AI Art: Estetika tanpa Esensi
Teknologi | 2025-11-27 07:53:42Tidak dapat disangkal bahwa Studio Ghibli telah meninggalkan jejak mendalam di industri perfilman yang menginspirasi lahirnya sebuah era animasi dengan gaya yang baru serta mendorong banyak seniman muda untuk memulai perjalanan seni mereka.
Meskipun bukan berasal dari negara Barat yang cenderung mendominasi dunia animasi, Studio Ghibli berhasil meraih kesuksesan di mata dunia internasional. Apresiasi yang dituai oleh studio ini bukan hanya berasal dari kalangan seniman, melainkan juga dari masyarakat awam pada umumnya. Salah satu respons positif yang paling sering diberikan adalah kemampuan Studio Ghibli dalam menggerakkan emosi para penontonnya.
Mulai dari aspek storytelling, musik, hingga animasi, semuanya telah didesain sedemikian rupa oleh Studio Ghibli agar penonton memperhatikan emosi mereka sendiri dan menjalin keterlibatan emosional dengan film-film tersebut.
Artstyle Ghibli sendiri sudah menjadi sangat ikonik hingga sampai pada titik di mana seseorang dapat mengidentifikasi sesuatu sebagai hasil karya Studio Ghibli hanya dengan melihatnya sekilas. Oleh karena itu, tidak heran bahwa banyak orang ingin melihat diri mereka digambar dengan artstyle Studio Ghibli.
Dahulu, untuk mencapai hasil ini, orang-orang akan memesan karya langsung dari seniman. Namun, seiring berkembangnya AI generatif, banyak orang yang beralih pada filter AI. Melalui filter AI ini, seseorang dapat mengunggah foto yang kemudian akan ditampilkan kembali dengan artstyle Ghibli.
Namun, apa yang awalnya dianggap sebagai sekadar tren berubah menjadi isu yang jauh lebih serius dan memicu banyak kritik dari komunitas seniman. Banyak poin yang diangkat dalam diskusi ini, seperti isu etika, budaya, hak cipta, dan lain sebagainya. Diskusi dan kontroversi mengenai AI art bukanlah hal yang baru, namun kasus kali ini terasa berbeda dari yang sebelum-sebelumnya ketika sebuah klip di mana pencipta Studio Ghibli, Hayao Miyazaki, muncul kembali di internet.
"I strongly feel that this is an insult to life itself." itulah yang dikatakan Miyazaki kepada FarOut Magazine mengenai AI art.
Miyazaki, yang sepanjang kariernya telah menekankan pentingnya karya seni buatan manusia, mengecam keras penggunaan AI art. Ia mengkritisi bahwa hasil karya AI tidak memiliki kedalaman emosi dan mengabaikan esensi dari karya seni itu sendiri sebagai sesuatu yang lahir dari pengalaman, usaha, dan emosi manusia.
Banyak orang beranggapan bahwa AI art adalah kematian dari seni. Seni sendiri dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk ekspresi diri yang berasal dari kreativitas dan imajinasi seseorang. Seni menjadi sarana komunikasi antarmanusia, di mana seseorang dapat melihat refleksi pengalamannya dalam hasil karya orang lain. Namun, AI art menyimpang dari konsep tersebut. Hasil karya yang dihasilkan AI berasal dari mesin tanpa makna yang jelas.
AI art sendiri berasal dari sistem yang telah dilatih pada kumpulan data karya seni yang dibuat oleh manusia. Hal ini sering kali diungkit ketika membahas isu AI art dan hak cipta. Namun, selain dari aspek hukum, banyak seniman yang merasa bahwa karya mereka terdevaluasi akibat AI art.
Mengapa?
Orang pada umumnya menggunakan AI art agar mendapat hasil karya yang serba instan dengan tampilan yang indah untuk dilihat. Pada kenyataannya, seni bukanlah hanya soal tampil indah. Kini pandangan orang terhadap seni semakin dangkal. Dalam berkarya seni, proses yang dilalui tidak kalah bermakna dibandingkan hasil akhir. Sayangnya, sentimen ini menjadi sesuatu yang sering dilupakan.
Oleh karena itu, mungkin suatu hal “sepele” seperti penggunaan AI generatif pantas dianggap sebagai suatu hal serius yang sudah seharusnya didiskusikan. Jika suatu studio animasi besar seperti Ghibli dapat menjadi korban AI generatif, apa yang menghalangi hal yang sama terjadi pada studio-studio animasi lainnya yang bahkan lebih kecil?
Pada kenyataannya, banyak seniman ternama selain Hayao Miyazaki yang telah mengecam penggunaan AI art, seperti Dana Terrace, pembuat serial animasi The Owl House. Serial The Owl House tersedia di layanan streaming Disney+ yang baru-baru ini mengumumkan bahwa penggunanya dapat membuat dan melihat konten yang dihasilkan AI. Keputusan ini memicu amarah banyak animator Disney, termasuk Dana Terrace. Seperti banyak animator Disney lainnya, Terrace menyuarakan kritiknya di platform X. Pada salah satu unggahannya, Terrace menulis, “Unsubscribe from Disney+. Pirate Owl House. I don’t care.” Inti dari unggahan tersebut adalah mendorong para penonton untuk memboikot Disney+ dan menonton The Owl House secara ilegal jika itu berarti tidak mendukung Disney+.
Pernyataan Terrace ini tentunya merupakan sebuah bentuk pemberontakan keras terhadap penggunaan AI di ruang lingkup seni. Respons drastis dari Terrace menunjukkan betapa seriusnya isu AI art bagi para animator dan seniman. Oleh karena itu, sebagai penonton dan penikmat karya seni dalam segala bentuk, bukankah salah satu cara kita dapat menunjukkan penghargaan terhadap karya tersebut adalah dengan menghormati opini dan keinginan pembuatnya?
Referensi
Classification Office. (2023, December 13). Studio Ghibli, movies and mental health. Classification Office. https://www.classificationoffice.govt.nz/news/blog-posts/studio-ghibli-movies-and-mental-health/
Deepsense Digital Solutions. (2025, April 3). What is the Ghibli trend and why you shouldn’t try it? Deepsense. https://deepsense.in/ghibli-trend-risks-explained-in-detail/
Gissen, L., & Lalic, E. (2025, November 17). Disney animator unleashes furious tirade against the company over AI-generated content. Daily Mail Online. https://www.dailymail.co.uk/lifestyle/article-15296143/disney-animator-owl-house-dana-terrace-slams-ai.html
Goonetillake, S. (2025, April 2). Why the AI-generated “Studio Ghibli” trend is so controversial. ABC News. https://www.abc.net.au/news/2025-04-03/the-controversial-chatgpt-studio-ghibli-trend-explained/105125570
NDTV News Desk. (2025, March 27). “Insult to Life Itself”: Ghibli founder Hayao Miyazaki on AI-generated art. NDTV.
https://www.ndtv.com/world-news/quot-i-would-never-incorporate-this-quot-what-studio-ghibli-039-s-hayao-miyazaki-once-said-about-ai-animation-8021037
Reinhart, E. (2025, May 20). The trouble with AI art isn’t just lack of originality. It’s something far bigger. The Guardian.
https://www.theguardian.com/commentisfree/2025/may/20/ai-art-concerns-originality-connection
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
