Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Callysta Fiorenza Putri.A

Peran Komunikasi Efektif Kader Posyandu dalam Promosi dan Pencegahan Masalah Kesehatan Masyarakat

Edukasi | 2025-11-07 17:29:24

Di tengah padatnya aktivitas masyarakat, ada satu kegiatan sederhana namun sangat berarti bagi tumbuh kembang anak dan kesejahteraan keluarga, yaitu kegiatan Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu). Kegiatan ini membuktikan bahwa pelayanan kesehatan bukan sekadar tindakan medis, tetapi juga tentang bagaimana tenaga kesehatan berkomunikasi, mendengarkan, dan membangun kepercayaan dengan masyarakat.

Sebagai mahasiswa Kesehatan Masyarakat, saya berkesempatan melakukan pengamatan langsung kegiatan posyandu. Dari situ saya belajar bahwa peran tenaga kesehatan masyarakat tidak hanya sebatas memberikan layanan, tetapi juga memastikan bahwa pesan kesehatan sampai dengan cara yang ramah, empatik, dan mudah dipahami oleh semua kalangan.

Kegiatan posyandu dimulai dengan penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan balita. Kader posyandu melayani setiap ibu dan anak dengan senyum dan kesabaran. Mereka tidak hanya menimbang, tetapi juga menjelaskan hasil dari penimbangan agar para ibu memahami kondisi tumbuh kembang anak mereka. Di sinilah terlihat praktik komunikasi efektif, di mana informasi disampaikan dengan jelas, menggunakan bahasa yang sederhana, serta membangun suasana akrab.

Gambar 1. Kader posyandu sedang melakukan pengukuran tinggi badan dan penimbangan berat badan balita.

Selanjutnya, petugas puskesmas memberikan imunisasi kepada anak-anak. Saat menghadapi anak yang cemas, petugas menenangkan dengan kata-kata lembut, senyuman, dan perhatian penuh. Ini adalah contoh nyata dari komunikasi terapeutik, di mana tenaga kesehatan menciptakan rasa aman, menumbuhkan kepercayaan, dan mengurangi ketegangan baik pada anak maupun orang tua.

Gambar 2. Petugas puskesmas sedang memberikan imunisasi kepada balita.

Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan pemberian makanan tambahan bergizi seperti telur rebus dan roti. Sambil membagikan makanan, kader menjelaskan manfaat gizi seimbang serta cara menyajikan makanan bergizi di rumah. Pendekatan ini membuat edukasi terasa ringan dan menyenangkan.

Gambar 3. Kader posyandu memberikan konsumsi berupa makanan bergizi kepada balita.


Dari sudut pandang kesehatan masyarakat, kegiatan posyandu merupakan contoh nyata penerapan upaya promotif dan preventif. Profesi ini berfokus pada pencegahan penyakit dan peningkatan kualitas hidup masyarakat, bukan hanya pada pengobatan. Dalam konteks teori Public Health Management (PHM), hal ini sejalan dengan pendekatan community-based health promotion, di mana masyarakat menjadi pusat kegiatan kesehatan dan tenaga kesehatan berperan sebagai fasilitator serta penggerak perilaku hidup sehat (Sari, 2015).

Kegiatan posyandu merupakan penerapan nyata dari manajemen program kesehatan berbasis masyarakat. Tenaga kesehatan masyarakat berperan dalam proses perencanaan, pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi layanan posyandu agar intervensi yang dilakukan tepat sasaran. Hal ini mencakup analisis situasi gizi balita, identifikasi masalah kesehatan, hingga penyusunan strategi komunikasi kesehatan yang efektif untuk meningkatkan pemahaman dan partisipasi masyarakat (Sari, 2015). Dengan demikian, keberlanjutan posyandu tidak hanya bergantung pada pelayanan yang diberikan, tetapi juga pada kualitas manajemen dan koordinasi lintas sektor yang dijalankan.

Edukasi mengenai pemantauan tumbuh kembang, imunisasi, dan gizi seimbang merupakan strategi peningkatan pengetahuan ibu balita yang bertujuan mencegah terjadinya masalah kesehatan sejak dini. Kader posyandu sebagai perpanjangan tangan tenaga kesehatan berperan sebagai komunikator yang membangun jembatan pengetahuan antara petugas puskesmas dan masyarakat. Keterampilan komunikasi interpersonal yang dimiliki kader menjadi kunci dalam memengaruhi sikap dan perilaku kesehatan masyarakat, khususnya dalam pencegahan stunting dan peningkatan derajat kesehatan keluarga (Dewi, 2017).

Dalam pelaksanaannya, tenaga kesehatan masyarakat tidak sekadar mengatur jalannya kegiatan, tetapi juga menjadi penghubung antara tenaga medis dan warga. Mereka menerapkan komunikasi efektif dan terapeutik untuk membangun hubungan yang harmonis dengan masyarakat. Saat melakukan pemantauan gizi, penyuluhan kesehatan, atau pelatihan kader, tenaga kesehatan harus mampu menyampaikan pesan dengan jelas, empatik, dan menghargai setiap individu.

Selain itu, profesi ini juga mendorong pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan kader agar mampu menjalankan kegiatan posyandu secara mandiri dan berkelanjutan. Peran komunikator kader posyandu sangat penting dalam meningkatkan status gizi balita karena keberhasilan program tidak hanya bergantung pada fasilitas, tetapi juga pada kemampuan kader menyampaikan pesan kesehatan secara persuasif dan mudah dipahami. Dengan komunikasi yang terbuka dan suportif, masyarakat menjadi lebih percaya diri untuk terlibat aktif. (Dewi, 2017)

Dengan demikian, posyandu tidak hanya menjadi tempat pelayanan kesehatan dasar, tetapi juga wadah pembelajaran sosial yang menumbuhkan semangat gotong royong, kepedulian, dan kemandirian di lingkungan masyarakat.

Meski kegiatan posyandu berjalan dengan baik, masih ada beberapa tantangan seperti keterbatasan tenaga dan partisipasi masyarakat yang belum merata. Namun, melalui pendekatan komunikasi yang baik, empatik, terbuka, dan penuh penghargaan, petugas dan kader posyandu mampu mengatasi hambatan tersebut.

Bagi saya pribadi, pengalaman ini menjadi pelajaran berharga. Saya menyadari bahwa menjadi tenaga kesehatan masyarakat bukan hanya soal memberi informasi, tetapi juga mendengarkan dengan empati dan memahami kebutuhan masyarakat. Komunikasi yang baik bukan hanya menyampaikan pesan, tetapi juga menciptakan hubungan yang penuh kepercayaan dan dukungan.

Kegiatan posyandu menggambarkan bahwa pelayanan kesehatan bukan hanya tentang tindakan medis, tetapi juga tentang komunikasi, empati, dan kepedulian. Dengan menerapkan komunikasi efektif dan terapeutik sesuai bidang keilmuan masing-masing, setiap tenaga kesehatan baik dokter, perawat, ahli gizi, maupun tenaga kesehatan masyarakat — turut menciptakan suasana pelayanan yang ramah, edukatif, dan menyentuh hati.

Posyandu menjadi simbol nyata dari semangat kolaborasi antara petugas dan masyarakat, menuju Indonesia yang lebih sehat, mandiri, dan berdaya.

DAFTAR PUSTAKA
Sari, N. N. (2015). Bimbingan kader posyandu dengan kepatuhan kunjungan ibu balita di posyandu. Jurnal Ners LENTERA, 3(1), 1–9.
Dewi, D. S. (2017). Peran Komunikator Kader Posyandu Dalam Meningkatan Status Gizi Balita Di Posyandu Nurikelurahan Makroman Kecamatan Sambutan Kota Samarinda. Ejournal.Ilkom.Fisip-Unmul.Ac.Id, 5(1), 272–282.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image