Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Abdullah Imam

Di Garis Depan Melawan TB: Potret Perjuangan Perawat Poli Paru

Lainnnya | 2025-12-10 15:17:36

Bekerja di poli paru berarti bertemu orang-orang yang datang dengan kondisi berbeda-beda. Ada pasien yang baru mendapat hasil dahak, ada yang sudah berbulan-bulan minum obat, ada pula yang masih bingung harus mulai dari mana. Banyak dari mereka datang dengan rasa takut, bukan hanya karena penyakitnya, tapi juga karena stigma yang melekat. Di ruang kecil itu, perawat menjadi tempat mereka bercerita tentang cemas menulari keluarga, kehilangan pekerjaan, atau rasa malu saat orang sekitar menjauh.

Perawat sering menjadi orang pertama yang mendengarkan semua keluh kesah itu. Di tengah jadwal yang padat, mereka tetap meluangkan waktu untuk menenangkan pasien yang menangis atau panik. Ada momen ketika seorang pasien muda berkata bahwa ia takut memegang anaknya karena batuknya tak kunjung reda. Perawat yang menanganinya memijit lengannya perlahan dan berkata, “Nanti akan pulih. Kita jalani pelan-pelan.” Kalimat sederhana, tapi cukup membuat pasien itu menghela napas lebih tenang.

Meski terlihat kuat, para perawat ini tidak kebal rasa khawatir. Ada hari-hari ketika masker terasa begitu sesak, atau ketika batuk keras pasien membuat mereka tanpa sadar menarik napas lebih pendek. Mereka tahu risikonya besar. Mereka tahu bahwa satu pasien dengan TB aktif bisa menularkan banyak orang. Namun, mereka tetap kembali ke ruangan yang sama, hari demi hari, karena ada tanggung jawab yang mereka pegang erat dalam hati.

Di balik rutinitas medis, perawat juga menjaga keberlanjutan pengobatan pasien. Banyak pasien mulai lelah di tengah jalan—obatnya banyak, efek sampingnya tidak nyaman, dan hasilnya tidak instan. Pada momen inilah perawat menjadi pengingat sekaligus penguat. Mereka menghubungi pasien yang tidak datang kontrol, mengajak bicara dengan sabar, dan memastikan pasien tetap berada di jalur perawatan yang benar. Tak jarang mereka pulang kerja dengan rasa lega hanya karena satu pasien mau kembali melanjutkan pengobatan.

Ada kepuasan yang sulit dijelaskan ketika melihat pasien yang dulu datang dengan napas terengah-engah kini bisa tersenyum lebar. Namun ada pula hari ketika berita buruk datang: pasien yang terlambat ditangani, atau yang kondisi paru-parunya sudah rusak parah. Momen seperti itu sering membuat perawat duduk sebentar di ruang istirahat, berusaha mengatur emosi sebelum kembali bekerja.

Segalanya terjadi di ruangan yang kecil, namun pengabdiannya besar. Para perawat poli paru jarang mendapat sorotan, namun tanpa mereka, banyak pasien TB mungkin takkan pernah menyelesaikan pengobatan. Mereka menjaga ritme klinik, menjaga kondisi pasien, dan menjaga harapan agar angka TB di Indonesia bisa turun sedikit demi sedikit.

Mereka bekerja dengan sunyi, tapi pengaruhnya nyata. Setiap hari yang mereka jalani adalah bagian dari perjuangan panjang melawan penyakit yang masih menjadi ancaman nasional. Di balik masker yang melekat erat, ada wajah-wajah yang terus memilih untuk bertahan, sebab mereka percaya bahwa setiap pasien yang pulih adalah bukti bahwa perjuangan mereka tidak sia-sia.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image