Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image danicha rajwaa

Di Balik Jas Putih: Peran Dokter Menyembuhkan Lebih dari Sekedar Obat

Hospitality | 2025-11-06 16:54:09
Sumber: Koleksi Pribadi Penulis

Salah satu profesi yang tidak pernah kehilangan relevansinya adalah profesi dokter. Dari masa ke masa, masyarakat selalu membutuhkan tenaga medis untuk memulihkan dan menjaga kesehatan. Sekalipun teknologi terus berkembang dan berbagai inovasi muncul dalam dunia kedokteran, kehadiran dokter tetap dibutuhkan karena proses penyembuhan bukan hanya soal ilmu medis, tetapi juga menyangkut kemanusiaan.

Dokter bukan hanya seseorang yang memegang stetoskop lalu menulis resep obat. Ia adalah orang yang berada di garis terdepan dalam menjaga kualitas kesehatan dan kehidupan masyarakat. Kehadiran, Empati, Perhatian, serta kemampuan mendengarkan keluhan pasien menjadi hal yang tidak dapat digantikan oleh mesin atau teknologi apa pun.

1.  Peran Dokter dalam Pelayanan Kesehatan

Dokter juga berperan sebagai peneliti, pendidik, dan penggerak di bidang kesehatan masyarakat. Dalam wawancara dengan salah satu dokter, Prof. Dr. Rosy Seitawati dr., Sp.Rad(K), beliau menjelaskan bahwa proses penyembuhan tidak hanya bergantung pada obat. Penyembuhan dimulai dari pemahaman menyeluruh terhadap pasien mulai dari pemeriksaan fisik hingga pengambilan keputusan pengobatan medis.

Namun, menurut beliau, ada satu hal penting yang sering kali menjadi penentu keberhasilan pengobatan, yaitu komunikasi. Banyak kendala muncul karena adanya miskomunikasi antara dokter dan pasien. Oleh karena itu, kemampuan berkomunikasi menjadi bagian penting dari kompetensi dokter.

2.  Empati dan Komunikasi dalam Praktiknya

Hubungan dokter dan pasien pada dasarnya harus dibangun di atas rasa saling percaya. Seorang dokter tidak cukup hanya memiliki pengetahuan medis, tetapi juga harus mampu memahami bagaimana perasaan pasien.

Dalam wawancara yang sama, dokter tersebut mengatakan bahwa langkah awal membangun komunikasi adalah memperkenalkan diri dan menjelaskan perannya kepada pasien. Pasien merasa dihargai dan tidak canggung untuk menceritakan keluhannya. Dari situ, terbentuk hubungan yang lebih terbuka dan jujur akan keadaan pasien, dan memahami kondisi pasien secara lebih lengkap.

Namun, menjaga empati tidak selalu mudah. Dalam satu hari, dokter bisa melayani banyak pasien dengan berbagai kasus dan tingkat emosi. Menurut dokter yang diwawancarai, tantangan terbesarnya adalah menjaga keseimbangan antara profesionalitas dan empati. Dokter harus tetap berempati, tetapi tidak boleh terlalu larut secara emosional.

3.  Profesi Dokter di Era Teknologi Digital

Perkembangan teknologi digital mengubah banyak aspek dalam dunia kedokteran. Bahkan kecerdasan buatan (AI) mulai digunakan dalam analisis data kesehatan dan penentuan pola penyakit. Namun, perubahan ini bukan berarti peran dokter menjadi berkurang.

Prof. Dr. Rosy Seitawati dr., Sp.Rad(K) menyatakan bahwa teknologi hanyalah sebagai alat bantu di bidang kedokteran. AI memang dapat mempercepat proses pengolahan data, tetapi tidak memiliki kemampuan untuk memahami emosi dan perasaan pasien. Dokter tetap menjadi pihak yang bertanggung jawab dalam mengambil keputusan akhir dan memastikan bahwa pengobatan sesuai dengan kondisi pasien. Dari situ pula, dokter perlu memiliki literasi digital yang baik.

4.  Peluang dan Tantangan di Masa Depan

Dokter akan terus dibutuhkan meskipun teknologi semakin berkembang pesat. Penyakit mungkin berubah dan semakin kompleks, tetapi peran dokter sebagai penyembuh dan pendamping pasien tidak akan tergantikan. Ke depannya, ilmu kedokteran juga akan terus berkembang, namun hal dasar seperti empati, tanggung jawab, dan komunikasi yang baik tetap menjadi fondasi utama.

Dokter yang sebelumnya diwawancarai meyakini bahwa profesi ini akan selalu relevan karena berkaitan langsung dengan manusia. Dokter tidak hanya berhadapan dengan pengobatan penyakit pasien, tetapi juga dengan perasaan takut, cemas, dan harapan pasien. Perasaan kemanusiaan inilah yang tidak bisa dilakukan oleh mesin atau sistem.

5.  Penutup

Profesi dokter menuntut harus memiliki kemampuan untuk memahami manusia, Seorang dokter perlu berpikir logis, bertindak profesional, dan memiliki empati dalam setiap keputusan yang diambil.

Perkembangan teknologi memang membawa banyak kemudahan, tetapi empati dan komunikasi tetap menjadi inti dari pelayanan medis. Pasien tidak hanya membutuhkan pengobatan, tetapi juga kepastian bahwa mereka dipahami dan tidak sendirian dalam menghadapi penyakitnya.

Daftar Referensi

Nuralim. (2018). Tugas dan tanggung jawab dokter menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dalam pemberian pelayanan kesehatan di Kecamatan Sibulue Kabupaten Bone. Jurnal Al-Dustur, 1(1). Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bone.

Arbani, R. A., Zahira, A. S., Satyafebrianti, K. C., Agustina, P. N., & Durry, F. D. (n.d.). Peran dokter dalam meningkatkan literasi kesehatan masyarakat melalui artificial intelligence. Prosiding Seminar Nasional COSMIC ke-3 Kedokteran. Fakultas Kedokteran, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur.

Ranakusuma, O. I. (n.d.). Hubungan dan komunikasi dokter dan pasien dalam layanan kesehatan. Prosiding Konferensi Nasional III Psikologi Kesehatan. Fakultas Psikologi, Universitas YARSI, Jakarta.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image