Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image FauzanKamil_047

Sumatra Berduka

Info Terkini | 2025-12-11 11:44:23

Awal Desember 2025 menjadi masa kelam bagi warga di Aceh dan beberapa provinsi di Sumatra ketika curah hujan ekstrem mengguyur kawasan tersebut tanpa henti. Hujan deras yang turun selama hampir sepekan membuat volume air sungai meningkat tajam dan sistem drainase kewalahan menampung aliran air. Kondisi itu memicu banjir besar di berbagai kabupaten, sementara daerah berbukit mengalami serangkaian longsor yang menyebabkan kerusakan luas. Dalam tempo singkat, puluhan desa tenggelam dan ribuan warga harus meninggalkan rumah mereka demi mencari tempat yang lebih aman.

Pemerintah Aceh menetapkan status tanggap darurat setelah sejumlah wilayahnya tidak lagi dapat diakses. Banyak permukiman terputus akibat jembatan yang hancur atau jalan yang tertimbun material longsor. Warga yang terjebak di daerah terpencil bergantung pada bantuan yang dikirim melalui perahu atau helikopter. Di beberapa lokasi, bangunan sekolah dan puskesmas rusak parah, sementara aliran listrik padam berhari-hari. Situasi ini membuat warga kesulitan mendapatkan layanan kesehatan dan informasi terbaru mengenai kondisi bencana.

Tidak hanya Aceh, provinsi tetangga seperti Sumatera Utara dan Sumatera Barat juga merasakan dampak bencana yang sama beratnya. Sungai-sungai besar meluap hingga merendam lahan pertanian, pasar, dan permukiman padat penduduk. Banyak keluarga terpaksa mengevakuasi diri dengan membawa barang seadanya. Tempat-tempat seperti aula desa dan masjid dijadikan lokasi perlindungan sementara, namun kapasitasnya tidak mencukupi sehingga sebagian warga harus berteduh di tempat terbuka.

Seiring berjalannya waktu, laporan mengenai jumlah korban terus meningkat. Banyak warga yang dinyatakan hilang setelah terseret arus banjir mendadak atau tertimbun longsor. Tim penyelamat menghadapi kesulitan menjangkau beberapa wilayah karena akses yang sangat terbatas. Sementara itu, ribuan pengungsi masih mengantri bantuan logistik yang jumlahnya belum sebanding dengan kebutuhan di lapangan. Kurangnya air bersih dan sanitasi membuat risiko penyakit meningkat, terutama bagi anak-anak dan lansia.

Berbagai pihak menilai bahwa kondisi lingkungan yang semakin rusak turut memperparah dampak banjir dan longsor. Penurunan tutupan hutan di area hulu sungai menyebabkan air hujan turun langsung ke permukiman tanpa terserap tanah. Di sisi lain, banyak lereng bukit yang ditanami tanaman semusim atau dibuka untuk perkebunan, sehingga kestabilan tanah melemah. Kombinasi curah hujan ekstrem dan lemahnya daya dukung lingkungan membuat bencana kali ini lebih besar dari kejadian serupa beberapa tahun sebelumnya.

Setelah cuaca mulai membaik, pemerintah pusat dan daerah mulai memprioritaskan pemulihan infrastruktur vital seperti jembatan, jalan, serta jaringan listrik. Selain itu, rencana relokasi bagi warga yang tinggal di zona merah juga mulai dibahas untuk mengurangi risiko pada masa mendatang. Para ahli lingkungan mendorong penerapan kembali kawasan hutan lindung, penguatan struktur tanggul sungai, serta pemasangan alat deteksi dini di wilayah rawan bencana.

Bencana ini menjadi pengingat bahwa perubahan iklim dan kerusakan lingkungan bukan sekadar isu global, tetapi berdampak langsung pada keselamatan masyarakat. Kesiapsiagaan, tata ruang yang tepat, dan pengawasan lingkungan yang ketat sangat dibutuhkan agar tragedi serupa tidak kembali memakan banyak korban.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image