Kembalinya Daya Tarik Karya Sastra terhadap Gen Z sebagai Dampak dari Film Rangga Cinta
Agama | 2025-11-02 16:44:28Film Rangga & Cinta sukses menarik perhatian publik sebagai rebirth film Ada Apa Dengan Cinta (AADC) yang dirilis oleh Miles Films pada tahun 2002. Tentu saja banyak sekali para penggemar film Ada Apa Dengan Cinta yang menyambut films Rangga & Cinta dengan antusias, karena adaptasi sebelumnya yang dirilis pada tahun 2002 mampu menarik banyak perhatian remaja kala itu. Film ini menceritakan kisah cinta anak SMA dengan latar tahun 2000-an dan karakter para pemainnya yang menyimpan memori indah untuk penonton. Singkatnya, Rangga yang diperankan oleh Nicholas Saputra digambarkan sebagai laki-laki yang dingin, sinis, misterius, dan juga puitis serta daya tarik yang kuat untuk Cinta. Cinta sendiri diperankan oleh Dian Sastrowardoyo yang mempunyai karakter ceria, pintar, kreatif, dan siswi yang terkenal di sekolahnya.
Bukti bahwa film AADC 1 sangat dikenal adalah tayangan yang berhasil memikat perhatian sebanyak 2,7 juta penonton. Hal itu membuktikan bahwa masa-masa remaja yang indah tersimpan dalam film ini. Hingga kini, AADC dianggap sebagai film yang sangat legendaris dan laris manis dalam genre romansa. Dengan kekuatan karakter yang berbeda dari film yang lain dan juga alurnya yang mudah diingat serta konflik yang memainkan perasaan penonton. Selain itu, dampak positif yang dihasilkan oleh film yang dirilis saat bangkitnya dunia perfilman Indonesia kala itu adalah meningkatnya minat karya sastra pada remaja milenial yang dipopulerkan oleh karakter Rangga.
Rangga mempunyai latar belakang sosok yang puitis dan suka membaca buku sastra. Terbukti saat adegan ia memenangkan lomba puisi di sekolah, membaca buku berjudul "Aku" karya Sjuman Djaya, mengajak Cinta ke salah satu toko buku lawas di kawasan Kwitang, serta membuat puisi untuk Cinta sebagai tanda perpisahan di akhir film. Hal ini membuat para remaja perempuan saat itu menginginkan pujaan hati yang puitis dan untuk para remaja laki-laki menjadikan mereka tertarik akan dunia sastra. Film ini sangat membekas bagi Milenial bahkan Gen Z banyak yang menonton film Ada Apa Dengan Cinta karena masih populer, entah direkomendasikan oleh orang terdekat mereka yang Milenial ataupun tayangan yang masih laris di dunia perfilman Indonesia.
Pada tanggal 28 Mei 2024, Miles Films memberitahukan film Rangga & Cinta sebagai rebirth Ada Apa Dengan Cinta 1 yang dirilis pada tahun 2002. Sambutan antusias para penggemar AADC sangat terlihat di media sosial bahkan Gen Z pun tidak sabar untuk menontonnya. Film ini juga masih memiliki sutradara yang sama dengan AADC yaitu Riri Riza. Pada unggahan melalui akun instagram @milesfilms mengumumkan bahwa film Rangga & Cinta akan tayang pada 2 Oktober 2025. Dengan tokoh Rangga yang diperankan oleh El Putra Sarira dan Cinta yang diperankan oleh Leya Princy. Yang semakin menarik perhatian publik yaitu semua aktor yang berperan adalah pendatang baru dengan wajah segar di dunia perfilman Indonesia dan hal inilah yang memikat minat masyarakat untuk tak sabar menontonnya.
Sejak penayangan di bioskop dari 2 Oktober 2025 hingga awal November 2025 sukses menyita perhatian publik dengan tanda jumlah penonton lebih dari 850.000 orang. Hal inilah yang menjadikan film Rangga & Cinta sebagai salah satu film terlaris pada tahun 2025. Film ini dianggap sebagai angin segar untuk dunia film Indonesia, sebab alur dan latar yang sama dengan AADC membuat 2 generasi melariskan film ini di bioskop. Tak hanya generasi Milenial yang menontonnya untuk mengenang masa remaja, bahkan generasi Z pun turut meramaikan kursi bioskop dan mengenangnya sebagai cerita baru dalam masa muda mereka khususnya bagi yang masih menjalani bangku putih abu. Film ini juga memilliki soundtrack yang sama dengan film sebelumnya namun kembali diadaptasi oleh pengisi suaranya yang merupakan para pemain dari Rangga & Cinta.
Dampak positif dari film Rangga & Cinta kembali menghadirkan suasana hati yang baru untuk para remaja Gen Z dalam minat mereka pada karya sastra. Latar dan alur film yang sama dengan film sebelumnya membuat mereka tertarik dengan tokoh utama yaitu karakter yang memiliki bakat pada dunia sastra. Rangga sebagai sosok yang puitis dan hobi membaca buku sastra serta Cinta yang jatuh hati pada puisi yang dikarang oleh pujaan hatinya. Tak hanya itu, Cinta juga digambarkan sebagai ketua klub mading (majalah dinding) dengan sahabatnya yaitu Alya, Milly, Maura, dan Karmen. Tentu saja sebagai ketua klub mading membentuk karakter kreatif pada diri cinta sehingga tidak heran ia jatuh hati kepada Rangga yang mempunyai dunia sendiri pada sastra.
Tentu saja ini menjadi tren kembali untuk remaja Gen Z yang tertarik pada karya sastra. Beberapa waktu belakangan ini, buku-buku sastra kembali muncul namanya di media sosial seolah benda berharga yang diincar oleh para remaja. Salah satunya adalah buku yang berjudul "Aku" oleh Sjuman Djaya. Buku ini menceritakan perjalanan hidup dari penyair terkenal yaitu Chairil Anwar dan juga menceritakan bagaimana terciptanya puisi-puisi yang dibuat olehnya. Karya sastra yang lain juga terdapat buku "Aku Ini Binatang Jalang" karya dari Chairil Anwar. Berkisah tentang jiwa yang memiliki semangat hidup dan tak takut akan penderitaan. Ada juga buku sastra lain namun tidak disebutkan dalam AADC 1 maupun Rangga & Cinta, yakni buku yang berjudul "Tidak Ada New York Hari Ini" oleh M Aan Mansyur. Buku ini berisi kumpulan puisi yang ditampilkan pada film AADC 2 namun berhasil memberi daya tarik kepada remaja yang mengulik dunia sastra setelah menonton film AADC dan juga Rangga & Cinta.
Tak hanya itu, toko buku lama pun diserbu oleh mereka yang mencari koleksi karya sastra lama. Koleksi karya sastra lama memang sudah sulit ditemukan di toko buku modern karena sudah menjadi benda yang diterbitkan sejak tempo dulu. Hal ini membuat kawasan toko buku lama yang berada di Kwitang kembali ramai. Kwitang adalah salah satu lokasi yang terdapat pada adegan film Rangga & Cinta saat mereka mencari buku sastra selepas pulang sekolah. Selain kawasan Kwitang, beberapa kota lain yang memiliki pasar buku lama juga ramai pembeli dengan tujuan mencari karya sastra yang biasa dibaca oleh karakter Rangga. Fenomena ini tentu menjadi dampak positif sebuah film untuk kembali membangun rasa jatuh hati pada dunia sastra, yang dimana Gen Z sudah sepantasnya melestarikan karya sastra lama agar tidak lekang oleh waktu dan bisa dijadikan sebagai sebagai ilmu yang turun-temurun kepada generasi selanjutnya agar mereka bisa mengetahui bagaimana indahnya dunia sastra dan tetap menjaga nilai-nilai luhur dengan menggunakan bahasa kesatuan yakni Bahasa Indonesia.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
