Ketika Gelar tak Menjamin Pekerjaan
Info Terkini | 2025-11-04 16:10:16
Pendidikan merupakan salah satu kunci utama dalam membuka jalan menuju kesuksesan, sehingga gelar sarjana sering dianggap sebagai tiket emas menuju masa depan cerah. Namun, kenyataan tidak selalu seindah itu. Saat ini semakin banyak lulusan perguruan tinggi yang menelan kenyataan pahit pengangguran. Kenyataan bahwa gelar memang tidak lagi menjadi jaminan mendapatkan pekerjaan. Fenomena ini menimbulkan pertanyaan besar, Apakah sistem pendidikan untuk mahasiswa di Indonesia sudah sesuai dengan standar dunia kerja yang sesungguhnya?
Salah satu faktor utama penyebab masalah ini adalah ketidaksesuaian antara apa yang diajarkan di kampus dan apa yang dibutuhkan di dunia kerja. Kurikulum pada kebanyakan universitas yang ada di Indonesia masih berfokus pada teori akademik, seperti filsafat atau matematika dasar tanpa diimbangi denga keterampilan praktis yang relevan dengan kebutuhan industri. Hal ini seringkali membuat mahasiswa kurang siap dalam menghadapi tantangan nyata, seperti penggunaan tegnologi digital, keterampilan interpersonal ataupun pemahaman tentang ekonomi global. Dunia pekerjaan yang menekankan akan kemampuan tersebut dan justru tidak relevan dengan latar belakang pendidikan ataupun ilmu yang didapatkan.
Selain itu, kemajuan tegnologi dan revolusi industri 4.0 juga menjadi tantangan berat untuk lulusan baru. Perkembangan kecerdasan buatan, digitalisasi dan otomatisasi telah membuat perubahan besar untuk banyak aspek dunia kerja. Tidak sedikit pekerjaan yang dulunya membutuhkan tenaga manusia saat ini telah tergantikan oleh mesin ataupun sistem otomatis. Hal ini pastinya memberikan dampak yang cukup besar terhadap tingkat pengangguran yang ada di Indonesia. Namun, dampak lain dari kemajuan tegnologi saat ini yaitu munculnya jenis pekerjaan baru yang menuntuk kemampuan tegnologi tinggi juga kreativitas. Sangat disayangkan sangat banyak lulusan yang tidak memiliki kemampuan memadai terhadap peluang pekerjaan yang dibutuhkan di era digitalisasi saat ini.
Faktor lain yang juga menjadi penyebab utama tingginya tingkat pengangguran lulusan perguruan tinggi di Indonesia yaitu perubahan pola pikir generasi muda. Menyandang gelar membuat banyak dari generasi muda yang terlalu pemilih dalam pekerjaan. Mereka berfokus mencari pekerjaan bergengsi dibandingkan memperluas pengalaman dan mengasah keterampilan. Akibatnya. mereka semakin sulit dalam bersaing ditengah pasar kerja yang semakin ketat. Di era digitalisasi saat ini kemampuan belajar mandiri, berpikir kritis, dan mudah beradaptasi lebih dibutuhkan daripada hanya mengandalkan ijazah saja.
Melihat kenyataan ini, sudah saatnya setiap individu memandang pekerjaan dan kesuksesan dengan cara yang lebih realistis. Dunia kerja saat ini bergerak dengan begitu cepat dan tidak lagi memberikan ruang bagi mereka yang hanya mengandalkan gelar pada ijazah tanpa kemampuan nyata. Mengasah kemampuan berpikir kritis, meningkatkan kreativitas, seta penguasaan tegnologi digital menjadi nilai untama dalam keberhasilan seseorang untuk saat ini. Banyak orang yang akhirnya berhasil bukan karena title akademik yang ada pada mereka, tetapi kemampuan membaca peluang dan beradaptasi terhadap perubahan. Kemauan untuk terus belajar menjadi hal yang penting. Tidak hanya berpacu kepada Kemahiran pada bidang studi yang ditempuh tetapi juga berbagai aspek lain, seperti kreativitas, tegnologi, dan komunikasi.
Selain itu penting bagi generasi muda untuk mengubah pola pikir itu sendiri. Pekerjaan tidak harus bergengsi, karena yang utama adalah kaya akan pengalaman. Pengalaman kerja yang bervariasi ini justru menjadi modal membangun kemampuan dan jaringan yang lebih luas lagi. Sikap rendah hati untuk mau belajar dari bawah dapat membawa kita menuju kesuksesan yang lebih besar.
Pada akhirnya, gelar hanyalah salah satu bagian kecil dari perjalanan seseorang dalam mencapai kesuksesan. Yang benar-benar dibutuhkan saat ini adalah ketekunan, keterampilan yang terus diasah, dan salah satu yang terpenting yaitu rendah hati. Dunia kerja akan terus berubah, tetapi mereka yang mau berkembang dan tidak mudah menyerah akan selalu menemukan jalan menuju kesuksesan.
(Penulis adalah mahasiswa Universitas Airlangga Fakultas Vokasi)
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
