Refleksi Angkatan Pertama terhadap Implementasi Kurikulum Merdeka
Edukasi | 2025-11-13 23:46:55Kurikulum Merdeka merupakan kurikulum terbaru yang diterapkan sejak tahun 2022 dengan fokus pada materi esensial, pengembangan kompetensi siswa , dan pengembangan karakter. Dalam kurikulum Merdeka, siswa kelas sepuluh atau 1 SMA tidak mendapatkan penjurusan IPA dan IPS sebagaimana yang diterapkan pada Kurikulum 2013. Namun, seluruh siswa di tingkat awal ini mempelajari mata pelajaran wajib yang sama, seperti Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, IPA (termasuk Kimia, Fisika, Biologi), IPS (terdiri atas Sejarah Indonesia, Ekonomi, Sosiologi, Geografi, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN), Pendidikan Agama dan Budi Pekerti (PABP), Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (PJOK), dan Bahasa Daerah pada sebagian daerah. Sedangkan, peminatan dilakukan di kelas sebelas atau 2 SMA. Peminatan mata pelajaran disesuaikan dengan kondisi sekolah seperti ketersediaan guru mata pelajaran sehingga setiap sekolah memiliki paket mata pelajaran yang berbeda. Kelas peminatan dalam Kurikulum Merdeka tidak dibagi menjadi IPA dan IPS, melainkan mata pelajaran yang disesuaikan dengan minat dan bakat serta pilihan bidang studi peserta didik ke depannya.
Selain itu, yang membedakan antara Kurikulum Merdeka dengan kurikulum sebelumnya adalah Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). P5 merupakan kegiatan berbasis proyek yang pelaksanaannya di luar mata pelajaran wajib sehingga memiliki alokasi waktu tersendiri. P5 memiliki tujuh tema utama untuk jenjang SD, SMP, dan SMA, yang meliputi Kearifan Lokal, Bhinneka Tunggal Ika, Kewirausahaan, Rekayasa dan Teknologi, Suara Demokrasi, Gaya Hidup Berkelanjutan, serta Bangunlah Jiwa dan Raganya. Sedangkan, untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) terdapat delapan tema dengan tujuh tema utama seperti jenjang SD, SMP, SMA, dan satu tema tambahan yaitu Kebekerjaan. Dalam pelaksanaannya, sekolah dapat memilih tema-tema tersebut untuk semester atau tahun ajaran tertentu, yang kemudian disesuaikan dengan topik spesifik yang relevan dengan situasi sekolah dan lingkungan sekitar.
Sebagai siswa lulusan Kurikulum Merdeka, saya memiliki berbagai pengalaman dari pelaksanaan Kurikulum Merdeka di sekolah. Kurikulum Merdeka mulai diterapkan pada tahun ketika saya memasuki jenjang SMA sehingga saya menjadi bagian dari angkatan pertama yang menggunakan Kurikulum Merdeka. Di tahun pertama, seluruh siswa mendapatkan mata pelajaran umum yang telah ditentukan oleh Kementrian Pendidikan. Di sekolah saya, kegiatan P5 (Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila) mulai dilaksanakan di bulan Agustus dengan tema Kearifan Lokal yaitu tari daerah. Kegiatan P5 berlangsung selama sepuluh hari sehingga siswa hanya berfokus pada kegiatan P5. Pada pertemuan pertama dan kedua, siswa diberikan materi terkait kegiatan P5 yang akan dilakukan. Setelah mendapatkan materi, siswa akan berdiskusi dan melakukan presentasi secara berkelompok terkait rencana kegiatan selama P5. Selanjutnya, siswa melakukan latihan secara berkelompok dan didampingi oleh guru mulai dari pertemuan ketiga hingga kedelapan. Penilaian dilakukan pada pertemuan kesembilan sehingga siswa akan menampilkan apa yang sudah dipelajari selama delapan hari tersebut di depan para guru dan siswa. Selanjutnya, siswa akan melakukan refleksi yang berupa laporan kegiatan di pertemuan kesepuluh. Setelah kegiatan P5 selesai, siswa akan kembali melakukan pembelajaran mata pelajaran umum. Di tahun pertama, kegiatan P5 dilaksanakan empat kali dengan tema yang berbeda. Keempat tema tersebut meliputi Kearifan Lokal (tari daerah) yang dilaksanakan di bulan Agustus, Bhinneka Tunggal Ika (sosiodrama) di bulan November, Kewirausahaan (bazar makanan) di bulan Februari, serta Rekayasa dan Teknologi (game dan kecerdasan buatan) di bulan April.
Di tahun kedua atau kelas XI, siswa mulai dikelompokkan sesuai minat dan bakat sehingga siswa berada di kelas yang berbeda dari kelas X. Terdapat enam pilihan paket kelas, yaitu paket A (Ekonomi, Kimia, Biologi, Bahasa Inggris Lanjut) yang dibagi menjadi dua kelas; paket B (Kimia, Biologi, Fisika, Matematika Lanjut) yang dibagi menjadi dua kelas; paket C (Kimia, Biologi, Bahasa Inggris Lanjut, Informatika) yang hanya terdiri atas satu kelas; paket D (Biologi, Matematika Lanjut, Informatika, Geografi) yang dibagi menjadi dua kelas; paket E (Kimia, Fisika, Matematika Lanjut, Informatika) yang dibagi menjadi dua kelas; dan paket F (Matematika Lanjut, Ekonomi, Geografi, Sosiologi) yang hanya terdiri atas satu kelas. Siswa dikelompokkan berdasarkan paket kelas yang telah dipilih dengan pertimbangan nilai rapor dan hasil asesmen yang dilakukan di akhir kelas X. Selain itu, pelaksanaan P5 juga cukup berbeda dari kelas X. Kegiatan P5 dilaksanakan mulai jam pelajaran ke-6 hingga ke-10 selama delapan sampai sepuluh hari dengan mekanisme kegiatan yang sama dengan kelas X. Kegiatan P5 dilaksanakan dua kali dengan tema Demokrasi (pemilihan Duta Pancasila) di bulan September dan Gaya Hidup Berkelanjutan (menyusun piring gizi) di bulan Februari.
Pelaksanaan pembelajaran di kelas XII tidak jauh berbeda dengan kelas XI. Pada kelas XII, kegiatan P5 hanya dilaksanakan sekali, yaitu pada Bulan Agustus dengan tema Bangunlah Jiwa dan Raganya (senam kreasi). Pelaksanaan kegiatan P5 sama seperti di kelas XI, yaitu dimulai dari jam pelajaran ke-6 hingga ke-10. Selain itu, siswa kelas XII juga mengikuti rangkaian ujian sebagaimana pada kurikulum sebelumnya, yaitu Ujian Praktik (UPrak) dan Penilaian Sumatif Akhir Jenjang (PSAJ). Pada saat itu, Tes Kemampuan Akademik (TKA) belum diberlakukan sehingga bentuk evaluasi siswa hanya berfokus pada ujian praktik, penilaian akhir jenjang, dan kegiatan berbasis proyek yang telah dilakukan. Dalam menentukan ranking eligible, sekolah diberikan kewenangan untuk menetapkan secara mandiri, baik itu secara keseluruhan maupun secara terpisah sesuai paket kelas. Di sekolah saya, penentuan ranking eligible dilakukan secara keseluruhan sehingga mencakup siswa dari berbagai paket kelas.
Kurikulum Merdeka memiliki kelebihan dan kekurangan dalam penerapannya. Kelebihannya terletak pada fleksibilitas pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan potensi, minat, dan bakatnya. Dalam praktiknya, guru bukanlah sekadar pengajar, melainkan juga sebagai fasilitator yang membantu siswa menggali potensi, minat, dan bakat. Kurikulum Merdeka menyajikan materi yang terfokus dan lebih sederhana sehingga peserta didik dapat memahami materi secara lebih mendalam dan relevan. Kurikulum Merdeka juga menekankan pada kegiatan berbasis proyek yaitu kegiatan P5 yang mendorong siswa untuk berpikir kritis, kreatif, dan berkolaborasi.
Di sisi lain, Kurikulum Merdeka memiliki kekurangan dalam praktiknya, salah satunya adalah pembagian materi pembelajaran antarjenjang kelas yang kurang merata. Sebagai contoh, ketika saya duduk di kelas X , materi mata pelajaran Fisika hanya terdiri atas empat sampai lima bab dan merupakan materi ringan yang berupa teori. Kemudian, di kelas XII, materi mata pelajaran Fisika menjadi lebih kompleks dan sebagian besar berupa materi perhitungan. Transisi dari materi kelas X yang cenderung ringan menuju materi yang lebih kompleks membuat siswa merasa kewalahan karena perbedaannya cukup kontras. Selain itu, perbedaan jenis pilihan mata pelajaran setiap sekolah juga dapat menimbulkan kesenjangan penilaian dalam Seleksi Nasional Berbasis Prestasi (SNBP). Perbedaan fasilitas, tenaga pengajar, dan kebijakan kurikulum dapat memengaruhi peluang siswa dalam Seleksi Nasional Berbasis Prestasi (SNBP) karena ketidaksetaraan kondisi belajar dan standar penilaian.
Oleh karena itu, penting bagi pemerintah dan pihak sekolah untuk menyempurnakan implementasi Kurikulum Merdeka agar penerapannya lebih konsisten dan adil di seluruh jenjang pendidikan. Penyesuaian materi yang lebih proporsional, peningkatan kompetensi guru, pemerataan fasilitas pendidikan, dan kebijakan penilaian yang lebih merata akan membantu menciptakan sistem pendidikan yang lebih maksimal. Dengan begitu, diharapkan Kurikulum Merdeka dapat mencapai tujuan utamanya, yaitu membentuk generasi yang berkarakter, kritis, dan dapat menghadapi tantangan zaman.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
