Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ivan Abimanyu

Mengalihkan Dana Whoosh ke Kereta di Luar Jawa

Info Terkini | 2025-11-14 20:33:07

Proyek kereta cepat Jakarta–Bandung yang disebut Whoosh adalah terobosan baru pada industri transportasi di Indonesia, namun dari sudut pandang biaya-peluang (opportunity cost) dan keadilan pembangunan, ada argumen kuat yang menyatakan bahwa sebagian besar dana yang dialokasikan untuk proyek semacam ini seharusnya dipertimbangkan untuk investasi jaringan rel di luar Pulau Jawa.

Whoosh dibiayai besar-besaran melalui pinjaman (sebagian besar dari China Development Bank) dan tercatat mengalami pembengkakan biaya dibanding rencana awal, analisis berkisar antara sekitar US$7,2–7,3 miliar, dengan tekanan utang yang signifikan pada pihak terkait dan klaim cost-overrun yang masih berlangsung. Kondisi ini menciptakan risiko fiskal dan kebutuhan negosiasi ulang pembiayaan.

Mengapa ini penting?, karna dana publik atau jaminan negara yang terpakai untuk menutup risiko/utang proyek besar mengurangi ruang fiskal untuk investasi transportasi lainnya yang justru sangat dibutuhkan daerah-daerah kurang terlayani.

Beberapa laporan menunjukkan bahwa tingkat terisi penumpang kereta Whoosh berada jauh di bawah proyeksi awal. Perkiraan harian jauh lebih rendah dari target sehingga pendapatan operasi tidak sesuai harapan dan memperpanjang jalur waktu pengembalian investasi. Ini menimbulkan pertanyaan tentang asumsi permintaan yang dipakai pada perencanaan awal.

Apabila pendapatan lebih rendah, kebutuhan subsidi, restrukturisasi pinjaman, atau intervensi fiskal menjadi lebih mungkin dan lagi-lagi menggerus kapasitas pembiayaan untuk proyek lain.

Jawa terutama kota kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya sudah jauh lebih padat dengan jaringan jalan/rel dan pusat ekonomi.Sementara itu, banyak provinsi di luar Jawa seperti Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, bahkan bagian Papua yang sampai saat ini mengalami kekurangan infrastruktur rel yang menghambat akses pasar, logistik komoditas, dan pemerataan pembangunan. Lembaga internasional dan studi pembangunan telah menunjukkan bahwa keterbatasan infrastruktur lebih parah di luar Jawa, sehingga investasi di sana sering memberi dampak marginal sosial-ekonomi yang lebih besar.

Investasi besar seperti Whoosh tidak otomatis salah ada argumen modernisasi, transfer teknologi, dan efek demo. Namun negara berdaulat harus berfikir apakah membiayai proyek berisiko tinggi di koridor yang relatif sudah terlayani adalah pilihan terbaik ketika jutaan warga di luar Jawa masih kekurangan infrastruktur dasar yang memblokir akses ekonomi mereka? Dari perspektif pemerataan, inklusivitas, dan pengembalian sosial-ekonomi per rupiah, memprioritaskan jaringan rel di luar Jawa layak dipertimbangkan serius bukan sekadar retorika, tetapi melalui analisis biaya-manfaat independen, keterbukaan data, dan rencana pembiayaan yang bertanggung jawab

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image