Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Salsabila Chairani

Ketika Islam Bertemu Yunani: Kisah Tentang Ilmu, Nilai, dan Kemanusiaan

Sejarah | 2025-11-19 18:50:03

Peradaban Yunani (Helenisme) ditetapakan sebagai dasar peradaban dunia kuno. Mungkin sebagian dari kita mungkin langsung teringat pada patung-patung megah, cerita filsuf Yunani yang terkenal , atau legenda tentang dewa-dewi. Namun, ada cerita lain yang menarik tentang pertemuan antara pemikiran Yunani dan peradaban Islam. Pertemuan yang membentuk sejarah dan pemahaman manusia tentang kehidupan

Ilmu Pengetahuan: Jembatan yang Menghubungkan Dua Peradaban

Dunia bergerak dengan cepat di abad-abad awal perkembangan Islam. Baghdad, Damaskus, dan Kordoba adalah pusat perdagangan, ilmu pengetahuan, dan budaya. Para ilmuwan Muslim menemukan sesuatu yang luar biasa dalam semangat belajar: tulisan kuno dari para pemikir Yunani. Tetapi hubungan Islam-Yunani bukanlah hubungan "guru-murid". Ia seperti bertemu dua sahabat yang belajar satu sama lain: satu memberikan logika dan rasionalitas, dan yang lain memberikan nilai spiritual dan kemanusiaan.

Islam Tidak Menelan Mentah-Mentah

Umat Islam memiliki sikap yang menarik dari pertemuan ini. Mereka tidak menentang ilmu Yunani, tetapi mereka juga tidak menerimanya secara langsung. Mereka berbicara dengan ide-ide itu, mengevaluasi, dan memutuskan apa yang baik untuk manusia. Yunani membawa konsep matematika dan logika ke dunia modern. Namun, ilmuwan Muslim mengajak "berbicara" dan mengoreksi ide-ide yang bertentangan dengan prinsip kemanusiaan dan iman, seperti alam semesta yang dianggap abadi atau jiwa manusia yang dianggap sebagai objek filsafat. Ini menunjukkan bahwa islamisasi bukan proses menutup diri; itu adalah proses memahami ilmu dengan hati dan akal.

Mengapa Ini Penting?

Karena kita sering lupa bahwa ilmu pengetahuan bukan sekadar kumpulan rumus atau teori. Ilmu selalu punya nilai, arah, dan tujuan. Para ilmuwan Muslim memahami hal ini. Mereka tidak ingin ilmu dibiarkan kosong tanpa makna mereka ingin ilmu mengantarkan manusia kepada kebaikan, kehormatan, dan kedekatan pada Sang Pencipta.

Maka, logika Aristoteles memang dipakai, matematika Euclid dikembangkan, dan kedokteran Hippocrates disempurnakan. Tetapi semuanya diarahkan kembali kepada manusia: bagaimana ilmu bisa membuat hidup lebih baik, lebih adil, dan lebih bermakna.

Sebuah Perjumpaan yang Melahirkan Peradaban

Berkumpulnya ide-ide Islam dan Yunani bukan hanya peristiwa sejarah. Ia menunjukkan bagaimana peradaban dapat bertemu tanpa saling menghancurkan. Proses pertumbuhan dan perkembangan ilmu di tempat lain menjadi lebih indah karena disentuh oleh nilai-nilai kemanusiaan. Ini menunjukkan bahwa ilmu seharusnya membebaskan, bukan membingungkan. Bukan tugas ilmu untuk menjauhkan manusia dari rasa kemanusiaan, tetapi untuk mendekatkan mereka pada kebenaran. Selanjutnya, begitulah yang terjadi ketika Islam bertemu dengan Yunani: bukan hanya pertukaran gagasan, tetapi perjalanan membawa peradaban baru.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image