Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image khalyssa febrianty

Robot, Rasa dan Etika: Pandangan Ilmu Informasi dan Perpustakaan

Agama | 2025-11-05 13:40:31

Film Companion garapan Drew Hancock menghadirkan refleksi mendalam tentang hubungan antara manusia dan sebuah robot AI kecerdasan buatan, yang relevan untuk dunia Ilmu Informasi dan Perpustakaan. Film ini bukan sekadar kisah fiksi ilmiah, tetapi juga sebuah kritik sosial tentang batas etika dan kemanusian ditengah kemajuan teknologi. Film ini berfokus pada Iris, robot pendamping yang dirancang untuk membantu dan menemani manusia dalam aktivitas sehari-hari. Namun, seiring waktu Iris merasakan suatu perbedaan dalam dirinya dan dia mulai sadar mengenai emosi yang dimilikinya, apakah ingatan tersebut benar atau sebaliknya.

Ketika Josh, pemilik Iris berusaha untuk mengendalikannya kembali namun gagal, muncul konflik antara kendali, kebebasan dan moralitas. Di titik inilah film Companion membuat penonton merenungkan bagaimana batas etis sebenarnya antara teknologi dan manusia. Film Companion mengajak penonton untuk merenungkan hal yang penting: sampai Dimana manusi memiliki hak untuk mengendalikan teknologinya sendiri? Apakah manusia masih menjadi penguasa teknologi, atau justru teknologi lah yang perlahan menguasai manusia?

A. Kita yang Mengendalikan atau Dikendalikan?

Pada film Companion, perilaku Iris dikendalikan sepenuhnya oleh sistem yang dimiliki Josh. Ia memiliki akses penuh terhadap data, emosi, ingatan Iris, bahkan suasana hati. Metafora tentang bagaimana data dan algoritma kini mengatur kehidupan manusia sekarang. Media sosial, mesin pencari dan sistem digital yang menentukan apa yang akan kita lihat, baca bahkan sekedar terlintas dipikiran.Mahasiswa Ilmu Informasi dan Perpustakaan perlu memahami bahwa semua informasi tidak selalu bersifat netral. Data dapat dimanipulasi, disalahgunakan, bahkan dijadikan alat kekuasaan. Oleh karena itu, etika informasi menjadi sangat penting. Etika bukan hanya berbicara tentang benar atau salah tetapi juga tentang bagaimana menggunakan informasi secara bertanggung jawab dan berkeadilan.

B. Hubungan antara Manusia dan Teknologi

Film Companion menunjukkan hubungan antara manusia dan teknologi yang kompleks, penuh ketergantungan sekaligus kecemasan. Teknologi diciptakan untuk membantu manusia, namun manusia justru menjadi sangat bergantung padanya. Dalam konteks Ilmu Informasi dan Perpustakaan hubungan ini menjadi refleksi awal dalam memahami manusia ditengah arus digitalisasi. Dunia informasi saat ini bergerak begitu cepat seperti halnya mesin pencari, kecerdasan buatan, dan system data besar menjadi tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari.

Mahasiswa perlu menyadari bahwa teknologi bukan sekadar alat bantu tetapi juga kekuatan yang membentuk cara berpikir, berinteraksi, bahkan menilai kebenaran informasi. Film Companion mengajarkan bahwa kecanggihan tanpa empati bisa berujung pada kehilangan arah Moral seperti karakter Josh, yang gagal memahami batas antara kontrol dan kemanusiaan.Maka tantangan utama mahasiswa IIP bukan hanya menguasai keterampilan teknis tetapi juga menumbuhkan kesadaran etis dan kritis terhadap teknologi. Hubungan manusia dan mesin, seperti Robot AI harus dibangun atas dasar kolaborasi, tanggung jawab, dan kemanusiaan bukan malah ketakutan dan ketergantungan.

C. Mahasiswa IIP sebagai Generasi Beretika di Era Digital

Dengan adanya kesadaran tersebut mahasiswa Ilmu Informasi dapat menjadi generasi pengelola informasi yang tidak hanya cerdas secara digital tetapi juga cerdas berkarakter dan beretika. Dunia informasi saat ini membutuhkan sosok yang mampu menjadi keseimbangan antara inovasi dan moralitas, Excellent with Morality.Film Companion menjadi pengingat bahwa teknologi canggih tetaplah hasil karya manusia. Kecerdasan buatan hanya mampu meniru perilaku, bukan menggantikan Nurani. Tugas manusia khususnya mahasiswa Ilmu Informasi dan Perpustakaan adalah menjaga agar kemajuan digital tetap berpihak pada nilai kemanusiaan. Kalimat singkat film Companion yang membekas di benak saya adalah:”There have been two moments in my life when I was happiest. The first was the day i met Josh. And the second the day I killed him” Kalimat ini menggambarkan betapa kecewanya Iris terhadap Josh yang telah memanfaatkan dia bukan sebagai makhluk sadar melainkan sekadar alat untuk ambisi rencana buruk dan menjadikankan Iris sebagai tersangka utama. Sebuah pesan tajam bahwa Ketika manusia kehilangan empati, teknologi bisa menjadi cermin dari kegelapan moral penciptanya.


Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image