Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ahmad Abyan

Kenapa Baca Buku Masih Penting Di Dunia yang Serba Visual?

Gaya Hidup | 2025-11-09 13:54:15
Membaca Buku (Sumber Dok. Pribadi)

 

Pernah terpikir, kenapa membaca buku sering dianggap penting, padahal kelihatannya hanya menatap huruf-huruf di halaman? Bandingkan dengan menonton film yang langsung menyajikan gambar, suara, dan efek visual. Jelas terlihat mana yang lebih mudah dinikmati. Tapi justru di situlah perbedaannya.


Ada satu penelitian menarik yang melibatkan lebih dari 200 orang dewasa untuk menonton film dan membaca teks. Setelah itu, mereka diminta berimajinasi, misalnya membandingkan mana yang lebih berkilau antara trompet dan seruling. Hasilnya cukup mengejutkan: mereka yang membaca mampu berimajinasi lebih detail dan akurat dibanding yang menonton.Artinya, saat membaca, otak sedang berolahraga. Ia bekerja keras menyusun dunia baru dari imajinasi. Sementara ketika menonton, otak cenderung lebih pasif, karena semua visual sudah tersedia.


Namun, imajinasi bukan sekadar hiburan bagi yang gemar membaca. Imajinasi penting untuk cara kita berpikir dan mengambil keputusan.Dalam psikologi, ada istilah counterfactual thinking, cara berpikir “bagaimana jika ”. Misalnya, “Bagaimana jika dulu saya mengambil jurusan yang berbeda?” atau “Bagaimana jika saya jujur waktu itu?”. Kedengarannya seperti overthinking, tapi sebenarnya itu bagian dari proses belajar.Cara berpikir semacam ini membantu kita mengevaluasi keputusan masa lalu, memahami pilihan, bahkan menumbuhkan rasa syukur. Kadang efeknya langsung terasa, seperti pelajaran praktis untuk keputusan berikutnya. Kadang juga lebih dalam: membuat kita merenung, menjadi lebih bijak, dan lebih mengenal diri sendiri.Di sinilah imajinasi punya peran penting. Karena semakin sering berimajinasi, seperti saat tenggelam dalam buku, semakin terlatih pula kita berpikir “bagaimana jika” dengan cara yang sehat dan kreatif.


Jadi, membaca bukan hanya soal menambah wawasan atau menikmati cerita. Lebih dari itu, membaca adalah semacam gym untuk otak dan hati. Otak dilatih untuk membangun gambaran, hati belajar memahami perasaan. Kita diajak masuk ke dunia yang berbeda, merasakan hal-hal yang mungkin belum pernah dialami, dan dari sana belajar memahami kehidupan.Mungkin itu sebabnya, orang yang gemar membaca sering tampak lebih tenang, reflektif, dan bijak dalam menyikapi sesuatu. Bukan karena mereka tahu segalanya, tapi karena mereka sudah “hidup” di banyak dunia lewat kata-kata.Jadi, jika suatu hari melihat seseorang membaca di pojok kafe, jangan buru-buru menilai ia hanya ingin terlihat keren. Bisa jadi, ia sedang berlatih menjadi manusia yang lebih lengkap, pelan-pelan, lewat halaman demi halaman.

Menonton membuat kita bisa duduk santai, karena semuanya sudah disajikan di depan mata. Otak tinggal menerima. Sementara saat membaca, otak harus bekerja. Kita perlu membayangkan sendiri setiap adegannya, bagaimana ekspresi tokohnya, suasana tempatnya, bahkan langkah kaki di lorong yang sepi. Semua itu lahir dari kata-kata, dan kitalah yang menghidupkannya di dalam kepala.

Ahmad Abyan, Mahasiswa Destinasi Pariwisata Universitas Airlangga.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image