Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Khadijah Alimuddin

Bullying Remaja dan Akar Masalah dalam Sistem yang Serba Materialistis

Pendidikan dan Literasi | 2025-11-15 16:54:13



Bullying Remaja dan Akar Masalah dalam Sistem yang Serba materialistis

Dua kasus terbaru tentang remaja korban bullying—santri di Aceh Besar yang membakar asrama dan siswa SMA di Jakarta yang diduga melakukan ledakan—menggambarkan betapa serius luka sosial yang dialami generasi muda kita. Keduanya merasa tertekan, direndahkan, dan tidak punya tempat aman untuk meminta pertolongan sampai akhirnya memilih jalan yang membahayakan banyak orang.
Fenomena ini sebenarnya tidak berdiri sendiri. Ia tumbuh di dalam lingkungan sosial yang, sedikit demi sedikit, kehilangan adab dan empati. Media sosial sering menjadikan ejekan sebagai hiburan, dan sekolah yang seharusnya menjadi benteng karakter justru sibuk mengejar target akademik. Di sinilah kita melihat jejak kuat cara pandang kapitalistik: pendidikan dipersempit menjadi urusan nilai, prestasi, dan persaingan, sementara pembinaan sikap, moral, dan kesehatan jiwa dianggap nomor dua.

Dalam sistem yang menilai manusia terutama dari produktivitas dan hasil materi, wajar bila banyak remaja merasa tidak cukup, tidak dihargai, bahkan tidak dianggap. Mereka tumbuh dalam tekanan, tapi tanpa bimbingan untuk mengelola emosi dan konflik dengan benar. Ketika tersakiti, mereka menjadi rapuh—dan celah inilah yang membuat tindakan ekstrem muncul.

Islam Kaffah sebagai Solusi

Islam menawarkan pendekatan yang jauh lebih menyeluruh terhadap pendidikan dan pembinaan generasi. Dalam pandangan Islam:
1. Tujuan pendidikan bukan hanya mencetak orang pintar, tapi membentuk kepribadian yang beradab. Anak dibimbing agar mampu berpikir sehat, bersikap bijak, dan menyelesaikan masalah dengan cara yang benar.
2. Kurikulum menempatkan nilai akidah dan akhlak sebagai fondasi, bukan tambahan. Adab tidak diajarkan sambil lalu, tetapi ditanamkan lewat pembiasaan, keteladanan, dan interaksi sehari-hari.
3. Lingkungan sosial dibangun untuk menjaga martabat manusia. Masyarakat diarahkan untuk saling peduli dan melindungi yang lemah, bukan menjadi kompetisi ego yang tak sehat.
4. Negara dalam perspektif Islam memiliki peran penting: mengatur pendidikan yang berorientasi pada pembinaan, menegakkan aturan yang tegas terhadap kekerasan, dan menyediakan dukungan bagi remaja yang mengalami tekanan psikologis maupun sosial.

Saatnya Kembali ke Pendidikan yang Membentuk Manusia Seutuhnya

Kasus-kasus ekstrem ini seharusnya menjadi alarm keras bahwa sistem pendidikan dan sosial kita sekarang belum berhasil menjaga jiwa anak-anak. Mereka butuh lebih dari sekadar pelajaran matematika dan ranking di rapor. Mereka butuh ruang yang membentuk karakter, memuliakan adab, dan menumbuhkan rasa aman.

Menghidupkan nilai-nilai Islam secara kaffah—dalam keluarga, sekolah, masyarakat, hingga kebijakan negara—bukan sekadar idealisme, tetapi kebutuhan agar generasi kita tumbuh dengan jiwa yang sehat, kokoh, dan terhormat.



Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image