Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Nisrina Tazkiya Kamila

Dinamika Layanan Kesehatan: Antara Kesibukan, Dedikasi, dan Keadilan

Edukasi | 2025-11-28 01:02:24

Pengalaman berkunjung ke sebuah rumah sakit pendidikan ternama di Surabaya membuka mata saya tentang realitas dunia kesehatan. Di tengah teriknya matahari kota metropolitan, rumah sakit itu tetap hiruk-pikuk dengan aktivitas pasien dan tenaga kesehatan yang tak kenal lelah.

Yang langsung menarik perhatian adalah aliran pasien yang tak putus-putusnya dari pagi hingga siang. Para dokter, perawat, dan tenaga medis lainnya bergerak dalam koordinasi yang tertata rapi. Dinamika kerjasama antara perawat dan dokter terasa sangat kuat dan mulus, seolah mereka telah bertahun-tahun membangun chemistry ini. Mereka melayani pasien yang terus berdatangan dengan sigap dan penuh profesionalisme, menciptakan sebuah harmoni di tengah kesibukan yang padat.

Momen berkesan hadir saat saya bertemu dengan seorang dokter spesialis kandungan. Beliau bercerita tentang jadwalnya yang berpindah-pindah antara rumah sakit untuk operasi dan praktik. "Ini profesi seumur hidup," katanya dengan senyum. Meski mengakui kelelahan yang luar biasa, ada cahaya di matanya ketika bercerita tentang momen-momen berharga dalam profesinya. Dedikasinya tak pernah pudar, didorong oleh makna setiap pelayanan yang diberikan.

Namun, di balik harmoninya layanan kesehatan, tersimpan masalah sistemik yang mendalam. Data menunjukkan ketimpangan pemerataan dokter di Indonesia masih sangat lebar. Sebagian besar dokter terkonsentrasi di Jawa dan wilayah barat Indonesia, sementara wilayah timur mengalami kekurangan yang signifikan. Ironisnya, rumah sakit-rumah sakit di Jawa yang notabene memiliki jumlah dokter terbanyak pun tetap kewalahan menanggung beban pasien yang begitu besar.

Yang lebih memprihatinkan lagi adalah realita finansial yang dihadapi banyak tenaga kesehatan. Di tengah tanggung jawab dan beban kerja yang begitu besar, banyak tenaga kesehatan, khususnya dokter umum, menerima penghasilan yang tidak sebanding. Padahal, mereka adalah ujung tombak layanan kesehatan yang sehari-hari berhadapan langsung dengan masyarakat.

Dari pengalaman ini, saya belajar bahwa pelayanan kesehatan memang akan selalu dibutuhkan dan terus berevolusi. Namun yang tak pernah berubah adalah dedikasi para tenaga kesehatan dari semua lapisan, mulai dari mahasiswa kesehatan, dokter muda, perawat, hingga tenaga medis senior. Mereka menjalani profesinya bukan semata untuk imbalan materi, tetapi karena panggilan hati untuk mengabdi dan melayani. Rasa hormat yang dalam patut kita berikan kepada semua tenaga kesehatan yang tetap bertahan, berkontribusi, dan memberikan yang terbaik di tengah segala tantangan yang ada. Karena pada akhirnya, pengabdian merekalah yang menjadi nyawa dari sistem kesehatan kita.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image