Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Izzul Islamy Buyung Agustian

Masjid Al-Falah Surabaya: Wajah Baru Dakwah Inklusif di Era Modern yang Menyentuh Generasi Muda

Agama | 2025-11-01 09:17:19
Mahasiswa Universitas Airlangga sedang melakukan observasi dan eksplorasi field study di Masjid Al-Falah Surabaya

Surabaya — Bagaimana seorang anak muda Muslim bisa tetap berpegang pada nilai-nilai keislaman di tengah derasnya arus modernitas dan dunia digital yang serba cepat? Di antara hiruk pikuk kehidupan kota, notifikasi tanpa henti, dan gaya hidup yang kian individualistis, di manakah ruang bagi spiritualitas yang hidup dan bermakna? Pertanyaan-pertanyaan itu seolah dijawab langsung oleh Masjid Al-Falah Surabaya, yang kini menjelma menjadi salah satu masjid paling progresif dan berpengaruh di Indonesia dalam membentuk wajah baru dakwah Islam.

Masjid ini bukan sekadar tempat ibadah, tetapi pusat aktivitas sosial, pendidikan, dan pembinaan generasi muda. Di bawah pengelolaan yang inklusif dan profesional, Al-Falah menunjukkan bahwa masjid dapat menjadi ruang interaksi sosial yang menyatukan nilai agama dengan tantangan zaman.

Kajian-kajian rutin yang diselenggarakan di Masjid Al Falah Surabaya

Masjid yang Beradaptasi dengan Denyut Zaman

Modernisasi sering dianggap sebagai ancaman bagi nilai-nilai religius. Namun, Masjid Al-Falah justru memanfaatkan arus perubahan ini untuk memperkuat dakwahnya. Terletak di pusat kota Surabaya, masjid ini bertransformasi menjadi ruang terbuka yang tidak hanya mengajak orang beribadah, tetapi juga menghidupkan fungsi sosial dan intelektual masjid sebagaimana semangat Islam klasik.

Pendekatan dakwahnya tidak bersifat kaku. Para pengurus menyadari bahwa generasi muda kini membutuhkan pendekatan yang lebih komunikatif dan kontekstual. Maka, mereka mengembangkan berbagai program yang tidak hanya mengasah spiritualitas, tetapi juga membangun solidaritas sosial dan kesadaran kebangsaan. Dakwah di Al-Falah tidak berhenti di mimbar, tetapi hadir dalam kehidupan nyata: di kegiatan sosial, di ruang digital, hingga di lingkaran dialog lintas generasi.

Remaja Masjid Al-Falah: Energi Baru di Balik Gerakan Dakwah

Pusat denyut kehidupan masjid ini adalah Remaja Masjid Al-Falah (RMA), sekelompok pemuda yang menjadi motor utama dalam menghidupkan kegiatan dakwah, sosial, dan edukatif. Mereka tidak sekadar menjadi panitia kegiatan, melainkan penggerak transformasi nilai Islam dalam konteks masyarakat modern.

Melalui berbagai program seperti kajian keislaman, pembinaan akidah, pelatihan tahsin, hingga kegiatan olahraga antarjamaah, RMA menunjukkan bahwa masjid bukan tempat eksklusif bagi golongan tertentu. Masjid adalah rumah bersama sekaligus tempat belajar, berkreasi, dan mempererat silaturahmi lintas usia dan latar belakang.

Program unggulan “Subuh Berbagi”, yang menyediakan sarapan gratis setiap akhir pekan bekerja sama dengan pelaku UMKM binaan masjid, menjadi simbol dari Islam yang memberi manfaat sosial nyata. Dari program inilah tumbuh semangat filantropi baru di kalangan anak muda. Mereka tidak hanya belajar tentang keikhlasan, tetapi juga praktik solidaritas ekonomi yang menumbuhkan rasa empati di tengah masyarakat urban yang sering terfragmentasi.

Dakwah yang Humanis dan Kontekstual

Salah satu keberhasilan besar RMA adalah kemampuannya menciptakan model dakwah yang dekat dengan realitas sosial. Mereka paham bahwa generasi muda tidak cukup disentuh dengan ceramah konvensional. Maka, lahirlah inisiatif-inisiatif kreatif seperti “Kajian Ojek Online”, yang mengundang para pekerja transportasi daring untuk mengikuti kajian ringan sekaligus mendapatkan bantuan sosial.

Konsep ini sederhana namun sangat bermakna. RMA memadukan edukasi spiritual dengan pemberdayaan sosial. Melalui kegiatan seperti ini, dakwah menjadi lebih humanis, inklusif, dan solutif. Islam tidak lagi hadir sebagai wacana, tetapi sebagai gerakan kemanusiaan yang menyapa mereka yang terpinggirkan.

Lebih dari itu, kegiatan semacam ini mencerminkan semangat baru dakwah Islam di era digital: dakwah yang tidak menggurui, tetapi menghadirkan empati dan relevansi. Ia menjawab kebutuhan nyata masyarakat, sambil tetap menjaga keotentikan nilai-nilai keislaman.

Nilai-Nilai Islam yang Dihidupkan dalam Organisasi

Keberhasilan RMA tidak bisa dilepaskan dari fondasi nilai-nilai yang mereka pegang teguh. Tiga prinsip utama menjadi pondasi gerakan mereka: amanah, keadilan, dan tanggung jawab moral.

Nilai amanah dijalankan melalui sistem pelaporan yang transparan dan evaluasi rutin bersama takmir masjid. Semua kegiatan memiliki akuntabilitas yang jelas, mencerminkan profesionalisme dalam mengelola organisasi keagamaan.

Nilai keadilan diterjemahkan sebagai sikap proporsional: setiap anggota diberikan tanggung jawab sesuai kemampuan dan waktu yang mereka miliki. Ini bukan hanya manajemen yang efisien, tetapi juga wujud penghargaan terhadap potensi individu.

Sementara itu, tanggung jawab moral diwujudkan dalam pembinaan akidah, peningkatan kompetensi membaca Al-Qur’an, dan pembentukan karakter yang berintegritas. RMA memahami bahwa kesalehan tidak hanya diukur dari ibadah, tetapi juga dari bagaimana seseorang berperan di masyarakat.

Kombinasi nilai-nilai ini menjadikan organisasi RMA bukan sekadar kelompok keagamaan, melainkan komunitas pembentuk karakter generasi muda Muslim yang berpikir kritis, beretika, dan aktif berkontribusi bagi lingkungannya.

Inklusivitas dan Moderasi sebagai Identitas Dakwah

Salah satu hal paling menonjol dari Masjid Al-Falah adalah semangat inklusivitas dan moderasi beragama (wasathiyah) yang menjadi napas dakwahnya. Dalam wawancara dengan perwakilan RMA, ditegaskan bahwa masjid ini tidak berafiliasi dengan organisasi keagamaan mana pun, baik NU, Muhammadiyah, maupun Salafi. Semua jamaah diterima tanpa memandang latar belakang mazhab atau afiliasi.

Pendekatan seperti ini menjadikan Al-Falah sebagai ruang dialog keagamaan yang damai dan produktif. Masjid ini menjadi rumah bagi siapa pun yang ingin mendekatkan diri kepada Allah tanpa membawa bendera ideologis.

Sikap inklusif ini menjadi modal penting dalam merawat persatuan umat di tengah meningkatnya polarisasi sosial dan keagamaan di era modern. Dengan karakter yang moderat dan terbuka, Masjid Al-Falah menjadi contoh ideal dari Islam yang mempersatukan, bukan memisahkan.

Menembus Batas Fisik: Dakwah Digital dan Masa Depan Umat

Era digital menghadirkan tantangan sekaligus peluang baru bagi dakwah. RMA memanfaatkannya secara optimal dengan menghadirkan dakwah digital yang edukatif, estetis, dan terverifikasi.

Setiap kajian di Masjid Al-Falah kini disiarkan melalui live streaming, lalu diunggah ulang dalam bentuk video pendek dan konten reflektif di media sosial. Tujuannya sederhana: menjangkau lebih banyak jiwa yang haus akan ilmu, tetapi tidak selalu punya waktu datang ke masjid.

Namun, RMA juga sadar bahwa dunia digital bisa menyesatkan jika tidak dikelola dengan bijak. Karena itu, mereka menerapkan prinsip kehati-hatian dalam memverifikasi setiap konten dakwah. Ini bukan hanya soal profesionalisme media, tetapi juga bentuk tanggung jawab moral agar pesan Islam disampaikan dengan benar dan mendidik.

Pendekatan digital ini membuktikan bahwa teknologi tidak bertentangan dengan agama. Justru sebaliknya, teknologi menjadi sarana efektif untuk memperluas jangkauan dakwah dan memperkuat literasi keislaman di kalangan anak muda.

Islam yang Bergerak Bersama Zaman

Masjid Al-Falah Surabaya adalah bukti nyata bahwa agama dan modernitas dapat berjalan seiring tanpa saling menegasikan. Islam tidak harus dibatasi pada ruang-ruang ritual; ia bisa hidup di ruang sosial, ekonomi, bahkan digital, selama nilai-nilainya tetap dijaga.

Dari kegiatan sosial hingga dakwah digital, dari pembinaan moral hingga pemberdayaan ekonomi, Masjid Al-Falah memperlihatkan wajah Islam yang adaptif, relevan, dan penuh kasih. Dakwah di sini bukan lagi sekadar ajakan, melainkan menjadi suatu gerakan yang menumbuhkan kepedulian, menguatkan solidaritas, dan membangun kesadaran spiritual di tengah dunia yang serba cepat.

Bagi generasi muda yang mencari makna, Masjid Al-Falah adalah bukti bahwa Islam bukan beban masa lalu, tetapi energi masa depan. Sebuah agama yang hidup, menginspirasi, dan terus bergerak bersama perubahan zaman.

 

Referensi

Laporan Field Study Mata Kuliah Agama Islam (PDB 116), Universitas Airlangga.

Wawancara dengan Kak Akma, Perwakilan Remaja Masjid Al-Falah Surabaya.

Dokumentasi kegiatan Remaja Masjid Al-Falah, Surabaya, 2024.

Literatur pendukung: Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an (Mizan, 2018); Wahbah az-Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu (Dār al-Fikr).

Observasi lapangan dan data kegiatan sosial serta digitalisasi dakwah Masjid Al-Falah Surabaya.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image