Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Tria Suwanita

Ketika Jagat Media Sosial Menentukan Arah Pikiran Kita

Teknologi | 2025-12-10 17:09:03
Jagat Media sosial

Media sosial telah mengubah cara manusia melihat dunia. Jika dahulu kita membutuhkan waktu untuk membaca berita, berdiskusi, atau menganalisis sebuah isu secara mendalam, kini persepsi dapat terbentuk hanya dari satu video singkat yang lewat di beranda. Perubahan besar ini bukan sekadar soal teknologi, tetapi perubahan cara kita memahami realitas itu sendiri.

Di era digital, informasi bergerak dalam kecepatan yang nyaris mustahil dikejar oleh nalar. Sebuah potongan video dapat memicu kemarahan jutaan orang sebelum konteks lengkapnya muncul. Banyak orang menilai sebuah isu berdasarkan kesan pertama yang ditangkap dari konten singkat. Kecepatan penyebaran informasi membuat penilaian publik sering kali impulsif. Bahkan ketika kebenaran akhirnya diperjelas, emosi yang terlanjur terbentuk sulit diubah.

Yang membuat situasi semakin kompleks adalah peran algoritma. Media sosial tidak menampilkan seluruh informasi secara merata, melainkan menyajikan apa yang paling disukai pengguna. Kebiasaan seseorang dalam menyukai atau menonton sesuatu akan menentukan apa yang muncul berikutnya. Tanpa disadari, kita hidup dalam ruang informasi yang sangat sempit. Ruang inilah yang membuat seseorang merasa bahwa pandangannya adalah pandangan mayoritas, padahal ia hanya berada dalam gelembung yang dibentuk oleh algoritma platform.

Selain algoritma, muncul pula pengaruh figur-figur populer yang menjadi rujukan banyak orang. Di media sosial, suara seorang influencer dapat lebih dipercaya daripada pendapat seorang ahli yang bicara berdasarkan data dan penelitian. Alasannya sederhana: penyampaian mereka lebih mudah dipahami, lebih dekat dengan bahasa sehari-hari, dan dikemas dalam bentuk konten yang menarik. Namun tidak semua isu layak diringkas menjadi video pendek. Banyak persoalan sosial dan politik yang membutuhkan penjelasan komprehensif, bukan sekadar narasi satu menit.

Media sosial juga menempatkan visual sebagai kekuatan utama. Sebuah gambar atau rekaman singkat dapat membangun simpati, kemarahan, dan rasa ketidakadilan dalam hitungan detik. Dampaknya besar, tetapi sering kali hanya menggambarkan sebagian kecil dari kenyataan. Inilah yang membuat opini masyarakat mudah terbawa emosi. Banyak isu akhirnya dinilai berdasarkan apa yang terlihat menarik secara visual, bukan berdasarkan fakta sebenarnya.

Di sisi lain, media sosial memberikan ruang yang subur bagi hoaks dan disinformasi. Informasi palsu menyebar lebih cepat karena sering dikemas dramatis dan sesuai dengan apa yang ingin dipercaya sebagian orang. Ketika informasi semacam ini viral, batas antara fakta dan manipulasi menjadi kabur. Tidak sedikit masyarakat yang akhirnya menilai sebuah isu berdasarkan narasi yang salah.

Meski penuh tantangan, media sosial tetap menghadirkan banyak manfaat. Ia mempercepat penyebaran informasi penting, membuka ruang bagi publik untuk bersuara, dan mendorong transparansi dari pemerintah maupun lembaga besar. Banyak isu kemanusiaan justru mendapat perhatian karena keberadaan media sosial. Platform ini dapat menjadi alat untuk memperjuangkan keadilan, selama digunakan secara bijak dan kritis.

Pada akhirnya, perubahan besar ini membawa kita pada sebuah kesadaran baru: media sosial memang menghubungkan kita, tetapi juga dapat membatasi cara kita menilai sesuatu jika kita tidak berhati-hati. Tantangan terbesar di era informasi bukan lagi mendapatkan data, tetapi memilah mana yang layak dipercaya. Di tengah arus informasi yang deras, kebijaksanaan menjadi kebutuhan utama agar kita tidak sekadar menjadi pengikut arus viral, tetapi tetap mampu melihat sesuatu dengan jernih dan proporsional.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image