Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Andinie Novia Sipayung

Sarjana Kesehatan Masyarakat Hilang di Garda Terdepan

Medika | 2025-11-06 06:47:07

Kebutuhan akan SDM yang familiar dengan konsep kesehatan ini terasa begitu nyata di lini terdepan. “Aplikasi E-Rekam Medis, Mobile JKN dan aplikasi-aplikasi layanan kesehatan itu sangat membantu pekerjaan kami, tapi terus terang, terkadang saya harus berusaha lebih keras untuk menyesuaikan,” ungkap Mbak Shofie, Koordinator Loket di Puskesmas Sobo. Mbak Shofie mengakui bahwa latar belakang yang berasal dari jurusan Ekonomi—bukan Kesehatan—membuatnya sempat merasa kesulitan beradaptasi dengan sistem data dan alur kerja yang spesifik di dunia kesehatan. Kesaksian ini menegaskan bahwa untuk mengoptimalkan sistem digital seperti E-Rekam Medis dan Mobile JKN, diperlukan SKM yang menguasai administrasi kesehatan, sehingga mereka tidak hanya cakap mengoperasikan teknologi, tetapi juga memahami konteks epidemiologi, manajemen rekam medis, dan kebijakan kesehatan yang mendasarinya.
Lalu kemana perginya para lulusan Kesmas yang sangat membutuhkan ini? Permasalahan ini diperkirakan kuat dipicu oleh dua faktor utama: tantangan kualifikasi pemerintah dan daya tarik sektor lain. Secara regulasi, kebutuhan akan Tenaga Kesehatan Masyarakat di Puskesmas sebenarnya sudah diakui dan diatur, misalnya melalui Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2019 yang menyebutkan beragam tenaga Kesmas yang diperlukan, termasuk Epidemiolog, Tenaga Promosi Kesehatan, hingga Tenaga Administrasi Kesehatan. Namun, proses rekrutmen pemerintah, baik melalui jalur CPNS maupun PPPK, seringkali memiliki kuota yang terbatas, dan fokus rekrutmen mungkin masih lebih mengutamakan tenaga teknis yang berhubungan langsung dengan pasien, seperti perawat atau bidan. Di sisi lain, prospek karir lulusan Kesmas saat ini sangatlah luas dan menjanjikan di sektor swasta. Sarjana Kesehatan Masyarakat kini diburu oleh perusahaan K3, rumah sakit swasta, Lembaga Swadaya Masyarakat, hingga startup kesehatan, yang seringkali menawarkan lingkungan kerja yang lebih dinamis dan ketidakseimbangan finansial yang lebih menarik dibandingkan penempatan di Puskesmas yang mungkin diasosiasikan dengan birokrasi dan gaji awal yang kurang kompetitif.
Dengan demikian, kekosongan lulusan Kesmas di Puskesmas bukan sekadar masalah penempatan, melainkan kerugian besar bagi sistem kesehatan primer. Puskesmas, sebagai gerbang utama pencegahan, sangat membutuhkan peran strategis Kesmas untuk mengelola data kesehatan, menjamin efisiensi E-Rekam Medis dan Mobile JKN melalui Administrasi Kesehatan yang cakap, dan memimpin perubahan perilaku kesehatan di komunitas. Pemerintah perlu meninjau ulang kuota dan kualifikasi formasi Kesmas, terutama untuk peminatan krusial, dan memastikan gaji serta insentif yang kompetitif. Sementara itu, para Sarjana Kesehatan Masyarakat juga perlu menimbang kembali nilai pengabdian pada fasilitas kesehatan primer. Bekerja di Puskesmas adalah kesempatan untuk memegang kendali atas kesehatan masyarakat, tempat ilmu Kesmas dapat diterapkan secara utuh untuk mewujudkan Indonesia Sehat. Sudah saatnya kita mengembalikan Sarjana Kesehatan Masyarakat ke garda terdepan, tempat mereka seharusnya berada.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image