Banjir Sumatera dan Fenomena Penjarahan
Info Terkini | 2025-12-02 14:41:34
Banjir besar yang melanda Sumatera akhir November lalu tidak hanya merendam rumah dan jalan, tetapi menimbulkan kerugian material dan korban jiwa. Air yang datang tiba-tiba memutus akses jalan, listrik, dan distribusi logistik. Ribuan warga terjebak tanpa makanan dan kebutuhan pokok. Dalam kondisi darurat, rasa lapar dan ketakutan membuat sebagian orang nekat mengambil barang dari toko dan gudang. Fenomena yang terjadi adalah penjarahan terhadap sejumlah minimarket seperti Alfamart dan Indomaret, serta gudang Bulog di Sibolga tak luput dari penjarahan.
Sebanyak 7 minimarket dijarah dan 16 orang ditangkap oleh pihak berwajib (detik.com). Warga mengambil makanan ringan, minuman, sabun, dan makanan pokok lain. Penjarahan bukan semata tindakan kriminal, melainkan survival instinct akibat keterlambatan bantuan (KOMPAS.com). Sebagai mahasiswa Universitas Airlangga, saya melihat fenomena ini bukan sekadar soal hukum, tetapi juga soal governance dan keadilan sosial. Penjarahan di Alfamart, Indomaret serta gudang Bulog adalah cermin rapuhnya sistem darurat dan tanda bahwa sistem distribusi logistik darurat belum mampu menjawab kebutuhan masyarakat.
Sebelumnya, keterlambatan bantuan dari pemerintah banyak menimbulkan kontra, seperti salah satu komentar dari tiktok @el teuku: media nasional dan petinggi negara seolah-olah ketika Sumatera musibah banjir tidak ada satupun ya up ke media nasional, TAPI ketika Jakarta (Jawa) 7 hari 7 malam penuh di TV disiarkan, sangat lucu negara ini!!!!. Terlepas dari semua itu, penjarahan telah menjadi indikator lemahnya sistem ketahanan pangan darurat. Pihak berwajib seharusnya fokus terhadap keamanan dan bantuan kepada warga, bukan hanya represif terhadap pelaku Penjarahan.
Banjir di Sumatera bukan hanya menimbulkan kerugian material dan kerusakan fisik, tetapi juga krisis sosial. Dalam perspektif akademik, bencana tidak boleh dipandang hanya sebagai masalah alam, tetapi juga sebagai masalah struktural. Ketahanan pangan, kesiapan pihak berwajib, dan solidaritas sosial adalah bagian dari disaster management yang harus diperkuat. Perlunya edukasi kepada masyarakat mengenai solidaritas sosial, agar tidak menimbulkan konflik yang berkepanjangan. Jika solidaritas dan kecepatan distribusi diperkuat, maka tragedi bisa menjadi pelajaran berharga tentang kemanusiaan.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
