Peran Dokter Hewan dalam Menjaga Keseimbangan Elemen Kehidupan
Pets and Garden | 2025-11-17 09:14:45
Sebagian besar masyarakat pasti sudah mengetahui bahwa dokter hewan berperan dalam penanganan hewan dan penyakit-penyakitnya. Namun, pekerjaan dokter hewan ternyata tidak hanya soal menangani hewan saja. Dokter hewan juga memiliki peran penting dalam kesejahteraan manusia dan kesehatan lingkungan. Hal tersebut sejalan dengan motto PDHI (Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia) yakni “Manusya Mriga Satwa Sewaka” (Achmad, 2023). Motto tersebut berasal dari bahasa Sanskerta yang memiliki makna mengabdi untuk kesejahteraan manusia melalui dunia hewan. Manusya berarti manusia atau kemanusiaan, MrigaSatwa mencakup kesehatan semua jenis hewan, baik hewan liar (mriga) maupun hewan ternak/peliharaan (satwa). Sewaka berarti pengabdian atau pelayanan.
Selain itu, motto “Manusya Mriga Satwa Sewaka” juga selaras dengan salah satu konsep yang terkenal dalam dunia kesehatan, yaitu dikenal sebagai “One Health”. Menurut AIHSP, One Health adalah salah satu pendekatan yang menyatakan bahwa kesehatan manusia sangat berhubungan langsung dengan kesehatan hewan dan kesehatan lingkungan di mana kita hidup. Oleh karena itu, dapat kita ketahui bahwa dokter hewan memegang peran penting dalam tiga aspek kunci, yaitu manusia, hewan, dan lingkungan. Pengabdian seorang dokter hewan tidak hanya berpengaruh bagi kesejahteraan hewan, tetapi juga berperan bagi masyarakat dan lingkungan. Tiga aspek kunci ini saling berkaitan satu sama lain dan tidak dapat dipisahkan.
Peranan dokter hewan sangat luas dan penting, antara lain dalam pengendalian penyakit (disease control), menjaga keamanan pangan (food safety), serta kesehatan lingkungan (environmental health). Berikut peran dokter hewan bagi makhluk hidup:
• Pengendalian Penyakit (Disease Control)
Berdasarkan data dari WHO, sekitar 60% dari penyakit menular baru yang dilaporkan secara global berasal dari hewan, baik liar maupun ternak. Sudah lebih dari 30 patogen manusia baru telah terdeteksi dalam 3 dekade terakhir. Sekitar 75% penyakit infeksi menular pada manusia adalah zoonosis. Hal ini berarti bahwa penyakit berbahaya tersebut menular dari hewan ke manusia, seperti rabies, flu burung, dan COVID-19. Di sini, dokter hewan berperan untuk memantau, mendiagnosis, dan meneliti penyakit pada hewan sebelum penyakit tersebut meluas dan menular ke manusia. Selain itu, dokter hewan juga berperan untuk merancang dan menerapkan program vaksinasi pada ternak dan hewan peliharaan, serta mengelola karantina untuk mencegah penyebaran wabah.
• Keamanan Pangan (Food Safety)
Produk hewani sangat rentan terkontaminasi bakteri patogen dan sisa obat hewan. Beberapa potensi bahaya yang dapat berasal dari pangan asal hewan diantaranya adalah foodborne disease atau penyakit yang ditularkan lewat makanan yang terkontaminasi oleh bakteri. WHO mencatat bahwa bakteri menjadi penyebab terbesar kasus foodborne disease, yaitu sebesar 75%. Setiap tahun, hampir satu dari 10 orang di seluruh dunia jatuh sakit setelah mengonsumsi makanan yang terkontaminasi sehingga mengakibatkan lebih dari 420.000 kematian. Dokter hewan berperan untuk memastikan produk hewani aman dikonsumsi manusia. Sebagai contoh, dalam peternakan dan industri pangan, dokter hewan melakukan pemeriksaan kesehatan pada hewan ternak, baik sebelum (antemortem) maupun sesudah (postmortem) disembelih di rumah potong hewan. Selain itu, dokter hewan juga bertugas untuk mengawasi seluruh rantai produksi, mulai dari pakan ternak, kondisi peternakan, hingga pengolahan dan distribusi produk hewani ke pasar. Hal ini untuk mencegah kontaminasi bakteri, residu obat, atau bahan berbahaya lainnya.
• Kesehatan Lingkungan (Environmental Health)
Limbah ternak yang tidak dikelola dengan baik dapat mencemari air, udara, dan tanah. Feses, urine, dan limbah kandang mengandung amonia, nitrogen, dan fosfor yang dapat merembes ke tanah dan sungai sehingga memicu eutrofikasi dan menyebabkan penurunan kualitas air akibat kontaminasi. Selain itu, data dari (Hoffmann, 1999) menyebutkan bahwa limbah ternak menyumbang sekitar 16% emisi metana global (CH ) dan nitrous oxide (NOₓ) yang mempercepat pemanasan global. Dokter hewan dapat memberi saran tentang pengelolaan limbah peternakan agar tidak mencemari air dan tanah dan mendorong praktik peternakan yang berkelanjutan. Selain itu, dokter hewan kerap mengedukasi masyarakat agar sampah dan kotoran hewan dikelola dengan benar demi melindungi kualitas air dan kesehatan umum. Lebih lanjut, dokter hewan juga ikut serta dalam penelitian dalam lingkungan, seperti mempelajari bagaimana penyakit dapat menyebar melalui lingkungan dan dampaknya terhadap hewan sebagai bagian dari siklus ekosistem.
Oleh karena itu, peran dokter hewan tidak hanya seputar dunia hewan, tetapi juga berperan dalam kesejahteraan manusia dan kesehatan lingkungan. Dengan pengabdian dokter hewan yang berpengaruh terhadap berbagai sektor kehidupan, patutlah kita sebagai masyarakat tidak memandang rendah profesi tersebut dan terus mengapresiasi kinerja mereka.
Referensi
Achmad, T. (2023, May 29). Demi Kesehatan Manusia melalui Hewan, PDHI Jatim 2 Kuatkan Kolaborasi. Jatim Times Network. https://malangtimes.com/baca/290060/20230529/094300/demi-kesehatan-manusia-melalui-hewan-pdhi-jatim-2-kuatkan-kolaborasi
AIHSP. (n.d.). Menyeimbangkan kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan. Australia Indonesia Health Security Partnership. Retrieved November 16, 2025, from https://onehealth.or.id/one-health
Hoffmann, D. (1999, September). Asian Livestock to the Year 2000 and beyond. Food and Agriculture Organization of the United Nations Regional Office for Asia and the Pacific. https://www.fao.org/4/x6624e/x6624e06.htm#TopOfPage
WHO. (n.d.). Foodborne diseases. World Health Organization. Retrieved November 16, 2025, from https://www.who.int/health-topics/foodborne-diseases
WHO. (2023, October 23). One Health. World Health Organization. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/one-health
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
