sosial.
Penelitian tentang food presentation (penampilan makanan) menunjukkan bahwa persepsi atas kualitas makanan, kepuasan konsumen, dan keputusan membeli sangat dipengaruhi oleh tampilan visual makanan. Selain itu, makanan dengan tampilan yang menarik lebih mudah dibagikan di media sosial sehingga memperkuat efek viral, menciptakan social proof, dan mendorong orang lain untuk mencoba.
Tren dan Penerimaan Konsumen di Indonesia
Tidak mengherankan jika dimsum mentai kemudian meroket di Indonesia. Menurut beberapa liputan kuliner, dimsum mentai disebut sebagai “kuliner favorit generasi muda (Gen Z)” karena kombinasi rasa, tampilan, dan aspek tren yang sesuai dengan preferensi mereka. Banyak penjual, mulai dari UMKM hingga restoran besar, menambahkan menu ini ke daftar mereka, bahkan menawarkan varian dengan topping premium seperti udang, kepiting, keju, dan lain sebagainya.
Beberapa laporan menyebut bahwa sejak menambahkan dimsum mentai ke menu, penjualan meningkat signifikan. Hal ini membuktikan bahwa inovasi rasa yang dipadukan dengan visual benar-benar memenuhi “keinginan pasar”.
Apa Hubungan Dimsum Mentai dengan Psikologis Konsumen?
Ada beberapa hubungan antara makanan dimsum mentai dan selera konsumen apabila ditinjau secara psikologis. Dimsum mentai lebih dipilih konsumen karena makanan ini memberikan kepuasan sensorik kepada konsumen. Rasa mentai yang gurih, creamy, dan sedikit pedas ini memberikan sensasi kenikmatan yang lebih intens daripada dimsum polos. Sensasi ini berpotensi memicu hedonic eating, dimana konsumen akan makan lebih banyak karena kenikmatan, bukan kebutuhan. Hal ini tentu membuat konsumen menjadi “ketagihan” dan tertarik untuk mencoba.
Selain itu, perpaduan budaya kuliner, tampilan menarik, dan rasa yang berlapis memberikan pengalaman makan yang berbeda. Alasan ini membuat dimsum mentai memiliki daya tarik yang lebih tinggi sehingga memungkinkan penjual untuk meningkatkan harga jualnya.
Peran media sosial dalam membuat dimsum mentai sebagai tren kuliner kekinian sangat kuat. Konsumen, terutama generasi muda, sering membeli bukan hanya untuk makan, tetapi juga untuk “eksis”.
Bagaimana Nasib Dimsum Mentai Kedepannya?
Tidak bisa dipungkiri bahwa dimsum mentai adalah kuliner yang diminati saat ini. Namun, tren dimsum mentai juga menghadapi beberapa tantangan. Beberapa laporan menyebut bahwa setelah hype sempat tinggi, dalam satu periode minat bisa mulai menurun ketika konsumen mencari inovasi baru atau “makanan selanjutnya”.
Selain itu, saus mentai lokal kadang memakai mayones dan saus pedas tanpa mentaiko atau tobiko asli, sehingga rasa dan nilainya berkurang dan mungkin mengecewakan sebagian pecinta kuliner.
Saus mentai membawa dimsum ke level baru. Dimsum mentai bukan hanya camilan, melainkan pengalaman makan yang menggabungkan kenikmatan rasa, estetika visual, dan tren sosial. Bagi pelaku usaha kuliner, dimsum mentai menunjukkan bagaimana inovasi kecil bisa menjadi diferensiasi besar, terutama jika dipadukan dengan penyajian yang estetik dan strategi pemasaran melalui media sosial. Bagi konsumen, dimsum mentai menawarkan pilihan makan yang familiar dan menyenangkan, sekaligus memungkinkan mereka merasa menjadi bagian dari tren fesyen kuliner.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
