Ledakan Semangat Juang Rakyat di Parade Surabaya Juang
Sejarah | 2025-11-13 14:28:20Selepas berabad-abad berada dalam belenggu penjajahan, Indonesia akhirnya memperoleh kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945 melalui proklamasi yang dibacakan oleh Bung Karno. Namun, kemerdekaan tersebut bukan berarti kebebasan sepenuhnya, sebab Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan pascakemerdekaan. Upaya mempertahankan kemerdekaan Indonesia tidak luput dari pergolakan yang terjadi di berbagai daerah dalam usaha memukul mundur kembali penjajah. Setiap daerah memiliki peranannya dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia melalui berbagai bentuk perlawanan yang dipimpin oleh rakyat.
Surabaya, sebagai kota dengan pusat militer dan pelabuhan terbesar di Hindia-Belanda bagian timur, turut menyumbangkan aksinya dalam peristiwa Pertempuran Surabaya atau yang kini dikenal sebagai Hari Pahlawan. Pertempuran tersebut bermula ketika pasukan Inggris mendarat di wilayah Surabaya dengan tujuan memulangkan tentara Jepang ke negara asal dan membebaskan tawanan perang sekutu. Namun dalam kedatangannya, tentara Inggris membonceng NICA (Netherlands Indies Civil Administration) yang memiliki niat terselubung untuk mengembalikan kekuasaannya di Hindia-Belanda. Belanda yang tidak mengakui kedaulatan Indonesia berhasil memicu kemarahan rakyat Surabaya.
Dari peristiwa tersebut lahirlah julukan Surabaya sebagai Kota Pahlawan. Peristiwa bersejarah tersebut terus dikenang hingga saat ini. Setiap tahunnya, Pemerintah Kota Surabaya menyelenggarakan berbagai rangkaian kegiatan peringatan menyambut Hari Pahlawan, salah satunya Parade Surabaya Juang.
Parade Surabaya Juang tahun ini digelar pada 2 November 2025, melalui tiga rute dengan Tugu Pahlawan sebagai titik pertamanya, perempatan Siola sebagai rute kedua, dan Balai Pemuda sebagai tujuan terakhirnya. Kegiatan ini disambut ramai oleh warga Surabaya dan melibatkan ribuan peserta dari berbagai kalangan.
Dalam pelaksanaannya, parade ini menghadirkan tamu kehormatan seperti para veteran pejuang, pemerintah kota, dan sejumlah influencer turut memeriahkan rangkaian acara. Dengan konsep yang tertata, parade ini dibuka dengan penampilan puisi yang dilantunkan oleh para pelajar. Parade ini juga menampilkan teatrikal perjuangan yang salah satunya mengusung tema “Sugiarto: Sepatu Sepak Bola yang Berubah Menjadi Senapan” di tujuan akhir, Balai Pemuda.
Teatrikal ini menceritakan perjalanan Sugiarto, seorang pemain bola Surabaya yang menjadi pejuang kemerdekaan tanpa tameng hingga gugur di medan pertempuran Surabaya. Sugiarto dengan gigih menyalurkan keberaniannya melalui sepatu sepak bola miliknya yang diganti dengan senapan. Adapun penampilan lain mengusung nama seorang pahlawan perempuan, Mbok Dar Mortir yang turut menyalurkan perjuangannya melalui bungkus-bungkus makanan untuk para pejuang perang. Teatrikal ini mengajarkan bahwa keberanian bukan soal senjata, melainkan keyakinan hati yang berani berdiri melawan di tengah kekejaman. Setelah teatrikal, acara dilanjutkan dengan pertunjukan lain seperti drumband dan flashmob, juga sedikit cuplikan peristiwa perobekan bendera Belanda di Hotel Yamato. Penampilan-penampilan tersebut melibatkan berbagai kalangan, antara lain Pelajar, Polri, TNI, Satpol PP, Komunitas Pencinta Sejarah, Komunitas Sepeda Kuno, Komunitas Tari, Karang Taruna, Tim Drumband, Tim Paskibraka, Tim Museum, Pemadam kebakaran, serta Cak dan Ning Surabaya.
Untuk mendukung penampilan tersebut, sejumlah mobil kuno turut dikerahkan. Berbagai properti pendukung seperti pakaian kuno, atribut sederhana, pakaian berlumuran darah, senjata, tank, jeep, asap, suara ledakan, dentuman takbir, serta teriakan berhasil membawa warga Surabaya ikut tenggelam dalam rona sejarah. Penampilan tersebut berhasil menghadirkan situasi genting dan porak-poranda seolah-olah berada di medan perang.
Ledakan senapan tersebut berhasil membawa warga Surabaya hanyut dalam semangat juang menjaga persatuan Indonesia. Peringatan Hari Pahlawan mengajak kita untuk merenungi kembali makna perjuangan. Melalui pelaksanaan peringatan tersebut, sebagai rakyat Indonesia kita harus merangkul erat persatuan, meneladani, sekaligus melanjutkan perjuangan para pahlawan.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
