Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Rahmita Husna

Peningkatan Penggunaan AI: Inovasi Pendidikan atau Ancaman Kemampuan Berpikir?

Teknologi | 2025-12-04 11:54:25
AiCI-umg.com" />
Sumber: AiCI-umg.com

Di tengah laju perkembangan teknologi, kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) terus masuk semakin jauh dalam dunia pendidikan. Di beberapa sekolah, teknologi ini mulai dimanfaatkan untuk membantu penyampaian materi, evaluasi pembelajaran, hingga memantau perkembangan siswa. Namun, kemunculan AI kembali memunculkan perdebatan: apakah kehadirannya benar-benar membantu perkembangan siswa atau justru berpotensi mematikan kemampuan berpikir kritis?

Pendukung pengguna AI menilai bahwa teknologi ini dapat memperluas akses belajar dengan lebih cepat dan adaptif. Sistem berbasis AI mampu menyesuaikan materi sesuai kemampuan setiap siswa, sehingga siswa yang lambat memahami materi dapat mengulang penjelasan secara berkala, sementara siswa yang memiliki kemampuan belajar lebih cepat dapat mempelajari materi lanjutan sebelum guru menyampaikannya di kelas. Berdasarkan hasil Survei Internet oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) 2025, menunjukkan dari 8.700 responden yang disurvei, 27,34% masyarakat Indonesia telah menggunakan AI.

APJII" />
Sumber: APJII

Generasi Z menjadi kelompok usia yang paling dominan menggunakan AI yakni 43,70%, dan 43,98% konten AI yang sering mereka akses untuk keperluan edukasi atau pembelajaran, angka tersebut meningkat signifikan yang awalnya 21,84% pada tahun sebelumnya. Data ini menunjukkan bahwa AI berpotensi mendukung pembelajaran, terutama di wilayah yang kekurangan tenaga pendidik, sekaligus membantu guru untuk menyelesaikan tugas-tugas administratif seperti penilaian dan analisis perkembangan siswa.

Ancaman dalam Mengimplementasikan AI dalam Pendidikan

Penggunaan AI yang berlebihan dalam pembelajaran berpotensi menimbulkan risiko bagi perkembangan kemampuan kognitif siswa. Kemudahan memperoleh jawaban secara instan dapat mengurangi latihan analisis dan kreativitas. Jika tugas sekolah diselesaikan hanya dengan bantuan AI tanpa proses pemahaman, proses pembelajaran yang seharusnya membangun daya nalar siswa bisa terganggu. Ketergantungan terhadap teknologi menyebabkan siswa mungkin kurang terlatih dalam melakukan perhitungan, menulis, atau merangkum bacaan secara mandiri, yang berakibat pada ketidaksiapan siswa menghadapi persoalan kritis.

Pemanfaatan AI di lingkungan pendidikan terus berkembang dan dari sejumlah temuan di lingkungan sekitar menunjukkan bahwa tingkat efektivitasnya sangat dipengaruhi oleh cara teknologi tersebut diterapkan. Meskipun demikian, AI dapat berfungsi sebagai alat bantu proses belajar, namun keterampilan seperti penalaran, analisis, berpikir kritis, kreativitas, literasi digital, dan pemahaman etika teknologi yang tetap memerlukan keterlibatan aktif siswa.

Inovasi AI yang Dikembangkan oleh Pemerintah

Hal ini mendapatkan respons pemerintah untuk mengembangkan teknologi dengan mengenalkan mata pelajaran AI dan koding sebagai mata pelajaran pilihan pada jenjang pendidikan dasar hingga menengah. Adanya program ini ditujukan untuk memberikan pengetahuan bagi siswa dalam memahami dasar-dasar teknologi. Serta, mendorong siswa untuk menumbuhkan cara pikir komputasional agar dapat memecahkan berbagai macam persoalan secara sistematis melalui pengenalan algoritma, pola, hingga abstraksi yang membantu siswa bisa menangani tantangan digital.

"Kami sampaikan dalam rencana kami untuk melakukan pembaharuan kurikulum yang akan datang untuk menambahkan mata pelajaran Artificial Intelligence/AI dan Koding sebagai mata pelajaran pilihan di sekolah-sekolah yang memang sudah mampu melaksanakan," ucap Abdul Mu'ti di sela-sela Rapat Koordinasi Evaluasi Kebijakan Pendidikan di Jakarta, (11/11/2024).

Karena itu, banyak sekolah dan institusi pendidikan mulai menetapkan regulasi serta mekanisme pengawasan untuk membedakan tugas yang dapat dibantu teknologi dan tugas yang harus diselesaikan secara mandiri. Langkah ini dilakukan untuk menjaga integritas proses pembelajaran sekaligus mencegah ketergantungan berlebihan terhadap AI, sehingga teknologi tetap berperan sebagai pendukung, bukan untuk menggantikan peran guru maupun kemampuan yang perlu dikembangkan siswa.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image