Peran Teach Back untuk Meningkatkan Kualitas Hidup Pasien
Edukasi | 2025-11-10 15:06:21
Komunikasi efektif merupakan landasan utama apoteker dengan pasien karena keberhasilan terapi obat dipengaruhi oleh komunikasi efektif tersebut. Apoteker tidak hanya berfungsi sebagai penyedia obat, tetapi juga sebagai sumber informasi terpercaya di bidang kesehatan. Tantangan yang dihadapi oleh apoteker saat menghadapi pasien adalah kendala bahasa, hambatan kognitif, ketidakpahaman istilah medis, dan rasa malu untuk bertanya. Oleh karena itu, apoteker harus menguasai keterampilan komunikasi khusus untuk mengatasi hambatan ini dan memastikan informasi yang diterima pasien dapat dipahami. Empati dan kesabaran menjadi modal awal penting dalam menghadapi situasi ini.
Langkah pertama yang dilakukan oleh seorang apotek adalah menciptakan lingkungan yang nyaman dan tidak menghakimi. Dalam berkomunikasi, apoteker harus menggunakan nada suara yang tenang dan santai, serta mempertahankan kontak mata yang sesuai. Selama penyampaian informasi berlangsung apoteker tidak diperkenankan untuk menggunakan istilah medis yang membingungkan pasien. sebagai contoh dalam kalimat intruksi seperti konsumsi obat lambung terdapat penulisan 2x1 yang berarti dalam 12 jam mengonsumsi 1 kapsul dan diminum dalam keadaan perut kosong. namun, hal tersebut tidaklah efektif karena dapat membuat pasien merasa bingung, sehingga dalam penyampaian cara mengonsumsi obat 2x1 yang benar adalah menggunakan contoh dalam kehidupan sehari-hari pasien seperti bertanya terlebih dahulu waktu pasien bangun tidur misal di jam 4 pagi maka apoteker dapat menyampaikan dalam bentuk kalimat "jam 4 pagi setelah ibu/bapak bangun tidur langsung diminum obatnya sebelum makan. Nanti jam 4 sore berikutnya dapat diminum kembali sebelum makan."
Selain kalimat yang disederhanakan, komunikasi paling efektif yang dilakukan adalah metode "teach-back" atau bertanya kembali kepada pasien untuk menjelaskan ulang informasi yang telah disampaikan oleh apoteker. Apoteker tidak boleh berasumsi bahwa pasien telah paham hanya karena pasien mengangguk. Untuk memperjelas, apoteker dapat meminta pasien mengulangi kembali instruksi yang telah disampaikan, misalnya "ibu/bapak sudah paham? bisa dijelaskan kembali apa yang sudah disampaikan kita?". Teknik ini ini secara efektik untuk apoteker mengidentifikasi kesalahpahaman yang mungkin terlewatkan pada upaya penjelasan pertama.
Untuk pasien yang memiliki kesulitan dalam mengingat dan memahami informasi verbal, alat bantu visual dan tertulis memiliki peran yang sangat penting. Apoteker dapat menggunakan label obat yang dicetak besar, jadwal konsumsi yang diberi warna. pemberian informasi tertulis juga dapat disajikan dalam format tanya jawab sederhana bagi pasien yang malu bertanya lebih lanjut di apotek.
Dengan mengintergrasikan sikap empati, menggunakan metode efektif Teach-back, dan pemanfaatan visual sebagai alat bantu komunikasi, praktis konsultasi obat dapat dilakukan dengan lancar. Tanggung jawab profesional apoteker adalah memastikan pasien paham terhadap instruksi yang disampaikan dan terlepas dari segala hambatannya. komunikasi yang efektif bukan hanya sebuah pilihan namun, bagian dari keselamatan pasien yang secara langsung berdampak pada kebutuhan pengobatan, meminimalkan kesalahan dosis obat, dan pada akhirnya memperbaiki kualitas hidup pasien secara keseluruhan.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
