Sehat atau Sekadar Estetik? Fakta di Balik Tren What I Eat in a Day
Info Sehat | 2025-11-11 12:15:29
Apa itu ‘What I Eat in a Day’?
Akhir-akhir ini, media sosial dipenuhi dengan berbagai tren menarik, salah satunya adalah tren 'What I Eat in a Day'. Tren ini banyak diikuti oleh para influencer yang menunjukkan kebiasaan makan mereka dalam sehari dalam tampilan yang estetik, sehingga terlihat seperti gaya hidup sehat yang mudah untuk diikuti. Meski tampak sehat, tren ini secara tidak langsung membentuk cara pandang masyarakat terhadap konsep makan sehat. Sering kali, kesehatan dianggap sebagai sesuatu yang dapat dicapai hanya dengan meniru apa yang dilakukan oleh orang lain. Melalui tampilan makanan yang disajikan, audiens dapat terpengaruh untuk mengikuti pola makan tertentu tanpa adanya pengetahuan gizi yang memadai. Jika dilakukan dalam jangka panjang, hal ini dapat menimbulkan dampak buruk bagi tubuh dan memicu perilaku makan yang tidak seimbang.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tren makan seperti What I Eat in a Day dapat memberikan dampak terhadap persepsi seseorang, terutama terkait dengan pola makan sehat. Konten yang ditampilkan tidak selalu memperlihatkan kebiasaan makan sehari-hari, bahkan tak sedikit pula influencer yang membuat What I Eat in a Day versi diet. Sayangnya, tidak semua diet yang ditampilkan itu baik dan sesuai dengan gizi seimbang. Jika audiens yang melihat tidak menyaring dan menerima informasi secara mentah, tentu dapat menimbulkan berbagai dampak negatif, terutama pada kondisi tubuh serta pola makan mereka. Oleh karena itu, penting untuk memiliki literasi digital yang baik, supaya kita dapat memilah informasi dengan bijak, tidak hanya sekadar mengikuti tren yang ada.
Bagaimana Dampak yang Ditimbulkan?
Setiap individu memiliki kebutuhan zat gizi yang berbeda-beda tergantung pada jenis kelamin, usia, hingga aktivitas fisik yang dilakukan. Seringkali, individu meniru pola makan dari influencer dalam konten What I Eat in a Day yang sedang menjalani diet tertentu. Padahal, pola makan yang mereka tampilkan belum tentu sesuai dengan kebutuhan gizi seimbang. Ketika seseorang meniru pola makan tanpa mempertimbangkan kebutuhan gizi pribadinya, akan terjadi risiko ketidakseimbangan gizi, seperti protein, zat besi, dan sebagainya. Zat gizi seperti protein berperan penting dalam pembentukan jaringan tubuh dan hormon, sementara zat besi berfungsi untuk menjaga kadar hemoglobin dan mencegah anemia. Dalam jangka panjang, kondisi ini dapat berdampak buruk bagi metabolisme tubuh hingga dapat menganggu siklus menstruasi pada perempuan.
Fenomena ini menunjukkan bahwa media sosial juga berperan dalam membentuk standar tertentu di masyarakat. Melalui konten-konten seperti ini, audiens dapat memiliki gambaran “tubuh ideal” yang tidak realistis. Hal ini dapat memengaruhi pandangan individu terhadap dirinya sendiri, yang juga dapat menurunkan tingkat kepercayaan dirinya. Penelitian juga menunjukkan bahwa konten dengan tema diet dan body goals di media sosial berhubungan dengan meningkatnya perilaku makan tidak sehat, serta rasa bersalah setelah makan. Seiring berjalannya waktu, hal ini dapat mengubah makna “sehat” menjadi “kurus”, sehingga orang akan mulai menormalisasi diet ekstrem yang berisiko menimbulkan berbagai gangguan, seperti anoreksia yang dapat berdampak pada kesehatan fisik dan mental.
Tren What I Eat in a Day tidak hanya berpengaruh pada pola pikir seseorang terkait tubuhnya, tetapi juga pada bagaimana seseorang memperlakukan dirinya. Pola makan yang sembarangan dapat menyebabkan defisit energi dan ketidakseimbangan zat gizi, seperti rendahnya asupan protein, zat besi, hingga vitamin. Hal ini tentu dapat mengganggu daya tahan, metabolisme dan menimbulkan berbagai gangguan hormonal. Selain itu, akan terjadi peningkatan kecenderungan perilaku makan restriktif dan cemas berlebihan terhadap makanan tertentu. Dampaknya tidak hanya pada kondisi fisik, tetapi juga pada kesehatan mental. Hal ini juga menyebabkan seseorang menjadi lebih mudah stres dan kehilangan hubungan sehat dengan makanan. Jika ini terus berlanjut, tubuh akan kehilangan energi untuk mempertahankan fungsi dasar seperti imun dan reproduksi.
Pentingnya Bersikap Bijak
Tren yang awalnya kita anggap sederhana ternyata dapat berpengaruh besar pada bagaimana cara kita memandang tubuh dan kesehatan. Fenomena ini menunjukkan bahwa literasi digital dan kesadaran akan pentingnya gizi seimbang perlu terus ditingkatkan. Dengan memahami perbedaan kebutuhan tubuh setiap individu, kita dapat lebih bijak dalam menentukan pola makan yang diperlukan oleh tubuh kita. Kita perlu membangun hubungan yang sehat dengan makanan, yaitu dengan mendengarkan sinyal tubuh dan menyesuaikan asupan gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Dengan begitu, “sehat” tidak lagi dimaknai hanya sekadar “kurus”, tetapi juga kondisi di mana tubuh serta pikiran berada dalam kondisi seimbang dan saling mendukung untuk berfungsi dengan baik.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
