Cahaya dari Tarim yang Terpancar Lewat Lembutnya Hati Para Wanita
Agama | 2025-11-11 19:39:19
Di balik padang tandus Yaman, terdapat sebuah kota kecil yang begitu meneduhkan hati, Tarim. Kota ini berdiri di lembah Hadhramaut, jauh dari hiruk-pikuk dunia modern. Bagi banyak orang, nama Tarim mungkin belum begitu dikenal, namun bagi sebagian umat Islam, Tarim adalah tempat istimewa. Ia dikenal sebagai kota seribu wali, tempat di mana ilmu dan adab tumbuh beriringan dalam kehidupan yang sederhana.
Namun, di balik nama besar para ulama yang lahir dari Tarim, ada sosok-sosok perempuan salehah yang turut menjaga cahaya itu tetap hidup. Mereka tidak tampil di mimbar, tidak pula dikenal dunia, tapi ketulusan dan kelembutan hati mereka meninggalkan jejak yang dalam. Wanita-wanita Tarim adalah gambaran dari keseimbangan antara iman, kesederhanaan, dan kekuatan batin.
1. Kesederhanaan yang Menenangkan
Bagi wanita Tarim, kesederhanaan adalah cara hidup yang penuh syukur. Mereka berpakaian rapi dan menutup aurat dengan indah, bertutur lembut, dan berperilaku penuh adab. Dalam pandangan mereka, kemewahan bukan ukuran kebahagiaan, sebab hati yang tenang lahir dari rasa cukup dan kerendahan hati.
2. Ilmu dan Iman yang Saling Menguatkan
Sejak usia muda, wanita Tarim telah dibimbing untuk mencintai ilmu. Mereka rutin menghadiri majelis, menghafal Al-Qur’an, dan mendengarkan nasihat para guru. Ilmu yang mereka pelajari tidak berhenti di kepala, melainkan berbuah dalam tindakan dan akhlak. Ilmu yang sejati adalah yang menuntun pada ketenangan dan mendekatkan diri kepada Allah.
3. Keteguhan Hati dalam Menghadapi Ujian
Kehidupan mereka tidak selalu mudah, namun wanita Tarim dikenal karena kesabaran dan keteguhannya. Ketika diuji, mereka lebih memilih diam dan berdoa, yakin bahwa setiap kesulitan adalah cara Allah mendekatkan hamba kepada-Nya. Dari sikap itulah lahir kekuatan sejati yang tidak perlu ditunjukkan dengan kata-kata.
4. Teladan bagi Perempuan Masa Kini
Dalam dunia yang serba cepat dan penuh tuntutan, wanita Tarim mengingatkan bahwa menjadi kuat tidak berarti kehilangan kelembutan. Mereka hidup sederhana tapi berprinsip, tenang tapi tegas, lembut tapi penuh keyakinan. Nilai-nilai itu menjadi pengingat bagi perempuan masa kini bahwa modernitas tidak seharusnya menjauhkan diri dari keindahan iman.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
